06-Menjauh

95 23 0
                                    

Keadaan semakin rumit dengan penyakit Juan yang bertambah parah karena kurangnya pasokan oksigen saat di dalam toilet kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan semakin rumit dengan penyakit Juan yang bertambah parah karena kurangnya pasokan oksigen saat di dalam toilet kemarin.

Keesokan harinya, Rian dipanggil ke ruang kepala sekolah.

Plak!

Plak!

Plak!

Rian mendapat beberapa tamparan keras di wajahnya, memecahkan keheningan di ruang kepala sekolah.

"Berani sekali kamu memukul anak saya!"

"Sudah merasa paling jagoan kamu?!"

"Dasar anak sial, kenapa kamu memukuli anak saya sampai wajahnya rusak seperti itu hah?!" tanyanya murka.

Tamparan-tamparan keras mendarat di wajah Rian, tapi ia menahan diri, menatap lurus ke depan tanpa menunjukkan tanda-tanda perlawanan.

Meskipun diserang dengan kata-kata yang menyakitkan, Rian tetap berdiri dengan sikap tegar, menerima semua hukuman yang dijatuhkan padanya.

"Mana orang tua kamu, cepat panggil kesini. Mereka harus tau jika mereka mempunyai anak yang tidak tau diri dan tidak tau sopan santun!"

Kalian tahu? Sedari tadi Juan mendengar semua perkataan itu dari luar ruangan. Juan meringis kesakitan saat mendengar suara tamparan yang begitu keras.

Meskipun Juan tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam, setiap suara tamparan menusuk hatinya, membuatnya semakin merasa bersalah atas segala masalah yang telah terjadi.

"KAMU TIDAK DENGAR? PANGGIL ORANG TUAMU SEKARANG, DASAR ANAK TIDAK TAU DIRI. CEPAT PANGGIL!"

Juan tidak sanggup lagi mendengarkan kata-kata kasar yang dilontarkan pada abangnya. Tanpa ragu, ia memasuki ruang kepala sekolah dan langsung berlutut di hadapan orang tua anak yang telah dipukul oleh Rian.

Juan meminta maaf kepada orang tua itu, mencoba menghapus kesalahpahaman dan meredakan ketegangan yang ada.

Rian membelalakan matanya, "Lo ngapain? Bangun Juan!"

"Enggak, Bang. Juan harus minta maaf, ini salah Juan."

"Jangan gitu Juan! Cepet bangun, gue nggak sudi liat lo minta maaf sama mereka."

"Siapa dia? Apa maksudmu dengan bilang tidak sudi meminta maaf itu?!" tanya orang tua anak itu semakin murka. "Bangunkan dia, jangan mengotori sepatuku!"

Mendengar itu, emosi yang sudah lama ditahan oleh Rian akhirnya tak tertahankan lagi. Ia menarik Juan untuk berdiri, menatap tajam tanpa takut pada orang tua anak itu.

"LO PIKIR LO SIAPA, HAH?!"

"PRESIDEN LO? LAGIPULA ADEK GUE JAUH LEBIH BERSIH KALO DIBANDINGKAN DENGAN TANGAN DAN MULUT LO YANG KOTOR ITU!"

Orang tua anak itu menatap tak percaya, "ADA APA DENGAN SEKOLAH INI, KENAPA KALIAN MEMBIARKAN ANAK TIDAK TAHU SOPAN SANTUN BERADA DI SEKOLAH INI?"

Rian meludah, "Bangun lo sialan, enak aja duduk santai setelah bikin penyakit adek gue makin parah!" titahnya pada orang yang mengunci Juan di toilet kemarin.

A LITTLE HOPE || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang