Sinar mentari pagi menembus celah jendela kamar Taufan, membangunkannya dari tidurnya. Dia merasakan tubuhnya jauh lebih segar dibandingkan kemarin. Demamnya sudah turun dan dia merasa siap untuk beraktivitas kembali.
“Udah waktunya aku keluar rumah,” gumam Taufan.
Taufan meregangkan tubuhnya dan melompat dari tempat tidurnya. Dia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap.
Hari ini, dia berencana untuk pergi menonton pertunjukan skateboard yang diadakan di taman kota.
Selesai mandi, Taufan bergegas menuju lemari pakaiannya. Dia memilih pakaian yang nyaman dan perlengkapannya saat bermain skateboard, serta membawa skateboard kesayangannya. Dia tidak lupa untuk membawa topi dan botol minumnya.
Sebelum pergi, Taufan melirik ke arah kamar saudara-saudaranya. Mereka masih tertidur lelap. Taufan tersenyum dan memutuskan untuk tidak membangunkan mereka.
Taufan keluar dari kamarnya dan berjalan dengan langkah ringan menuju pintu depan. Dia membuka pintu dan keluar dari rumah tanpa menimbulkan suara bising, agar tidak mengganggu tidur kembarannya.
Halilintar dan Gempa masih tidur di kamar. Taufan juga tidak melihat keberadaan Boboiboy. Sedangkan Ice pasti masih tidur di kamarnya. Kalau Blaze dan Duri sudah pasti sedang ada di kebun belakang rumah.
Solar sendiri? Mungkin dia akan tenggelam dalam kegiatannnya berperang dengan tumpukan buku tebal di meja belajarnya.
Perjalanan menuju taman kota ditempuh Taufan dengan menggunakan skateboardnya. Sesekali dia melompat dan melakukan beberapa trik sederhana. Angin sepoi-sepoi terasa menyejukkan dan membuat Taufan semakin bersemangat.
Sesampainya di taman kota, Taufan disuguhkan dengan keramaian para pecinta skateboard. Ada yang sedang berlatih, ada yang menonton pertunjukan, dan ada juga yang berjualan perlengkapan skateboard.
Taufan tersenyum senang, dia mendaftarkan dirinya untuk ikut pertunjukkan skateboard. Di taman kota ini terdapat arena untuk pertunjukkan skateboard, letaknya juga lumayan jauh dari rumah.
“Permisi Kak, apakah pendaftarannya masih dibuka?” Taufan bertanya, senyumannya ramah seperti biasanya.
Orang yang sedang menggenggam pulpen pada tangan kanannya mengangguk. Dia menanyakan nama dan umur Taufan.
“Nama saya Taufan, umur 15 tahun,” kata Taufan, dia melihat orang itu menulis data dirinya.
“Ini nomor urutmu,” kata orang itu sambil menyodorkan kertas bertuliskan nomor 20.
“Terima kasih,” kata Taufan sebelum pergi ke arena.
“Waduh, aku tampilnya masih lama lagi dong.” Taufan bermain skateboard di arena latihan.
Di sisi lainnya, di rumah terlihat Gempa membelikan makanan untuk saudaranya yang lain.
“Ini sarapannya, maaf aku telat bangun jadi nggak sempat masak,” kata Gempa sambil menyiapkan sarapan.
“Nggak apa-apa Gem,” kata Halilintar, dia berdoa bersama adik-adiknya sebelum sarapan.
“Taufan mana?” tanya Gempa sedetik kemudian setelah dia menyadari salah satu kakak kembarnya tidak ada.
“Mungkin keluar,” balas Solar, dia sedang mengambil sayur lumayan banyak ke piringnya.
Gempa hanya mengangguk, kalau Boboiboy pagi-pagi sudah pergi sih, dia sudah terbiasa. Sedangkan Taufan, entah apa yang dilakukannya kalau keluar pagi.
•
Boboiboy menghela napas, dia merasa sedikit lelah setelah membantu nenek-nenek yang tersesat di dekat kedai Tok Aba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy di dunia lain (Boboiboy Fanfiksi)
FanfictionSetelah tidak sengaja masuk ke portal yang mengirimnya ke dimensi lain, Boboiboy harus berpindah-pindah dimensi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Warning! Boboiboy milik monsta, saya hanya meminjam karakternya saja, mohon maaf bila ada kesamaan...