penculikan 1

20 8 0
                                    


POV Iskandar

Setelah meninggalkan sekolah, aku berjalan menyusuri kota, aku mencari Nicholas ke segala tempat. Tapi tak kunjung menemukannya.

Kini panasnya hari telah ku rasakan, ku lihat jam di layar handphone ku ternyata sudah menunjukan pukul 10.01 pagi. Aku akhirnya duduk di kursi kayu taman kota, aku mengecek handphone ku berkali-kali berharap Nicholas menghubungi ku. Tapi tak ku dapatkan notifikasi itu.

Kalian hanya tau sifat bad boy ku. Tapi di samping itu, aku mempunyai sifat tidak tegaan. Hanya saja aku tidak mau terlihat seperti itu di depan siapapun. Nakal? Bandel, dan suka membully? Itu kesenangan pribadiku.

Saat masih melamun, mataku tertuju pada remaja sebayaku yang sedang berdiri di halte seberang jalan. Aku seperti mengenali sosok itu, ku putuskan untuk mendekat. Namun dia segera masuk ke dalam taksi yang entah datang dari mana.

Kulihat beberapa helai rambutnya beterbangan, dan jangan lupakan kacamata bulat di matanya. Astaga, itu Andrian!

"Dia mau kemana?" Pikirku.

Segera aku mengorder taksi dari salah satu aplikasi di handphone ku. Alasan aku tidak pakai mobil di rumah? Itu karna kuncinya di pegang sang sulung.

Tak berselang lama taksi yang ku order pun datang, dan dengan cepat aku membuka pintu depan taksi itu dan segera masuk.

"Pak balap pak! Ke arah sana!!" Aku menunjuk ke arah simpang tiga yang sepertinya terdengar mendesak.

Bapak itu berkendara dengan kecepatan sedang, tak lama setelah simpang tiga itu. Aku menyuruh bapak itu untuk belok ke arah kanan. Tak jauh dari sana, terlihat taksi yang di naikin Andrian.

"PAK! KEJAR MOBIL ITU!!"

"Iya dek, gak usah ngegas. Bapak kejar ini mobilnya!"

Tiba-tiba saja lampu hijau berganti warna menjadi merah. Iskandar berdecak dan mengacak rambutnya frustasi karna taksi yang dia tumpangi berhenti, di tambah dia kehilangan jejak.

"Sialan!! Terlepas Lo!!" Aku menghela nafas lelah akhirnya aku mencari ke tempat lain karna jejak Andrian menghilang.

POV end
__________________

POV awarul

Aku sudah bermain semampuku, kebetulan aku sedikit suka pada skateboard, berbeda dengan Nicholas yang sangat menyukai olahraga itu. Dulu aku sering berlatih dengan Nicholas.

Aku berhasil melewati babak final, dan aku mendapat juara ke-2. Ya, juara 1 nya adalah sekolah lentera ilmu. Aku tidak memperdulikan menang dan kalah, yang terpenting aku menyelamatkan pertandingan Nicholas.

Setelah pertandingan selesai, aku di hampiri oleh kak Hapipah dan sang sulung. Mereka mengapresiasi karna aku bisa main skateboard, tentu saja aku langsung sombong di depan mereka.

Setelah tertawa dan berbincang-bincang. Akhirnya aku dan kedua kakakku pergi ke UKS, kamu inggin melihat Rifansyah di sana. Kubuka pintu ruang UKS itu, lalu aku masuk bersama kedua kakaku. Rifansyah menatapku dengan tatapan mata lesu.

POV end

"Terimakasih kak, Rifansyah gak tau bagaimana Rifansyah tanpa kakak..." Kata Rifansyah lirih, membuat kak Hapipah dan bang Repan tercengang.

"Loh Rifansyah? Abang kira Nicholas tadi, pantas saja tidak bisa main skateboard ternyata bukan Nicholas" kata Repan yang membuat Rifansyah cemberut.

"Kemana Nicholas Rif? Kata Iskandar tadi Nicholas sudah pergi lebih awal, kenapa malah kau yang main?" Kata Hapipah yang membuat Rifansyah terdiam.

Hening...

"Kak Nichol...hilang..." Kata Rifansyah lirih, membuat ketiga orang di depannya membelalak kaget.

"Apa maksudmu Rifansyah? Bagaimana bisa Nicholas hilang??"

"Kak Nichol hilang sejak tadi malam...karna kak Iskandar memberi permainan T.O.D untuk kak Nichol, dan kak Nichol keluar rumah untuk melakukan Dare nya itu...ya, jadinya seperti ini, kak Nicholas hilang..."

Ketiga orang di depannya membelalak sekali lagi mendengar penjelasan Rifansyah, kini mereka hanya memandang satu sama lain tanpa kata-kata.

"Jadi di mana Iskandar?" Tanya Repan.

"Dia mencari kak Nichol sendiri. Dan, dimana Naira kak?" Kata Rifansyah membuat Repan inggin meninju adiknya untuk saat ini.

"Naira di kelas, katanya gak enak badan. Jadi kenapa kalian diam aja saat Nicholas hilang?" Tanya Repan dengan tatapan mengancam.

"Kak Iskandar bilang dia akan mencari kak Nichol tanpa memberitahu kalian...jadi aku di suruh menggantikan kak Nichol untuk olimpiade, dan ternyata aku tidak bisa..." Suara Rifansyah semakin kecil dan lirih serta badannya gemetar.

Hapipah yang melihat ketakutan dalam mata sang adik, langsung memeluknya tanpa aba-aba untuk menenangkannya.

"Sudah...shh...jangan menangis ya, nanti eteh akan bantu cari Iskandar dan membawa Nicholas pulang. Sekarang Rifansyah di sini aja ya. Arul dan Naira juga di sini aja ya, temani Rifansyah?" Kata Hapipah pelan.

"Enggak kak! Arul mau ikut!!" Kata awarul dengan keras.

"Udah, Arul disini aja. Biar eteh sama bang Repan yang pergi" ucap Hapipah sambil mengelus surai hitam milik awarul.

Selesai yeyyy...
Sekian lama author akhirnya up lagi, double up yah?...
Iya dongs...
Hehe sorry baru up, karna author banyak urusan di RL+ujian...

Langsung on the points jangan lupa vote dan follow serta tinggalkan jejak berupa komen oke jangan jadi siders yah😤...

RUMAH TANPA RAMAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang