22- Amnesia

58 14 0
                                    

Hanya Juan yang selalu disalahkan di keluarga Anggara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya Juan yang selalu disalahkan di keluarga Anggara. Setiap kesalahan kecil selalu diarahkan padanya, seolah-olah dia adalah pusat dari semua masalah.

Obat antidepresan yang selama ini membantu meredakan penderitaannya kini mulai kehilangan efeknya.

Rasa sakit yang terlalu lama dipendam telah menghancurkan kekuatan mental Juan.

Dunia seakan terlalu kejam pada Juan, yang tidak tahu apa-apa dan hanya berusaha untuk bertahan.

Setiap hari, Juan harus menghadapi perlakuan keras dari orang tuanya, yang tak henti-hentinya menyakiti baik secara fisik maupun emosional.

Dunia, bagi Juan, adalah tempat yang penuh dengan kekejaman tanpa akhir.

"Bang Sean," panggil Juan dengan suara lelah.

Sean menoleh, melihat adiknya yang tampak begitu kelelahan, "Kenapa, hm?"

"Bisa nggak kalo Juan aja yang gantiin posisi Bang Rian? Juan nggak selamat pun pasti ayah seneng dan kalian bakal terbebas dari penderitaan ini," kata Juan, matanya berkaca-kaca, penuh harap sekaligus putus asa.

Sean menatap adiknya dengan pandangan tajam, merasa terguncang oleh kata-kata Juan. "Jangan ngomong sembarangan, Juan. Rian pasti udah memikirkan konsekuensinya sendiri. Dia bakal sembuh seperti biasa, jangan merasa terbebani."

Juan tenggelam dalam keputusasaan. Rian, abang yang selalu menjadi perisai hidupnya, kini terbaring antara hidup dan mati di meja operasi karena aneurisma otak.

Rasa bersalah menggerogoti Juan. Rian terjebak dalam kondisi kritis ini karena membelanya dari ayah mereka.

Seandainya Juan tidak pernah ada, mungkin Rian tak perlu menjadi pahlawan dan tak perlu menghadapi ancaman yang kini mengancam nyawanya.

Semua mata tertuju pada pintu ruang operasi yang terbuka.

Juan dengan tergesa-gesa mendekati Dokter Candra yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Ayah," panggil Juan khawatir. "Gimana? Gimana keadaan Bang Rian?" Tanyanya sambil menatap dokter dengan tatapan cemas.

Dokter Candra mengangguk mantap sebelum menjawab dengan suara tenang namun penuh perhatian, "Operasinya berjalan lancar, Juan. Kami berhasil menangani aneurisma otaknya tepat waktu. Namun, ada beberapa komplikasi yang harus kami atasi. Rian masih dalam perawatan intensif untuk memastikan tidak ada kerusakan permanen."

Juan mengangguk, rasa lega dan cemas berkecamuk di wajahnya.

Juan berterima kasih kepada dokter sambil menahan napas, berharap semuanya akan berjalan baik-baik saja untuk saudaranya, Rian.

~~~~~ A LITTLE HOPE ~~~~~

Beberapa hari berlalu sejak operasi berisiko yang dihadapi Rian. Dalam ruang perawatan intensif, suasana tegang memenuhi udara saat Rian akhirnya membuka matanya.

A LITTLE HOPE || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang