Hari libur ini membuat semua anggota keluarga Anggara berkumpul di rumahnya. Namun, tetap saja rumah tersebut terasa begitu sunyi karena mereka sibuk menjalankan kegiatan masing-masing.
"Juan, kapan kamu akan menemui ayah kandungmu?" tanya Bella.
Juan menundukkan kepalanya, "Bisa nggak kalo Juan nggak nemuin dia?"
"Kenapa? Bahkan Jidan sudah mengizinkanmu untuk pergi bertemu dengan ayah kandungmu."
"Itu karna Ayah emang sengaja," sahut Juan.
"Maksudmu?"
Juan berdiri dari duduknya, "Maaf, Bun. Juan capek mau istirahat dulu."
"Kembali ke sini atau ayah sama Bunda nggak bakal ngasih kamu uang jajan lagi."
"Terserah Bunda."
Juan merasa lelah dan kecewa dengan kedua orang tuanya. Rasa sayangnya pada ibunya mulai memudar, bahkan menjadi rasa benci karena semua penderitaan yang dia alami.
Juan merasa terhina dan terluka oleh perlakuan mereka. Jika ada yang ingin menganggap Juan sebagai anak yang durhaka, silahkan... Juan tidak peduli.
Juan telah mencapai titik kelelahannya dan tidak lagi mampu menahan semua penderitaan dan kekecewaannya.
Yang terpenting baginya saat ini adalah menemukan cara untuk meredakan beban yang begitu berat dalam hatinya.
"Juan!"
Panggilan itu berhasil membuat Juan kembali membalikkan badannya, menghadap pada Sang Ibunda tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Dalam keheningan yang tegang, Bella memandang Juan dengan ekspresi marah yang mendalam. "Kenapa kamu begitu tidak tahu diri, Juan?" desisnya dengan suara tajam yang memotong udara.
Namun, di balik kemarahannya, Bella merasakan rasa bersalah yang menggumpal di lubuk hatinya.
Bella menyadari bahwa sebagian besar kesulitan yang dialami Juan adalah akibat dari kesalahannya sendiri.
Namun, dia menutupi rasa bersalahnya dengan kemarahan palsu, menyalahkan Juan atas semua masalah yang terjadi.
Juan merasa terjebak dalam lingkaran ketidakadilan. Dia tahu bahwa sebenarnya bukan dirinya yang bersalah, tetapi tidak mampu memperjuangkan kebenaran di tengah-tengah kemarahan ibunya.
"Benar apa kata ayahmu, kamu semakin berani melawan kami Juan."
"Emangnya itu didikan siapa, Bun?" tanya Juan, "Bukannya kalian yang mendidik Juan sampe Juan jadi kaya gini?"
"Juan bisa aja gila, Bun. Tiap hari dapet kekerasan fisik, bahkan mental Juan juga udah hampir hancur. Juan udah nggak sanggup lagi."
"Bicaramu apa kamu, Juan? Kamu pikir aku peduli?" Bentak Bella dengan suara penuh kemarahan, tanpa sedikit pun menyadari kegagalan dirinya sebagai seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE HOPE || END
Teen Fiction"Maaf, Juan udah berusaha. Tapi penyakit 'gagal ginjal' ini seakan-akan ingin membunuh Juan detik ini juga." "Jangan ngomong gitu, Juan harus inget kalo Juan punya lima sodara yang siap donorin ginjalnya sama Juan kapanpun itu!" Di tengah cobaan y...