Suara riuh terdengar menggema di sebuah lorong sekolah, banyak teriakan kagum ketika empat manusia tengah berjalan diantara padatnya kerumunan. Dua diantara mereka malah asik tebar pesona, berbeda sekali dengan dua manusia lainnya dibelakang yang sudah risih dengan banyaknya tatapan yang mereka dapatkan.
Tapi, bukankah ini resiko jadi orang ganteng?
"Hallo, dek!" Lelaki remaja itu membuat suaranya menjadi berat sembari mengedipkan sebelah matanya membuat suasana lorong kembali ramai oleh teriakan histeris.
Lelaki yang disebelahnya tertawa keras sambil memukul pundaknya. "Jijik banget gue, Ma!"
Tak mau kalah, lelaki itu pun tiba-tiba menghampiri salah satu gerombolan siswi di salah satu pintu kelas. Hal itu membuat para siswi itu menahan nafas. Mimpi apa ia bisa melihat pahatan sempurna ini di depan matanya langsung?
Dengan ekspresi mukanya yang dibuat-buat, lelaki itu pun mulai mengeluarkan suaranya, "Mau tanya dong."
"B-boleh.." jawab siswi itu terbata-bata.
"Cm itu kepanjangannya apa?"
"Centimeter."
"Kalau dm?"
"Desimeter, kak."
Noah memangut, "Kalau hm?"
"H-hektometer."
"Km?"
"Kilo-."
Noah menggeleng, "Salah!"
"Km (kamu), punyaku." ting! Kedipan maut Noah berhasil membuat siswi itu ambruk, untung saja ditahan oleh temannya dibelakang.
Suara riuh mulai terdengar kembali, Noah tersenyum bangga dengan gombalannya yang ia contek tadi pagi dari sosial media. Noah menatap ketiga temannya dengan alis yang ia naik-turunkan, dua manusia dibelakang hanya menatap jengah mereka sudah tak aneh melihat tingkah laku Noah.
"Gimana, gimana? Keren 'kan gue?" Noah menyugarkan rambutnya kebelakang, lagi-lagi suara histeris kembali terdengar. Gerakan sedikit pun berhasil membuat anak orang tantrum, itulah mereka.
"Freak!"
"Bodoh!"
"HAHAHA, mampus!" kata Jama, lelaki dengan suara berat yang dibuat-buat itu.
"Elah, nggak asik lo berdua!"
Tak ada nama pasti untuk geng mereka, mereka sudah mengenal cukup lama. Noah Tristan Walter, ya kalian tahu siapa dia ya. Lalu ada Jama, bisa di bilang Noah dan Jama sebelas-duabelas dengan tingkah mereka. Tak lupa kedua manusia kaku dan si kutu buku, Gale dan Rune.
Mereka kembali melangkahkan kaki menuju lapangan karena memang rencana mereka akan bermain bola basket bersama. Namun tiba-tiba, ponsel Noah bergetar membuat ia melempar bola basket pada Jama untung saja ia siap, kalau tidak pasti bola itu mendarat di wajahnya yang tampan.
Noah meriah ponselnya dan seketika membulatkan matanya dan ekspresi wajahnya pun berubah, "Gawat,"
"Gue cabut dulu!"
"Lah! Nggak jadi nih main basket?!"
Jama mengheran melihat Noah buru-buru mengemasi barangnya dan berlari keluar lapangan basket. Akhir-akhir ini Noah sudah jarang bermain, Noah selalu ingin cepat-cepat pulang. Mereka pun bingung, apakah Noah punya mainan baru?
..
"Hoam.."
Sudah beberapa kali suara itu keluar dari salah satu meja di belakang sana. Seorang dosen yang tengah mengajar pun hanya bisa bersabar karena ia tak pernah berani untuk menegur, bahkan tak ada sedikit niat pun untuk bermacam-macam pada anak muda itu. Terlalu beresiko berurusan dengan keluarga yang menyandang status tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
little ace
Teen Fictionace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik, keponakan, sepupu yang begitu menggemaskan. hingga waktu itu semua mengetahui fakta besar ini, apa...