Dokter Candra telah merencanakan semuanya dengan matang, kenyataan ternyata jauh dari harapan. Langkah-langkah yang mereka ambil tidak berjalan sesuai rencana.
Jidan, dengan dukungan yang kuat dari pihak hukum, tampak semakin merajalela.
Entah apa yang dilakukannya, namun jelas sekali bahwa ia telah berhasil memanipulasi pihak hukum untuk mendukung kejahatannya.
"Kita pulang aja..." kata Juan dengan suara lelah.
Kelima saudaranya langsung menoleh, menatapnya dengan kaget dan cemas. Mereka takut jika Juan akan menyerah pada ayahnya, mereka tidak rela jika Juan terus menjadi sasaran kekerasan dari sang ayah.
"Juan, lo nggak boleh nyerah," ujar Rian dengan suara tegas. "Kita udah sejauh ini. Kita nggak bisa biarin Ayah menang."
Juan menggeleng, matanya berkaca-kaca. "Tapi kita udah coba segala cara dan tetap nggak berhasil. Juan nggak mau kalian terus-menerus dalam bahaya gara-gara Juan."
Sean meraih bahu Juan, menatap adiknya dengan penuh kasih sayang. "Juan, kita semua di sini buat kamu. Kita nggak akan biarin kamu menghadapi ini sendirian."
Yuan, yang biasanya lebih pendiam, akhirnya angkat bicara. "Kita harus tetap bersama. Kita nggak bisa biarin Ayah terus-terusan nyakitin kita."
Juan tetap pada pendiriannya, meski saudaranya mencoba meyakinkannya untuk bertahan. "Kita pulang aja," katanya lagi dengan tegas, memaksa kelima saudaranya untuk pulang bersamanya ke rumah Jidan.
Mereka semua bingung dan tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Juan sehingga ingin kembali ke rumah ayahnya.
Rian mencoba untuk membujuknya sekali lagi, "Juan, lo nggak bisa kembali ke sana. Itu terlalu berbahaya."
Namun, Juan menggelengkan kepalanya. "Kita nggak punya pilihan lain. Kita harus pulang. Juan punya rencana."
Sean mengernyitkan dahinya. "Rencana apa, Juan? Apa yang kamu pikirkan?"
Juan menatap mereka satu per satu, matanya penuh dengan tekad. "Ayah semakin curiga sama kita. Kalau kita tetap di sini, dia akan tahu kita merencanakan sesuatu dan itu bisa berbahaya. Kita harus membuatnya percaya bahwa kita menyerah dan pulang ke rumah. Itu satu-satunya cara untuk membuat dia lengah."
Yuan kembali bersuara, "Tapi, Juan, gimana kalau rencananya gagal? Kita semua bisa dalam bahaya."
"Juan tahu resikonya, tapi Juan nggak mau terus-terusan lari. Kita harus hadapi ini bersama-sama. Kalau kita bisa buat Ayah lengah, kita bisa cari bukti lebih banyak dan akhirnya bawa dia ke pengadilan."
Bohong!
Juan berbohong, sebenarnya dia tidak punya rencana apapun. Dia dipaksa oleh Jidan untuk membawa saudara-saudaranya pulang ke rumah.
Jidan mengancam akan membunuh salah satu dari mereka jika Juan tidak menuruti perintahnya.
"Kalau kalian nggak pulang, saya akan pastikan salah satu dari kalian mati malam ini," ancam Jidan dengan suara dingin di telepon. Ancaman itu membuat Juan tak punya pilihan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
A LITTLE HOPE || END
Teen Fiction"Maaf, Juan udah berusaha. Tapi penyakit 'gagal ginjal' ini seakan-akan ingin membunuh Juan detik ini juga." "Jangan ngomong gitu, Juan harus inget kalo Juan punya lima sodara yang siap donorin ginjalnya sama Juan kapanpun itu!" Di tengah cobaan y...