Sinar mentari pagi yang hangat mulai menembus celah-celah tirai kamar Boboiboy, membangunkannya dari tidurnya. Ia menggeliat dan menguap lebar, merasakan selimutnya yang masih terasa hangat. Boboiboy melirik ke arah jam alarm yang menunjukkan pukul 06.00 pagi, dia tadi sudah sholat shubuh dan kembali tidur lagi, sekarang waktunya dia bersiap-siap untuk memulai kehidupan barunya di dunia ini.
Boboiboy mengulurkan tangannya untuk mematikan alarm, matanya masih terpejam. Ia kemudian meraba-raba meja samping tempat tidurnya untuk mencari topinya. Boboiboy menguap sekali lagi, kemudian dia berdiri lalu berjalan ke jendela. Ia membuka jendela dan menghirup udara segar pagi hari. Cahaya matahari pagi yang cerah menerangi seluruh ruangan, membuat kamar Boboiboy terasa begitu hangat.
Boboiboy mengambil handuk lalu pergi mandi, setelah itu dia memakai seragam sekolah SMA. Dia memakai jaket dan tak lupa topi kesayangannya.
“Pagi semuanya!” sapa Boboiboy pada Duri dan Solar yang sedang sarapan.
“Pagi,” jawab Duri setelah menelan nasi goreng buatan ayahnya.
“Ayah- maksudku Pak Amato masakin nasi goreng ya?” tanya Boboiboy dengan rasa canggung.
“Iya, kalau kamu mau manggil pakai panggilan Ayah ke Ayah kami nggak apa-apa kok. Kamu kan juga Boboiboy meski dari dunia paralel,” ujar Duri, dia tersenyum ramah.
Boboiboy mengangguk, rasanya dia merasa bersalah pada Boboiboy dari dunia ini yang sudah meninggal. Dia seolah-olah merebut posisi orang yang sudah tiada di keluarga ini.
“Mana yang lainnya?” tanya Boboiboy dengan penasaran, dia juga ikut sarapan.
Solar menjawab, “Kak Halilintar, Kak Taufan, sama Kak Gempa pergi ke sekolah duluan, mereka ada urusan katanya.”
Boboiboy mengangguk tanda ia paham, dia mencari-cari keberadaan Ice dan Blaze.
Boboiboy tidak menemukan Ice dan Blaze di meja makan. Dia pun bertanya kepada Duri dan Solar tentang keberadaan mereka.
“Ice sama Blaze lagi di kamarnya masing-masing. Kayaknya mereka masih tidur,” jawab Duri.
Boboiboy kemudian menyelesaikan sarapannya dengan cepat. Dia ingin membangunkan Ice dan Blaze agar mereka tidak terlambat ke sekolah. Setelah selesai sarapan, Boboiboy langsung menuju ke kamar Ice dan Blaze.
Sesampainya di kamar Ice, Boboiboy mengetuk pintu. “Ice, bangun! Sudah pagi loh,” panggil Boboiboy.
Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Boboiboy mencoba mengetuk pintu lagi, kali ini lebih keras. “Ice, ayo bangun! Kita bisa terlambat ke sekolah.”
Masih tidak ada jawaban. Boboiboy mulai khawatir. Dia mencoba membuka gagang pintu, dan ternyata pintunya tidak terkunci. Boboiboy pun membuka pintu perlahan.
Di dalam kamar, Boboiboy melihat Ice masih tertidur lelap di tempat tidurnya. Dia terlihat sangat lelah. Boboiboy tidak ingin membangunkannya secara paksa, jadi dia memutuskan untuk membangunkan Blaze terlebih dahulu.
Boboiboy kemudian pergi ke kamar Blaze. Dia mengetuk pintu dan memanggil Blaze dengan cara yang sama seperti yang dia lakukan pada Ice.
“Blaze, bangun ... Ayo kita ke sekolah!”
Kali ini, Blaze menjawab dari dalam kamar. “Sebentar, Boboiboy! Aku masih mau tidur sebentar lagi!”
“Nanti keburu telat loh, Blaze!” Boboiboy memperingatkan.
“Iya, iya ... Aku bangun sekarang!” seru Blaze dari balik selimut.
Boboiboy menunggu beberapa saat, dan kemudian dia mendengar suara Blaze yang sudah bangun dari tempat tidurnya. Boboiboy pun kembali ke kamar Ice.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy di dunia lain (Boboiboy Fanfiksi)
FanfictionSetelah tidak sengaja masuk ke portal yang mengirimnya ke dimensi lain, Boboiboy harus berpindah-pindah dimensi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Warning! Boboiboy milik monsta, saya hanya meminjam karakternya saja, mohon maaf bila ada kesamaan...