05-Rian Anggara

94 24 0
                                    

Atmosfer di ruang kelas Juan terasa tegang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atmosfer di ruang kelas Juan terasa tegang. Rian tampak sibuk memarahi orang yang selalu menyuruh Juan untuk mengerjakan tugasnya, dan tidak ada yang berani mendekat atau menjauhkan Rian dari orang tersebut.

"Jadi, lo yang selalu ngerepotin adek gue?!" tanya Rian sembari menunjuk-nunjuk orang yang berada di hadapannya.

"Enggak, bukan gue Bang. Maaf, gue cuma—"

"Terus ini," ujar Rian sembari menunjuk tangan lawan bicaranya."Tangan yang lo pake buat ngelempar buku ke wajah ganteng adek gue, hah?!" tanya Rian geram sambil mencengkram erat lengan orang itu, membuat orang itu meringis merasakan sakit.

Saat ini Rian benar-benar sedang marah, ia tidak akan segan-segan dengan orang yang berusaha untuk menyakiti adiknya.

Bahkan ayahnya yang selalu menyakiti Juan saja, dia lawan. Apalagi mereka yang hanya terlihat seperti kecoa kecil di hadapan Rian.

Rian merasa bahwa dia harus melindungi Juan dari siapa pun, bahkan dari ayahnya sendiri, dan dia tidak akan ragu untuk melawan siapa pun yang dianggapnya mengganggu atau menyakiti saudaranya.

"Argh..."

"Sakit, ampun Bang!"

"Sekali lagi lo berani nyakitin adek gue, liat aja gue patahin tangan jelek lo!"

Jika Yuan dan Juan tidak menahannya, hampir saja Rian memelintir tangan orang itu.

"Paham nggak lo?"

"JAWAB SIALAN!!"

Kalian pasti kaget dengan sikap Rian saat ini. Namun, jangan terlalu terkejut, Rian memang sudah memantapkan hati untuk bersikap seperti ini saat ada orang yang berani menyakiti Juan.

Rian adalah orang yang paling berani dan terlihat agak kasar jika menyangkut tentang Juan.

Rian cenderung menjadi overprotective, menunjukkan dedikasinya yang kuat untuk melindungi dan memastikan keamanan Juan.

"Iya bang, maaf gue nggak bakal ganggu Juan lagi."

"Apa jaminannya?"

"Intinya kalo gue nyakitin adek lo, gue siap dapet hukuman apapun dari lo Bang."

"Bang Bang Bang, gue bukan abang lo!" ujar Rian seraya melepas kasar cengkramannya, "Gue juga nggak akan mau punya adek kaya lo, enak aja manggil gue abang."

"Bang udah Bang, Juan takut mereka makin nggak suka—"

"Mana orang yang nggak suka sama lo, mana?!"

Yuan sudah mulai jengah dengan kelakuan abangnya. Ia menarik Rian untuk segera pergi dari sana karena sebentar lagi kelas akan dimulai.

Sebelum itu Yuan menepuk pelan pundak Juan, "Jangan takut, Juan harus berani nolak apapun itu kalo Juan nggak mau atau nggak bisa."

A LITTLE HOPE || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang