Bertahun tahun telah berlalu, kini kehidupan sang mantan ketua geng motor telah berubah dimana anak anaknya telah tumbuh remaja.
Meskipun begitu wajah tampannya masih sangat menonjol, dan rambut hitam yang kini telah ditumbuhi sehelai dua helai rambut putih.
Kini ia sedang duduk di ruang tamu bersama sang istri, kebetulan ia tak masuk kantor hari ini. Ia adalah Altarel dan istrinya siapalagi kalo bukan Alisya.
Prang!!
Suara itu mengagetkan mereka berdua, dengan buru buru mereka segera menuju kearah dapur dan mendapati anak kedua mereka yang tak sengaja memecahkan piring, Zayyan namanya yang kini berusia 17 tahun.
"Astaghfirullah, ngapain sih Zay?" tanya Altarel melihat kepingan piring yang berhamburan dilantai.
Sementara Zayyan hanya cengengesan saja, "maaf pah, licin" balasnya.
Altarel hanya bisa menghela nafas melihat Zayyan, "dibersihin hati hati, sudut sudutnya tajem entar kena tangan berdarah" peringat Altarel.
Alisya yang baru tiba, dia yang hendak membantu dilarang oleh Zayyan karena tak mau jika tangan mamanya itu terluka.
"Udah biar Zayyan aja, mama sama papa lanjutin aja santainya" ujar Zayyan.
Pada akhrinya Altarel dan Alisya kembali ke ruang tamu sementara Zayyan sibuk membersihkan kepingan piring pecah. Tangannya sedikit berdarah namun tak membuat Zayyan berhenti untuk membersihkan kepingan piring.
Setelah semua selesai dibersihkan semua dan dirasa sudah bersih, Zayyan kemudian mengobati tangannya yang terluka tadi.
Baru setelah itu, Zayyan bergabung dengan kedua orangtuanya yang memang memanggilnya untuk bergabung.
Zayyan pun menghampiri mereka dan duduk di sebelah mamanya, sementara Altarel yang duduk di sofa tunggal.
"Ada apa pah, mah?" tanya Zayyan.
"Jadi gini, papa--" belum sempat Altarel menyelesaikan ucapannya langsung di potong oleh Zayyan.
"Zayyan gak mau disuruh masuk pesantren" ujar Zayyan.
Altarel dan Alisya saling berpandangan, lalu kemudian Altarel kembali melanjutkan ucapannya.
"Bukan itu yang papa maksud, papa cuma mau bilang, nanti sore papa sama mama mau ke pesantren tempat abang buat jenguk dia, kamu tinggal sendiri di rumah gak papa kan?"
Mendengar itu tentu saja membuat Zayyan merasa lega, ia memang tak seperti abangnya yang tinggal di pesantren untuk menuntut ilmu agama, ia lebih memilih untuk tinggal bersama orang tuanya.
Bukan manja atau apa, memang Zayyan sendiri yang tak mau, dan Altarel juga tak bisa memaksa karena sudah berapa kali Zayyan di bawa ke pesantren ujung ujungnya Zayyan kabur dan kembali kerumah.
Tak hanya sekali, namun berkali kali meskipun Altarel sangat tegas yang bisa membuat anaknya semua tunduk dan patuh, namun jika sudah dipaksa tentu saja Zayyan akan melawan, bahkan Alisya sendiri bilang jika Zayyan plek ketiplek Altarel sang papa.
Namun berbeda jika sudah dengan sang mama yaitu Alisya, dia diam saja sudah mampu membuat Zayyan merasa bersalah. Memang persis 80% cetakan papanya ketimbang sang mama.
"Jaga rumah, dan awas aja kalo berani bawa cewe kerumah, papa seret kamu ke pesantren" peringat Altarel.
"Dih, emang pernah Zayyan bawa cewe kerumah? Ngadi ngadi aja, papa kali yang bawa cewe kerumah" balas Zayyan yang tak terima.
"Lah, mana ada papa bawa cewe kerumah? Papa itu setia sama mama mu" jawab Altarel.
"Ya iyalah pastinya, mama itu kan unlimited, kalo papa mah udah kadaluarsa" ujar Zayyan yang sekarang membuka ponselnya.
"Bener bener ni anak, anak siapa sih ini? " masih bisa bisanya Altarel bertanya padahal sudah plek ketiplek tingkahnya seperti dirinya.
"Ya anak bu Alisya dan pak Mamad" ujar Zayyan merasa tak bersalah sedikitpun.
Altarel mengerutkan keningnya, pak mamad? Siapa itu?.
"Pak mamad siapa?" tanya Altarel.
"Ya papa lah, pak mamad" ujar Zayyan yang kemudian tertawa terbahak bahak melihat ekspresi papanya yang lucu menurutnya.
Sementara Alisya hanya bisa menghela nafas melihat kedua laki laki itu saling berdebat, sudah sangat sering mereka seperti itu namun ujung ujungnya ya tetap baikan, memang benar buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
"Sudah sudah, ribut mulu heran" lerai Alisya.
Namun bukannya mendengar mereka malah semakin berdebat dan bahkan sudah kejar kejaran layaknya anak anak kecil yang sedang bermain.
"Hati hati pak mamad, jangan kebanyakan lari nanti encok tu pinggang" ucap Zayyan yang masih berlari berkeliling ruang tamu menghindari Altarel.
"Heh! Jangan mentang mentang nama papa ada Muhammad kamu panggil mamad ya, sini kamu!"
Karena masih saja berdebat dan bahkan kejar-kejaran, Alisya yang tak tahan melihatnya segera menuju kedapur, dan mereka berdua masih saja kejar kejaran.
Tak lama Alisya keluar dengan centong sayur di tangan nya, dengan ekspresi datar dari Alisya mampu membuat dua orang tadi terdiam.
"Sudah?" tanya Alisya yang dibalas anggukan dari mereka berdua. Tak hanya Zayyan yang langsung diam, namun Altarel juga akan terdiam ketika melihat Alisya seperti tadi.
*****
Sore harinya Altarel dan Alisya segera pergi menuju ke pesantren tempat anak pertamanya, tak lupa mereka berpamitan dengan Zayyan sebelum berangkat.
Zayyan yang sendirian dirumah sedang sibuk dengan ponsel, namun sedang asik asiknya dia bermain ponsel, tiba tiba saja sebuah pesan dari seseorang yang nomornya tak disimpan oleh Zayyan.
[Zayyan, kamu apa kabar? Masih ingat aku kan?]
Isi pesan itu, sebelum akhirnya orang itu mengirim foto yang membuat Zayyan kembali mengingat hal yang sudah ia lupakan.
"Kenapa dia kembali muncul" gumam Zayyan yang terlihat kesal saat harus mengingat kejadian itu lagi.
End
Terimakasih sudah membaca cerita saya:) jangan lupa baca cerita saya yang lain ya 😊 thanks❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL [END]
JugendliteraturSingkat saja ini kisah Altarel cowok tampan yang berjabat sebagai ketua geng motor dijodohkan oleh orang tuanya dengan gadis bercadar yang berhasil membuat pandangan Altarel kepadanya berubah, yang tadinya membenci kini menjadi cinta. DARI PADA PEN...