traumatizet 2

11 7 0
                                    

Beberapa menit berlalu, Awarul keluar dengan beberapa novel berada di pelukannya. Kini, gadis bernama Aleta itu sudah tidak ada. Kini Awarul hanya bisa tersenyum tanpa arti mengingat awal pertemuan mereka sore ini. Sangat canggung, dan sangat memalukan!

Kini Awarul kembali berjalan kaki di sepanjang trotoar jalan hingga tiba di rumah.

Di rumah

"Dek, bagaimana dengan keadaannya Nicholas? Bagaimana jika ayah tau? Apa Kaka akan baik-baik saja?" Kata Repan khawatir, bahkan sangat khawatir. Sedangkan Hapipah hanya tersenyum sekilas.

"Aku inggin kalian semua menyalakanku atas kejadian ini." Hapipah kembali tersenyum, tapi masih sekilas.

"Nggak dek!! Ini salah Abang! Ini salah kita bersama! Adeknya Abang nggak salah apapun di sini. Jadi, jangan bilang kalau adek bakalan ngaku ke ayah kalau adek penyebab semua ini!" Tegas Repan.

Hapipah hanya tertawa canggung sambil mengacak surai hitam Repan yang rapih, sedangkan Repan hanya memasang ekspresi cemberut.

Tak berselang lama, terdengar suara seseorang sedang berlari selepas membuka dan menutup pintu, menuju ke atas, tepatnya ke arah kamar Hapipah.

Pintu terbuka, dan...

Awarul sudah sampai.

"Arul! Bikin kaget aja!" Kata Repan, dia agak sedikit kewalahan menghadapi tingkah abnormal adiknya ini.

"Ya, maap"

"Yaudah, sini bentar." Kata Repan memanggil.

Awarul sontak mendekat ke arah Repan dan Hapipah yang kini sedang duduk di atas kasur pemilik kamar, dan duduk di pangkuan Hapipah.

"Ada apa Abang? Kalau mau pinjam bukunya, gak boleh! Arul duluan yang harus baca!" Terlihat awarul berusaha menjauhkan buku di pelukannya dari Repan.

"Najis. Abang mau tanya aja, Arul habis ketemu apa di luar? Seneng banget kayak dapat hadiah pulau" kata Repan sambil menyipitkan matanya.

"Enggak kok, Arul nggak dapat pulau. Cuma dapat buku ini!!! Terbatas tauu bangg!!! Ini aja dikit lagi sold out!!" Kata awarul dengan bangganya menunjukan buku tersebut.

Repan dan Hapipah hanya memutar bola mata malas melihat kelakuan adiknya ini. Sangat narsis.

__________________
Di sisi lain

"Hiks...apa yang terjadi padaku? Kenapa akh takut melihat mereka? Hiks...padahal mereka saudaraku...hiks...A-landra, Alandra sangat jahat...hiks..." Nicholas menangis sesenggukan di kamarnya. Badannya gemetar, perutnya yang kosong, dan matanya yang sembab karna sudah menangis terlalu lama.

Nicholas mulai melirik ke arah jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan pekarangan, karna kamarnya di lantai dasar. Kini sang empu bercermin dari samar-samar pantulan di jendela tersebut.

"Seburuk itukah aku?" Gumam Nicholas sambil mengacak-acak rambutnya, sebelum melirik ke arah laci di samping kasurnya. Dan membukanya. Dapat terlihat, ada beberapa bolpoin, pensil, penghapus, tiga gunting kecil dan cutter. Seperti peralatan sekola? Ya, benar. Karna itu cadangan.

Nicholas mengambil satu cutter kemudian membawanya ke dekat jendela. Sesaat dia merasa tenang, tapi tak lama kemudian, dia mengingat kejadian yang menghantuinya beberapa hari lalu saat dia di sekap.

Di torehkan ujung cutter yang tajam ke pergelangan tangan kanannya sampai ke siku, darah merembes dari bagian kulitnya yang terbuka secara sengaja dan mengucur ke lantai. Nicholas kemudian tertawa.

"Hiks...apa yang terjadi padaku? Kenapa akh takut melihat mereka? Hiks...padahal mereka saudaraku...hiks...A-landra, Alandra sangat jahat...hiks..." Nicholas menangis sesenggukan di kamarnya. Badannya gemetar, perutnya yang kosong, dan matanya yang sembab karna sudah menangis terlalu lama.

Nicholas mulai melirik ke arah jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan pekarangan, karna kamarnya di lantai dasar. Kini sang empu bercermin dari samar-samar pantulan di jendela tersebut.

"Seburuk itukah aku?" Gumam Nicholas sambil mengacak-acak rambutnya, sebelum melirik ke arah laci di samping kasurnya. Dan membukanya. Dapat terlihat, ada beberapa bolpoin, pensil, penghapus, tiga gunting kecil dan cutter. Seperti peralatan sekola? Ya, benar. Karna itu cadangan.

Nicholas mengambil satu cutter kemudian membawanya ke dekat jendela. Sesaat dia merasa tenang, tapi tak lama kemudian, dia mengingat kejadian yang menghantuinya beberapa hari lalu saat dia di sekap.

Di torehkan ujung cutter yang tajam ke pergelangan tangan kanannya sampai ke siku, darah merembes dari bagian kulitnya yang terbuka secara sengaja dan mengucur ke lantai. Nicholas kemudian tertawa.

!!tidak untuk ditiru!!

Oke langsung on the points jangan lupa vote dan follow serta tinggalkan jejak berupa komen oke jangan jadi siders 😤...

Author mengundurkan diri....

RUMAH TANPA RAMAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang