23- Manipulatif

50 11 3
                                    

Rian terdiam membisu, perasaan sakit di dadanya muncul begitu saja setelah melihat kejadian itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rian terdiam membisu, perasaan sakit di dadanya muncul begitu saja setelah melihat kejadian itu.

Kepalanya sakit seolah sedang mengingat kejadian yang pernah terjadi di hidupnya.

Ingatan-ingatan muncul sekilas, tapi Rian tidak bisa mengingatnya dengan jelas.

Sean yang melihat itu segera menghampiri Rian. "Kenapa? Sakit kepalanya?" tanyanya cemas.

"Ingatan itu lewat, tapi gue nggak bisa inget semuanya. Sakit, itu sakit," sahut Rian lemah, memegang kepalanya yang berdenyut.

Juan melihat keadaan Rian dari kejauhan. Hatinya tersentuh melihat abangnya yang berjuang dengan ingatan yang terpecah-pecah.

Dengan langkah pelan, Juan mendekati Rian, meskipun rasa takut dan kesedihan menghantui setiap langkahnya.

"Jangan dipaksa, Bang. Lebih baik Bang Rian nggak inget terus sama Juan. Itu jauh lebih aman buat abang," ucap Juan dengan suara gemetar, menahan emosi yang meluap-luap di dadanya.

Juan hampir menangis setelah mengatakan itu. Matanya berkaca-kaca, air mata hampir tumpah, tapi ia berusaha keras menahannya.

Menyaksikan abangnya yang kesakitan karena mencoba mengingat dirinya adalah beban yang terlalu berat untuk ditanggung.

Dalam hatinya, Juan berharap abangnya bisa sembuh tanpa harus menanggung rasa sakit dari masa lalu yang kelam.

Rian hanya menatap Juan dengan ekspresi campur aduk, tidak sepenuhnya memahami, tetapi merasakan kehangatan dan kesedihan dalam kata-kata adiknya.

Seiring waktu berlalu, mereka berdua hanya bisa berharap bahwa hari-hari yang lebih baik akan datang, meskipun masa depan tampak suram dan penuh ketidakpastian.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, Sean memecah keheningan dengan suara lembut. "Kita harus saling mendukung, ya. Semuanya akan lebih baik kalau kita bersama."

Juan mengangguk perlahan, berusaha menguatkan diri.

Keesokan harinya, kehidupan di rumah mereka berangsur-angsur kembali ke rutinitas biasa.

Juan kembali ke jadwal cuci darahnya, meskipun rasa takut dan beban emosional masih menghantuinya.

Rio dan Samuel tetap setia di sisinya, memastikan Juan mendapatkan dukungan yang ia butuhkan.

Rian, meskipun masih terganggu oleh ingatannya yang samar-samar, berusaha fokus pada kuliahnya di jurusan Kriminologi dan Penegakan Hukum.

Rian terus berusaha memahami ingatannya yang kabur dan perasaan yang mengganjal setiap kali melihat Juan.

Meskipun hubungan mereka masih jauh dari sempurna, ada sedikit harapan di dalam hatinya bahwa suatu hari ia akan mengingat kembali semuanya.

Hari-hari berlalu, dan suatu sore Rian duduk sendirian di taman kampus, merenung. Sean datang dan duduk di sebelahnya, membawa sebotol air dan senyum yang menenangkan.

A LITTLE HOPE || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang