Graduation day Rian dan Yuan dimulai dengan lancar. Para siswa dan keluarga berkumpul di aula sekolah, menikmati momen-momen kebahagiaan dan pencapaian.
Rian dan Yuan tampak gagah dalam toga mereka, berdiri di antara teman-teman sekelas mereka dengan penuh kebanggaan.
Juan dan saudara-saudaranya duduk di barisan penonton, memberikan dukungan penuh.
Namun, suasana berubah ketika acara mendekati akhir. Jidan dan Bella tiba-tiba muncul di aula, menarik perhatian banyak orang.
Wajah-wajah yang sebelumnya ceria kini berubah menjadi tegang. Jidan berjalan dengan langkah mantap, sementara Bella terlihat angkuh di sampingnya.
Juan dan saudara-saudaranya segera merasakan ketegangan yang meningkat. Juan merasa gelisah, takut akan apa yang mungkin terjadi.
Rian dan Yuan yang berdiri di panggung merasakan perubahan suasana, dan mereka menatap ke arah tempat duduk keluarga mereka dengan cemas.
Jidan berjalan mendekati barisan depan, matanya menatap tajam ke arah anak-anaknya. Para hadirin berbisik-bisik, merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Bella berdiri di samping Jidan, dengan senyum dingin yang membuat suasana semakin tidak nyaman.
Ketika kepala sekolah memanggil Rian dan Yuan untuk menerima penghargaan mereka, Jidan tiba-tiba melangkah maju. "Tunggu," katanya dengan suara tegas. Semua mata tertuju padanya, dan aula menjadi hening.
"Saya ingin memberikan selamat kepada anak-anak saya sendiri," lanjut Jidan. Ia mendekati panggung, membuat Rian dan Yuan merasa semakin tidak nyaman.
"Rian dan Yuan, kalian telah bekerja keras. Tapi ingat, pencapaian kalian tidak berarti apa-apa tanpa dukungan saya."
Rian menggertakkan giginya, mencoba menahan amarah. Yuan menatap ayahnya dengan dingin, tidak menunjukkan emosi apapun. Juan, yang duduk di antara penonton, merasa sangat cemas.
Setelah memberikan selamat dengan cara yang merendahkan, Jidan kembali ke tempat duduknya.
Suasana yang semula ceria berubah menjadi tegang. Banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran Jidan dan Bella, tetapi tidak ada yang berani berbicara.
"Bang? Ayah bilang apa sama Bang Rian Bang Yuan kok muka mereka jadi tegang gitu ya?" tanya Juan, penuh rasa ingin tahu.
Sean menggelengkan kepala. "Abang juga nggak tau," jawabnya, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya.
Semenjak bisnis gelapnya diketahui oleh keenam putranya, Jidan menjadi semakin kejam, bahkan terhadap Sean yang dulu disebut-sebut sebagai anak kesayangannya.
Kekerasan dan ancaman menjadi rutinitas harian di rumah mereka. Tidak ada lagi rasa kasih sayang, hanya ada ketakutan dan penderitaan.
Bella pun berubah menjadi lebih kejam. Ia tidak segan-segan memarahi Samuel, putra bungsunya, bahkan untuk kesalahan yang sepele.
KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE HOPE || END
Teen Fiction"Maaf, Juan udah berusaha. Tapi penyakit 'gagal ginjal' ini seakan-akan ingin membunuh Juan detik ini juga." "Jangan ngomong gitu, Juan harus inget kalo Juan punya lima sodara yang siap donorin ginjalnya sama Juan kapanpun itu!" Di tengah cobaan y...