fifteen

43.6K 2.8K 26
                                    

Sunyi malam menemani seorang lelaki yang baru saja keluar dari mobil. Lelaki dengan wajah datar itu menatap pintu besar menjulang dihadapannya. Here he is, di mansion Walter yang menjadi tempat tinggalnya beberapa tahun kebelakang dan kini ia menginjakan kakinya lagi setelah lama tinggal di negeri orang.

Lelaki itu pun melangkah membuka pintu, suasana sangat sepi hanya ada beberapa maid yang bertugas lebih awal. Melihat waktu masih terlalu awal dan keluarganya pun belum ada yang bangun, ia memutuskan untuk pergi ke kamar dan turun saat sarapan nanti. Penerbangan yang cukup lama membuat badannya remuk, ia membutuhkan istirahat untuk memulihkan tubuhnya.

Ketika sudah keluar dari lift dan hendak memasuki kamarnya, mata tajamnya menatap pintu yang berada diujung sana terbuka. Lelaki itu merasa ada sesuatu hal yang tidak beres karena pintu tersebut tidak boleh dibiarkan terbuka sembarangan seperti itu. Sangat bahaya.

Kakinya pun mendekati ruangan itu hingga suara sepatu pantofel berbunyi menggema dilorong tersebut. Namun seketika matanya membulat kala melihat anak kecil berpiyama corak sapi tengah mencoba mendorong pintu jeruji besi yang dibilang tidak ringan untuk anak seusianya.

Jantungnya berdetak beberapa kali lipat melihat peliharaannya mulai berjalan mendekati bocah itu. Apa bocah itu tidak melihat bahwa bahaya tepat ada didepan matanya? Kedrick yang melihat itu dengan cepat berlari membuang jasnya yang ia pegang dan menarik lengan gendut itu hingga bocah itu menubruk dadanya.

"Astaga Ace!" Kedrick mendengar suara teriakan dari arah belakang. Ia melihat Asher dengan wajahnya yang panik langsung berlari dengan cepat menutup pintu jeruji besi itu dan menggemboknya.

Asher membalikan badannya dengan nafasnya yang memburu, ia berjongkok dan menangkup wajah Ace dengan tatapan khawatirnya, "Ace nggak apa-apa 'kan? Ace ada luka? Bilang sama abang."

Ace memiringkan wajahnya, bingung. "Ace okay, abang!"

"Tapi, Ace kaget sedikit. Om ini nalik tangan Ace."

Pandangan Asher kini menatap Kedrick yang ada dibelakang Ace sedang menatapnya dengan tajam. Ada kilatan amarah di dalam mata Kedrick, siapa yang tidak terkejut melihat bocah itu hendak menjadi santapan peliharaannya? Apalagi ia sudah mengetahui siapa Ace, ia pulang ingin melihat adik barunya namun yang ia lihat malah sesuatu yang berhasil membuat dirinya kaget setengah mati.

"Bang Kedrick."

"Kenapa bisa terbuka?" Asher meringis, ia juga tidak tahu kenapa Ace bisa masuk ke dalam sana. Ditambah ia bisa melihat Kedrick sangat marah, hingga rahangnya mengeras.

"Aku–

"Abang! Ace ingin main dengan halimaunya!" Ace yang hendak lepas dari dekapan Kedrick pun dengan cepat Kedrick langsung membawa Ace ke dalam gendongannya.

Ace meronta, ia menggerakan tubuhnya kesana-kesini membuat Kedrick mempererat gendongannya. "Lepasin, Ace! Om lepasin Ace! Ace ingin halimau!"

"Baby, ini masih malam. Nanti ya?" ucap Asher menenangkan Ace.

Ace melengkungkan bibirnya ke bawah matanya berkaca-kaca menampung air mata yang sebentar lagi akan tumpah, "No!!! Ace ingin sekalang! Lepasin! Huaaa.. Daddy!!!"

Suara jeritan dan tangisan Ace cukup kencang, untung saja ruangan ini kedap suara dan juga kamar para orangtua ada di lantai tiga sehingga kejadian ini masih diketahui oleh mereka berdua saja. Entah apa yang terjadi jika para orangtua tahu terlebih opa, papa dan papinya itu.

Kedrick melihat Ace menangis pun tak tega, sepertinya Ace ini terlihat masih mengantuk apalagi ini masih jam tidurnya. Kedrick pun membawa Asher keluar kamar diikuti Asher dan mengunci pintu itu.

little aceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang