"Ahahhahahaha... Lali ada sapi besal!!"
Melihat Kedrick yang akan mengejar ya, Ace pun mulai mengangkut puluhan sapi kecil lalu ia masukan ke dalam gerobak kecil. Lalu Ace mulai mengayuh sepeda itu, wajahnya terlihat bahagia melihat Kedrick yang tidak bisa menjangkaunya. Kedrick hanya berpura-pura padahal jarak mereka hanya satu langkah kakinya saja, ia lakukan demi melihat Ace tertawa lepas.
Kedrick tersenyum, ia berhenti sejenak melirik jam dinding yang ternyata ini sudah waktunya jam makan Ace. Sepertinya Kedrick sudah terlalu lama membiarkan Ace bermain, Kedrick pun menghampiri Ace.
"Baby? Udah dulu ya mainnya." ucap Kedrick sambil mengelus rambut Ace yang ternyata sudah lepek karena berkeringat.
Ace menggelengkan kepalanya hingga pipi gembulnya ikut bergoyang, "Ace masih ingin main, abang."
Kaki Ace mulai kembali menjalankan sepeda mininya, Kedrick pun hanya bisa menghela nafas. Ia tidak bakat membujuk anak kecil, karena ia tak memiliki pengalaman dalam bidang itu. Sepertinya Kedrick harus mengambil kursus dalam menangani anak kecil.
Kedrick berjalan dan mengangkat tubuh Ace membuat Ace kaget dan mulai melengkungkan bibirnya ke bawah.
"Abang hikss.. Ace masih mau main.. HUAAAA." Pecah sudah tangisan Ace, Kedrick hanya bisa mengelus punggung sempit Ace dan melangkah keluar dari ruangan bermain Ace.
Tepat saat mereka keluar, dari pintu sebelah terdapat Oscar yang juga baru keluar dengan peluh keringat. Oscar mengernyit ketika melihat Ace yang masih menangis dengan tangan yang merentang seolah ingin masuk kembali ke ruang bermainnya.
"Kenapa menangis hm?"
"Hikss.. Ace mau main!" lirih Ace dengan matanya yang sayu menatap Oscar. Oscar mengerti, Ace sudah lelah walaupun dirinya masih ingin terus bermain. Jadi Ace melampiaskan dengan tangisan.
Oscar menghampiri Ace, tangannya terangkat hendak mengusap air mata Ace yang membasahi pipi gembul itu. Namun, Kedrick buru-buru menepisnya.
"Kotor."
Setelah mengucapkan itu, Kedrick pun melanjutkan langkahnya menuju lift untuk turun ke bawah. Oscar melihat itu pun hanya bisa pasrah, susah sekali ia untuk memegang adik kecilnya itu. Padahal kan Oscar pengen unyel-unyel Ace.
Oscar mengusap kepalanya dnegan handuk kecil, menatap ke arah dalam ruangan yang tadi ia tempati. Ia melihat Noah yang terbaring lemas dengan nafas terengah-engah. Oscar tersenyum miring, hari ini Oscar sangat bahagia.
Poor, Noah!
..
"Aduh.. Pegel semua badan gue!"
Noah berusaha bangkit dari posisi terbaringnya setelah Oscar meninggalkannya begitu saja.
Semua badannya terasa sakit dan nyeri, kakak laknatnya itu memang sedari dulu tidak berubah jika soal hukum menghukum dirinya. Bayangkan saja, selama tiga jam non stop Oscar mengajaknya berduel di ring tinju. Tentu saja Oscar yang mendominasi, Noah ingin melawan tapi yang ia pukul malah angin.
Noah mengernyit bingung ketika melihat meja makan yang kosong, ia berpikir kemana perginya manusia penghuni mansion ini?
"Wahhh, sepedanya bagus Opa! Hihi.."
Suara pekikan Ace yang terdengar dari depan pintu utama membuat senyuman Noah mengembang. Lihatlah betapa dahsyatnya efek Ace sehingga Noah melupakan rasa sakit yang mendera, Noah berlari menuju dimana Ace berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
little ace
Jugendliteraturace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik, keponakan, sepupu yang begitu menggemaskan. hingga waktu itu semua mengetahui fakta besar ini, apa...