nine

43.3K 2.8K 31
                                    

Tiga hari telah berlalu, Ace sudah kembali pulih dan boleh pulang dari rumah sakit. Kini, bocah itu tengah duduk di atas sofa dengan boneka sapi mini yang dibelikan Frank kemarin, Ace yang diberi hadiah sangat senang bahkan ia tak mau melepaskan boneka sapi mini itu dari pelukannya.
Persis seperti saat ini, jika boneka itu punya nyawa sudah dipastikan akan kehabisan nafas akibat dekapan Ace yang begitu erat.

Di sebelah Ace ada Alice yang tengah memperhatikan Ace yang begitu bahagia hingga tersenyum-senyum sembari mengemas pakaian Ace. Tidak banyak pakaian Ace yang Alice kemas, hanya ada beberapa tshirt, kaus kaki dan baju hangat.

"Sayang, di pakai dulu ya." Alice memakaikan hoodie serta beanie dengan warna senada. Walaupun sedikit kesusahan karena Ace tidak mau melepas boneka sapinya itu.

Hari ini sesuai apa yang Frank katakan, mereka akan terbang pulang menuju mansion Walter. Frank sudah benar-benar memastikan bahwa Ace sudah bisa melakukan perjalanan, bahkan ia meminta dokter yang menangani Ace memeriksa beberapa kali agar Ace bisa nyaman diperjalanan.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatiaan Ace yang masih setia memainkan boneka sapi mininya. Munculah Rylee yang sudah rapih dengan setelan santainya. Ace melihat itu sontak hendak turun dari sofa yang lumayan tinggi itu, Alice yang melihat itu seketika jantungnya terhenti sejenak. Jika ia tak reflek menahan Ace sudah dipastikan saat itu juga Ace sudah mencium lantai dan menangis merasakan sakit pada bokongnya.

"Astaga, baby." Rylee pun berucap yang sama ketika melihat Ace yang secara tiba-tiba ingin melompat turun padahal kaki pendeknya saja tidak bisa mencapai lantai.

Alice pun menurunkan Ace dengan perlahan dan siapa sangka Ace langsung berlari menuju Rylee. Untung saja Rylee sudah dekat sehingga sebelum Ace berlari pun ia sudah mengangkat Ace ke dalam gendongannya. Rylee menatap gemas Ace yang tertawa pelan sedangkan Rylee dan Alice sudah panik melihat tingkah Ace.

Rylee menggesekkan hidungnya dengan hidung bangir milik Ace, Ace terkikik geli. "Hihi.. Geli daddy!"

Cup..

"Nakal."

Ace merenggut tak terima, "No, Ace nggak nakal. Ace anak baik. Iya 'kan, mommy?"

"Iya dong, Ace memang anak baik." balas Alice sembari mengusap rambut lembut Ace.

Rylee tertawa kecil ketika melihat Ace yang meminta pengakuan Alice, "Baiklah, baiklah. Ace menang."

Ace menatap Rylee lekat kala tidak melihat Frank.

"Opa nggak datang, daddy?" tanya Ace dengan nada yang lirih. Ia merindukan Opanya, padahal baru hari ini Ace di tinggal Frank.

Kala Frank di perkenalkan hari itu, Ace sangat menempel dengan Frank hingga tak mau lepas sedikitpun. Ace akan menangis ketika Frank tidak ada di dekatnya dan selama Ace ada di rumah sakit Frank selalu menginap dan menemani Ace hingga bermain bersama. Frank tak merasa keberatan sama sekali, ia malah senang melihat cucu bungsunya bisa akrab dengannya dnegan cepat, ia kira akan susah mendekati Ace yang notabene tidak pernah bertemu dengan dirinya. Namun, Tuhan berpihak padanya. Rylee saja merasa tak ada karena Ace sangat fokus bermain dan bermanja dnegan Frank.

"Opa sudah menunggu kita di bandara, sayang."

Ace mengerutkan keningnya seolah berpikir keras, "Bandala itu apa, daddy?"

"Bandara itu tempat pesawat terbang, sayang."

Mata Ace terbelalak, "Wahh, berarti Ace akan terbang, dad?"

Rylee mengangguk sambil tersenyum, "Iya, baby."

"Belalti Ace bisa lihat awan dan bulung-bulung!" Dibayangan Ace sudah tergambar betapa serunya melihat burung berterbangan mengelilingi pesawat yang ia tumpangi.

little aceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang