Kelima bersaudara itu duduk di ruang tunggu rumah sakit dengan wajah yang penuh kecemasan.
Mata mereka terus-menerus melirik ke arah pintu ruang gawat darurat, berharap ada kabar baik tentang kondisi Rian.
Masing-masing dari mereka, Sean, Yuan, Rio, Samuel, dan Juan, berusaha saling menguatkan dengan genggaman tangan dan tatapan yang penuh kekhawatiran.
Namun, ada sesuatu yang lain yang menarik perhatian mereka. Bella, ibu mereka, duduk di sudut ruangan dengan wajah basah oleh air mata.
Bella menangis tersedu-sedu, lebih hancur daripada yang pernah mereka lihat sebelumnya. Air mata tak henti-hentinya mengalir di pipinya, dan tubuhnya gemetar dengan isak tangis yang tertahan.
Mereka menatap Bella dengan tatapan bingung dan penuh kebingungan. Bella yang mereka kenal selalu berusaha terlihat kuat meskipun dalam situasi terberat.
Tetapi sekarang, melihatnya begitu hancur, mereka merasa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih dalam yang sedang terjadi.
"Kenapa Bunda nangis kaya gitu?" tanya Rio dengan suara rendah, hampir berbisik.
Sean menelan ludah, mencoba memahami situasi. "Mungkin... mungkin Bunda merasa sangat bersalah," jawabnya pelan. "Ini pertama kalinya kita melihat dia begitu hancur."
Tanpa berkata apa-apa, Juan mendekati Bella. Tidak peduli apa yang akan dikatakan ibunya padanya, Juan tahu saat ini dia harus menurunkan egonya.
Ibunya terlihat sangat membutuhkan dukungan, meskipun Juan sendiri merasa jauh lebih membutuhkan dukungan itu.
Melihat Rian tergeletak tak sadarkan diri karena melindunginya, membuat rasa bersalah menghantui hati Juan.
"Bun," panggil Juan dengan suara lembut, mencoba memberikan penghiburan.
Namun, reaksi Bella tak terduga. "Pergi kamu," sahut Bella dengan suara yang penuh amarah dan kesedihan, "ini semua salah kamu. Rian menjadi seperti itu karena dia sibuk membelamu."
Juan tersentak mendengar kata-kata ibunya. Rasa bersalah yang sudah menghantuinya semakin dalam. "Bunda, Juan-" Juan mencoba berbicara, tetapi suaranya terputus, tenggelam dalam rasa bersalah yang semakin menyesakkan dadanya.
Air mata mulai mengalir di wajah Juan, dan dia mundur selangkah, merasakan beban yang semakin berat di pundaknya.
Juan tahu bahwa Bella tidak sepenuhnya salah; rasa sakit dan keputusasaan telah membuatnya berbicara dengan cara yang begitu tajam.
Namun, mendengar kata-kata itu dari ibunya membuat Juan merasa semakin terpuruk.
Bella melihat air mata di wajah Juan dan hatinya teriris lebih dalam. Meskipun amarah dan kesedihan menguasainya, dia tahu dalam hatinya bahwa menyalahkan Juan tidak akan memperbaiki keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE HOPE || END
Teen Fiction"Maaf, Juan udah berusaha. Tapi penyakit 'gagal ginjal' ini seakan-akan ingin membunuh Juan detik ini juga." "Jangan ngomong gitu, Juan harus inget kalo Juan punya lima sodara yang siap donorin ginjalnya sama Juan kapanpun itu!" Di tengah cobaan y...