Setelah mendengar pernyataan Dokter Candra tentang Juan yang selalu mengonsumsi obat antidepresan secara berlebihan, Sean dan saudaranya menjadi lebih ketat dalam menjaga Juan.
Seperti saat ini, Juan hendak meminum obat, namun segera dicegah oleh Yuan. Dia memeriksa dulu obat apa saja yang akan diminum oleh adiknya.
"Kok di ambil, Bang?" tanya Juan kaget.
Yuan menyahut, "Takut kalo Juan minum obat antidepresan lagi."
Juan menunduk, merasa terkejut setelah beberapa lama akhirnya ketahuan juga bahwa dia telah meminum obat antidepresan sebanyak itu.
Padahal dia sudah sangat hati-hati menyembunyikan obat itu, namun Dokter Candra malah menemukannya.
"Kalo Juan lagi capek harusnya Juan cerita sama Yuan atau sodara kamu yang lain, jangan di pendem sendiri. Apalagi sampe minum obat antidepresan segala." Yuan mengambil obat antidepresan yang dimiliki oleh Juan.
"Jangan di ambil, Bang. Juan butuh obat itu," mohon Juan.
"Yuan yang simpen, kalo Juan yang simpen bisa bahaya."
Juan hanya bisa mengangguk pasrah. Lagipula, benar kata abangnya. Jika obat itu ada padanya, ia bisa saja menggunakan obat itu untuk mengakhiri hidupnya, lagi.
Jangan terkejut, Juan sudah berkali-kali memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidupnya, namun selalu digagalkan oleh para saudaranya.
Hal ini menggambarkan betapa seriusnya pertarungan Juan dengan masalah kesehatan mental yang disebabkan oleh kedua orang tuanya.
"Bang," panggil Juan yang dengan cepat mendapat sahutan dari Yuan.
"Kenapa?" tanya Yuan, ia mendekat pada adiknya. "Ada yang mau kamu omongin sama Yuan?"
"Enggak, Juan cuma mau tanya, kenapa abang bisa sebenci itu sama suara berisik?" tanya Juan secara hati-hati, takut jika pertanyaannya bisa saja menyinggung hati abangnya.
Yuan tampak berpikir sejenak sebelum ia berbicara, "Sebenernya Yuan bukan nggak suka sama suara berisik. Tapi Yuan nggak suka aja waktu kamu dibentak sama ayah atau bunda. Ya, meskipun sekarang Bunda di luar negeri, ternyata kamu masih harus dibentak sama ayah. Yuan nggak tega, itu alasan utama Yuan nggak suka suara berisik."
Pernyataan Yuan mengungkapkan bahwa kebencian terhadap suara berisik sebenarnya disebabkan oleh rasa tidak tega melihat saudaranya dibentak oleh orang tua mereka.
"Jadi, semua ini gara-gara Juan... lagi?" tanya Juan.
Yuan menggelengkan kepalanya, "Tentu saja bukan. Yuan begini atas kemauan Yuan sendiri bukan karna kamu, udah jangan mikir yang aneh-aneh. Kalo gitu Yuan berangkat sekolah dulu. Kamu istirahat aja disini, nanti di temenin Bang Sean."
Juan mengangguk, memilih untuk segera meminum obat yang sudah disiapkan oleh abangnya. Setelahnya, ia mulai membaca buku untuk menahan rasa kantuknya.
Meskipun di rumah, ia juga harus belajar agar tidak tertinggal pelajaran dan mendapatkan nilai berwarna merah lagi.
Juan sudah mencoba untuk tetap fokus pada bukunya, namun sia-sia, ia sama sekali tidak bisa terfokus pada buku itu.
Saat ini ia sibuk melamun, memikirkan penyakitnya. Banyak pertanyaan bergelut di dalam kepalanya tentang penyakit gagal ginjal yang dideritanya.
Juan merasa terjebak dalam siklus kegelisahan dan kekhawatiran terhadap kesehatannya, sehingga sulit baginya untuk fokus pada hal lain.
Suara ketukan pintu berhasil membuyarkan lamunannya, Juan segera kembali membaca bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE HOPE || END
Teen Fiction"Maaf, Juan udah berusaha. Tapi penyakit 'gagal ginjal' ini seakan-akan ingin membunuh Juan detik ini juga." "Jangan ngomong gitu, Juan harus inget kalo Juan punya lima sodara yang siap donorin ginjalnya sama Juan kapanpun itu!" Di tengah cobaan y...