24- Kerja

56 12 0
                                    

Semua anggota keluarga Anggara berkumpul di meja makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua anggota keluarga Anggara berkumpul di meja makan. Mereka makan dengan khidmat, tidak ada satu pun yang berbicara.

Suasana terasa tegang dan sunyi, hingga akhirnya Jidan memecah keheningan dengan suaranya yang dingin.

"Juan, kenapa kamu tidak coba kerja part-time lagi?" tanya Jidan, menatap Juan dengan pandangan tajam.

Juan terkejut mendengar pertanyaan itu, tetapi ia mencoba menjawab dengan tenang. "Bukannya Ayah yang bilang kalau Juan nggak boleh-"

Jidan memotong kalimatnya dengan nada lebih keras. "Boleh, kerja aja. Biar kamu tidak merepotkan saya terus, carilah uang sendiri."

Juan menunduk, merasakan tekanan yang berat dari kata-kata ayahnya. "Baik, Ayah," jawabnya pelan, berusaha menahan air mata.

Rio dan Samuel saling pandang, merasa sedih dan marah melihat perlakuan Jidan terhadap Juan.

Yuan menatap piringnya, tidak berani mengeluarkan suara. Rian, yang biasanya akan membela Juan, kini hanya diam, terpengaruh oleh kata-kata Jidan malam sebelumnya.

Sean akhirnya angkat bicara, mencoba menenangkan suasana. "Ayah, mungkin kita bisa bicara baik-baik. Juan masih butuh banyak istirahat dan perawatan."

Jidan menatap Sean dengan dingin. "Cukup, Sean. Saya tidak ingin mendengar argumen lagi. Juan harus belajar mandiri."

Juan mengangguk lemah, merasa semakin terpojok. "Baik, Ayah. Juan akan cari pekerjaan part-time."

Sarapan berlanjut dalam keheningan yang lebih dalam. Juan merasa beban di pundaknya semakin berat, tapi ia tahu bahwa ia harus kuat demi dirinya sendiri dan saudara-saudaranya.

Meski rasa sakit dan tekanan terus menghantui, Juan bertekad untuk mencari jalan keluar dan membuktikan bahwa ia bisa mandiri.

Pagi itu, Juan pamit terlebih dahulu untuk berangkat ke sekolah karena ia naik taksi seperti biasanya.

Sean, Rian, dan Yuan berangkat ke kampus bersama setelah mengantar Rio dan Samuel ke sekolahnya.

Di sekolah, Juan merasa gelisah, terus bertanya-tanya pada orang-orang yang mungkin saja tahu tentang lowongan pekerjaan part-time.

Juan sangat membutuhkan pekerjaan itu.

Saat istirahat, Olivia mendekati Juan dengan senyum lembut. "Juan, lo masih cari kerja part-time, kan?"

Juan mengangguk, mencoba tersenyum meskipun hatinya terasa berat. "Iya, Oliv. Juan butuh pekerjaan itu."

Olivia berpikir sejenak, lalu menawarkan, "Gimana kalau lo kerja part-time di tempat Ayah gue lagi? Dia pasti seneng bisa bantu lo, dan gue juga seneng bisa bareng lo terus di sana."

Juan tersenyum tipis, tapi menolak dengan halus. "Makasih, Oliv, tapi Juan nggak enak. Juan takut malah merepotkan Ayah kamu. Apalagi kalau tiba-tiba Juan sakit, itu pasti bikin ribet."

A LITTLE HOPE || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang