two

54K 3.3K 35
                                    

Suasana ruang keluarga di sebuah hunian mewah terasa begitu serius. Telah berkumpul kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga lainnya yang hadir.

"Apakah Rylee benar-benar menyembunyikan hal sebesar ini?"

Amber menggeram kesal, "Anak itu benar-benar! Aku akan menghubunginya."

Ketika hendak mengambil ponselnya, Frank menahan tangan istrinya dan menggeleng untuk tidak melakukan hal itu. "Nggak perlu. Biar aku yang akan mengurus Rylee."

"Tapi–

"Mom tenang. Benar kata Dad, biar aku dan Dad yang mengurusnya dan segera mengetahui kebenarannya." kata Griff. Sungguh, Griff juga tak habisa pikir jika berita ini benar. Entah apa maksud Rylee, ia pun tak tahu.

"Yes, Mom. Aku juga akan bantu, aku akan menyuruh Dav untuk mencari tahu." Kini anak kedua Frank yang menyahut.

Amber hanya bisa menghela nafas beratnya. Jika anak bungsunya pulang nanti, ingatkan ia untuk memarahi anaknya itu. Bagaimana bisa ia berani merahasiakan hal ini? Mungkin jika waktu bisa diulang, ia tidak akan mengizinkan anaknya untuk pergi saat itu.

"Baiklah, cari–

"WAHHHH ADA APA NIH RAME-RAME?"

Suara menggelegar nan membahana itu tiba-tiba membuat suasana pecah seketika. Semua yang ada di ruang keluarga terlonjak kaget mendengar teriakan dari seorang remaja yang lengkap dengan seragam yang masih melekat dibadannya.

"Astaga, Noah! Suaramu bikin Oma kaget!"

Frank melototi Noah dengan tatapannya yang memberikan peringatan. "Noah.."

"Hehe.. Ampun Opa." Remaja bernama Noah itu cengengesan ketika ia ditegur oleh Frank. "Lagian serius amat. Lagi bahas apa nih?"

"Kamu mau tahu aja!" sambar Amber seraya berdiri dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga bersama Frank.

Griff pun ikut berdiri menyusul Amber meninggalkan keponakannya.

Lalu disusul George–Papanya Noah. "Sana kamu mandi! Kamu bau!"

Tinggalah Noah, berdiri mematung ketika semuanya meninggalkannya padahal ia baru saja sampai. "Lah, ini gue ditinggalin?"

"Lagian mana ada gue bau." Reflek Noah mencium ketikanya sendiri, "Ewh, ternyata bau dikit."

..

Hari ini, Ace sedang bermain di sebuah taman yang dirancang khusus oleh Rylee untuk tempat bermain Ace. Taman ini sudah disesuaikan agar Ace bisa bermain dengan aman. Rumput sintetis yang dibuat sangat lembut, tidak ada benda atau ujung yng runcing dan tajam, taman yang diberi atap transparan sehingga dalam kondisi apapun Ace bisa menggunakan tempat bermainnya itu.

Ada banyak sekali perabotan bermain Ace, mulai dari seluncuran, berbagai macam mainan kecil, koleksi boneka sapi, bola warna-warni yang tersebar, bahkan ada mini bed karena Ace kadang tertidur di taman bermain.

Kali ini Ace tengah bermain dengan Jun. Oh iya, ngomong-ngomong Jun ini adalah kucing berwarna putih dengan corak hitam yang terlihat seperti warna sapi. Jun sudah menemani Ace dari Jun kecil, saat itu Ace menemukan Jun yang kehujanan saat Ace pergi jalan-jalan bersama Dad & Mom. Awalnya Rylee tidak ingin memungut Jun karena Jun saat itu kotor hingga ia berpikir Jun akan membawa penyakit. Namun, apa boleh buat Ace menangis meraung-raung dan akhirnya Rylee pun membolehkan.

Tak semudah itu Rylee memberikan Jun pada Ace. Rylee bahkan harus memeriksa Jun terlebih dahulu dan memastikan bahwa Jun tidak memiliki penyakit agar Ace aman saat bermain dengan Jun. Dan Rylee telah memastikan itu. Jadi hingga saat ini Jun tumbuh dengan baik dan sehat.

"Nah, Jun ayo tangkap sapinya Ace!"

Ace melemparkan boneka sapi mini miliknya ke belakang Jun, berharap Jun akan mengejarnya. Tapi apa yang Ace lihat, Jun malah membaringkan badannya diatas rumput dan memejamkan matanya. Sudah sekitar 1 jam Jun bermain tanpa henti membuat dirinya kelelahan dan akhirnya tertidur namun bocah imut yang bermain dengannya ini tidak lelah sama sekali setelah mereka kejar-kejaran tadi.

Ace yang melihat Jun berbaring, mengerucutkan bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ace yang melihat Jun berbaring, mengerucutkan bibirnya. Ia marah.

"Ish! Jun nakal! Ayo sapinya Ace diambil!" Ace berdiri dari duduknya dan berjalan menuju Jun yang sudah terkapar.

Ace mengoyang-goyangkan tubuh Jun, matanya berkaca-kaca kala melihat Jun yang tidak mau bermain dengannya.

"Jun bangun ayo!"

Tiba-tiba..

"HIKS MOMMY!!! JUN NYA NAKAL, HUAAA!"

Alice yang kebetulan tengah membuat cupcakes di dapur yang dekat dengan taman pun panik mendengar jeritan Ace yang disertai tangisan. Buru-buru ia pun meninggalkan kegiatannya dan melangkah menuju taman dan yang ia lihat Ace yang menangis segukan disamping Jun.

"Kenapa menangis, baby." Alice langsung menggendong Ace yang masih menangis.

"Hiks, M-mom. Jun n-nakal hiks.. nggak mau main sama Ace." Ace menangis sambil menunjuk-nunjuk Jun .

Alice mengusap rambut anaknya yang ternyata basah lepek karena berkeringat. Ia lupa bahwa anaknya sudah terlalu lam bermain.

"Sssshhh, sudah ya jangan nangis. Jun mungkin lelah. Lihat Ace juga pasti lelah ya, mainnya udha dulu ya. Mom membuat cupcakes untuk Ace."

Tangisan Ace mereda dan Ace menyandarkan kepalanya pada bahu Alice, terbukti bahwa sebenarnya ia sudah lelah dan mengantuk. Iya gasi kalau anak kecil nangis kalau ngantuk? hehe.

"C-cupcakes, Mom?" Ace mengucapkan dengan lirih, sepertinya sebentar lagi Ace akan tertidur.

Alice melangkah masuk ke dalam rumah, "Yes, Ace mau?"

Hening tak ada jawaban. Sedetik kemudian, Alice mendengar suara dengkuran halus dari Ace. Alice pun menyadari itu langsung melangkah masuk ke dalam lift dan berniat menggantikan Ace dengan baju tidur dan menidurkan anak kesayangannya itu.

Ace pun tertidur.
..

"Bass."

"Iya, Tuan?"

"Bagaimana kemarin, apakah tidak ada hal yang mencurigakan?"

"Tidak ada, Tuan."

Rylee tersenyum miring, "Apakah kau yakin?"

"Yakin, Tuan."

"Lalu bagaimana Daddy bisa mengetahui Alice bersama anak kecil yang saya yakin itu Ace?"

Deg. mampos kau Bass.

Hening. Lama tak ada jawaban yang keluar dari mulut Bass.

"Tak bisa menjawab, heh?"

..

next?

little aceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang