Waktu terus berlalu, dan Juan masih belum menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Hari telah berganti, tetapi dia tetap terlelap dalam tidurnya yang tidak berujung.
Bagi saudaranya, setiap detik terasa seperti satu abad. Mereka terus berharap dan berdoa, memohon agar Juan segera bangun dari tidurnya yang panjang dan kembali ke dunia nyata.
Tetapi sementara itu, Juan tetap terpaku dalam dunianya yang tenang, jauh dari kegelapan yang menghantui mereka yang menunggunya dengan penuh ketakutan dan kecemasan.
"Juan, apakah kamu sudah cukup tenang?"
"Jangan seperti ini, hidup adalah pilihan. Maka dari itu kamu harus bisa memilih, Juan."
"Tinggal disini dengan kesepian yang tak berujung atau kembali ke duniamu dimana ada kelima saudara yang menyayangimu dan siksaan dari orang tuamu."
"Sekarang pilihlah,"
"JUAN!!!"
Mata Juan perlahan-lahan terbuka, disambut oleh cahaya lampu yang memancar di ruangan yang sepi itu.
Detik demi detik, dunia nyata kembali memenuhi pandangan matanya yang kabur. Ia merasakan tubuhnya terasa berat, seperti terjebak dalam lingkaran lelah yang mengikatnya.
Dengan hati berdebar, Sean bergerak mendekati Juan yang baru saja terbangun.
Tatapan harapan menyala di matanya saat ia mencoba membangunkan saudaranya dengan lembut. "Juan, kamu bangun," bisik Sean dengan suara yang penuh harapan, mencoba membangunkan Juan dari tidurnya yang panjang.
Dia memegang tangan Juan dengan lembut, membiarkan sentuhan hangatnya menyirami tubuh saudaranya yang masih lemah.
"J-juan kenapa?" tanyanya lemah.
Sean tersenyum, "Juan cuma kecapean."
"Kenapa kalian disini? Kalo ayah tau gimana? Ayah bakal—"
"Ayah nggak ada disini dia kerja di luar kota," potong Rian cepat.
Rian tidak bisa menahan senyum bahagianya saat melihat Juan yang akhirnya sadar. Setelah satu hari penuh kekhawatiran dan kegelisahan, rasa lega dan sukacitanya meluap begitu melihat adiknya membuka mata.
Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Rian merasakan hembusan angin segar yang mengusir semua kegelapan dan kecemasan yang menyerbu sepanjang hari itu.
Dia merasa lega dan bersyukur bahwa Juan akhirnya bangun dari tidurnya yang panjang, dan itu menjadi awal dari hari yang lebih baik bagi mereka semua. Mungkin...
"Jadi, kenapa kalian ada disini?" tanya Juan.
Rian menatap malas pada Juan, "Pake nanya, jelas jagain lo."
"Tapi—"
"Kita semua udah diskusi, kalo kita nggak mau ngejauhin lo. Mau lo ngusir kita dengan cara apapun juga, kita nggak bakal mau jauhin lo," potong Rian cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE HOPE || END
Teen Fiction"Maaf, Juan udah berusaha. Tapi penyakit 'gagal ginjal' ini seakan-akan ingin membunuh Juan detik ini juga." "Jangan ngomong gitu, Juan harus inget kalo Juan punya lima sodara yang siap donorin ginjalnya sama Juan kapanpun itu!" Di tengah cobaan y...