Setelah berbagai perjuangan panjang dan penuh dengan emosi, akhirnya hari keadilan tiba bagi Juan dan keluarganya.
Jidan, sang ayah tiran yang selama ini menjadi sumber penderitaan mereka, akhirnya dihadapkan pada keadilan yang tak terelakkan.
Bukti-bukti yang terang-benderang menunjukkan perbuatannya yang jahat dan keji, membuatnya tidak memiliki ruang untuk membela diri di ruang sidang.
Di ruang sidang yang hening, suasana tegang terasa di udara. Juan duduk di kursinya dengan tatapan yang penuh dengan campuran rasa lega dan kepuasan.
Juan menghela napas panjang, membuang segala rasa gusar dan penderitaan yang telah menghantui dirinya selama bertahun-tahun.
Hari ini adalah hari di mana Juan akhirnya bisa mengakhiri siksaan mental yang diberikan oleh ayahnya.
Hakim dengan serius memandang Jidan yang duduk di kursi terdakwa. "Berdasarkan bukti-bukti yang ada, termasuk kesaksian dari para saksi dan dokumen yang kami peroleh, pengadilan telah memutuskan bahwa Anda bersalah atas semua tuduhan yang dikenakan," ujar hakim dengan suara tegas.
Jidan mendengarkan putusan itu dengan tatapan dingin. Hatinya mungkin merasa tak terima, namun wajahnya tidak menunjukkan penyesalan atau pengakuan atas kesalahannya.
"Hakim memutuskan untuk menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup bagi Anda, tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat. Anda dianggap telah melakukan tindak kejahatan yang serius dan merugikan banyak orang," lanjut hakim dengan suara yang menggelegar di ruang sidang.
Juan hanya bisa menatap ayahnya dengan perasaan campuran antara lega dan sedih. Meskipun dia mendapat keadilan, hatinya masih teriris oleh kenyataan bahwa ayahnya harus dihukum seberat ini.
Namun, Juan tahu ini adalah konsekuensi dari perbuatan Jidan yang telah merusak banyak kehidupan.
Di luar ruang sidang, keluarga Juan berkumpul. Sean, Rian dan semua saudara Juan merasa lega, meskipun terasa pahit di hati.
Mereka akhirnya bisa melangkah maju tanpa beban Jidan yang selama ini menghantui mereka.
"Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa keadilan akhirnya datang, meskipun kadang datang terlambat," ucap Sean dengan suara serius namun penuh dengan harapan.
Juan mengangguk setuju. "Ayah, Juan harap ayah bisa menemukan kebenaran dan damai di balik jeruji besi," gumamnya dalam hati, mengirimkan doa terakhir untuk ayahnya yang sekarang menjadi narapidana.
Mereka meninggalkan gedung pengadilan dengan langkah tegar. Meskipun rasa sakit masih ada, mereka tahu bahwa keadilan telah dilakukan dan mereka bisa melanjutkan hidup mereka dengan lebih baik, tanpa bayang-bayang Jidan yang gelap.
Di perjalanan pulang, mereka merenungkan semua yang telah terjadi. Pengorbanan Olivia, perjuangan Juan dan keluarganya, serta akhirnya keadilan yang mereka peroleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE HOPE || END
Teen Fiction"Maaf, Juan udah berusaha. Tapi penyakit 'gagal ginjal' ini seakan-akan ingin membunuh Juan detik ini juga." "Jangan ngomong gitu, Juan harus inget kalo Juan punya lima sodara yang siap donorin ginjalnya sama Juan kapanpun itu!" Di tengah cobaan y...