19. Beliung membawa Boboiboy

1.3K 107 7
                                    

Di lorong dimensi, Blizzard melesat dengan kecepatan tinggi, mengikuti jejak sosok misterius yang telah mencuri elemen cahaya Boboiboy. Dia bertekad untuk menghentikan penjahat itu dan mendapatkan kembali elemen yang dicuri.

Sosok misterius itu terus berlari, menerobos portal demi portal dimensi. Dia tidak peduli dengan Blizzard yang mengejarnya, fokusnya hanya pada satu hal yaitu menemukan lebih banyak elemen cahaya di setiap dimensi.

Perjalanan mereka membawa mereka ke berbagai dimensi yang aneh dan berbahaya. Blizzard menyaksikan dengan ngeri bagaimana sosok misterius itu mengalahkan Boboiboy di setiap dimensi, mencuri elemen cahayanya dan meninggalkan mereka terluka parah.

Di dimensi lain, Beliung, salah satu tahap tiga elemen angin, sedang menjelajahi dimensi untuk mencari cara kembali ke dunianya dan membantu Blizzard. Dia telah terpisah dari saudaranya dan teman-temannya saat mereka diserang oleh sosok misterius itu.

Tiba-tiba, Beliung merasakan aliran energi yang kuat. Dia mengikuti sumber energi itu dan menemukan Blizzard yang sedang berlari di lorong dimensi.

"Blizzard?" Beliung terkejut. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku sedang mengejar dia yang mencuri elemen cahaya Boboiboy," jawab Blizzard. "Dia sudah mengalahkan banyak Boboiboy di dimensi lain."

Beliung terdiam sejenak, mencerna informasi yang dia dengar. "Elemen cahaya Boboiboy? Maksudmu?"

"Benar," kata Blizzard. "Dia ingin menguasai semua kekuatan elemen Boboiboy."

Beliung mengepalkan tangannya erat. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"

Sebelum Beliung bisa bertindak, sosok misterius itu menyerang mereka berdua dengan rantai cahaya. Beliung dan Blizzard berusaha menghindar, tetapi mereka tertahan oleh rantai cahaya itu.

Sosok misterius itu tertawa jahat. "Kalian berdua tidak akan pernah bisa menghentikanku!"

Dia menarik rantai cahaya itu dengan kuat, melemparkan Beliung dan Blizzard ke portal dimensi yang berbeda.

Beliung dan Blizzard terlempar ke dimensi yang berbeda, terpisah satu sama lain. Beliung terjatuh dari portal di sebuah hutan lebat, dikelilingi oleh pepohonan yang tinggi dan rimbun. Dia tidak tahu di mana dia berada.

"Aduh," gumam Beliung, dia mengusap kepalanya yang terbentur pohon, sedikit sakit. Namun, untunglah dia kuat, jadi dia tidak kenapa-kenapa.

"Aku harus melindungi elemen cahaya yang tersisa," gumam Beliung, dia berusaha merasakan energi dari elemen yang ada di setiap dimensi.

Seketika Beliung merasa jantungnya seperti ditarik, rasa sakit membuatnya jatuh berlutut.

"S-sakit, ini perasaan semua elemen cahaya yang direbut paksa?" gumam Beliung, dia menggelengkan kepalanya lalu berusaha mencari lokasi elemen cahaya yang masih tersisa.

"Hah? Ini pulau rintis di dimensi ini?" gumam Beliung saat merasakan ada elemen cahaya yang ada di dimensi ini.

"Kalau begitu, aku harus membawa orang itu kabur ke setiap dimensi selama Nova dan Blizzard memburu dia," gumam Beliung lalu terbang mencari keberadaan si pemilik elemen cahaya yang tersisa.

Blizzard mendarat di sebuah padang pasir yang luas, terik matahari menyengat kulitnya. Dia juga tidak tahu di mana dia berada.

"Dasar merepotkan," gumam Blizzard, dia menekan topeng berlogo es yang dia pakai lalu muncul portal dimensi di depannya. Segera setelah portal muncul, dia masuk kembali ke portal itu.

Kembali lagi ke sisi Beliung, dia berhenti dan duduk di atas dahan pohon melihat kedai Tok Aba. Dia memandang kedai itu dengan perasaan rindu.

"Kenapa dia jadi jahat seperti itu?" gumam Beliung sambil memikirkan salah satu dari mereka yang mencuri semua elemen cahaya.

"Nova sama Blizzard tadi nyasar ke dimensi mana ya?" gumam Beliung, dia khawatir pada saudaranya.

Di sisi lainnya, terlihat Nova menyerang sosok yang mencuri elemen cahaya.

"Ombak lava!" teriakan Nova bersamaan dengan lahar yang dia ambil dari gunung yang aktif menuju sosok itu.

"Lompatan cahaya," gumam orang itu lalu muncul di belakang Nova.

"Hah!"

Nova menoleh ke belakang, ingin menyerangnya lagi. Namun, Nova ditusuk pedang.

"Tidurlah di sini sampai aku selesai adikku," bisik sosok itu ke telinga Nova.

"V-voltra ... Kem ... balikan Gamma ...," kata Nova dengan terbata-bata sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.

Voltra menarik pedang itu dari perut Nova, dia menangkap tubuh adiknya sebelum ambruk ke tanah, lalu membaringkan Nova sebelum pergi.

Tiba-tiba di saat yang bersamaan, Beliung dan Blizzard merasakan sakit pada perut mereka. "Nova," gumam mereka secara bersamaan.

Langit yang diselimuti awan kelabu bagaikan lukisan abstrak di atas kanvas dunia, semakin mempertegas rasa cemas yang menyelimuti hati Beliung. Tatapannya bagaikan magnet yang tertarik pada kedai Tok Aba, tempat di mana Boboiboy dan Gopal asyik bercanda tawa, bagaikan alunan merdu yang bertolak belakang dengan gejolak di dalam dirinya.

Beliung segera menghampiri mereka.

"Boboiboy! Lihat ada dirimu yang lain!" seru Fang sambil menunjuk Beliung.

Gopal ternganga tak percaya, matanya terbelalak lebar melihat dua sosok Boboiboy di hadapannya. Satu Boboiboy yang dia kenal, dan satu lagi ... Dalam wujud Beliung yang tiba-tiba datang. Ying dan Yaya pun saling bertukar pandang, kebingungan menyelimuti mereka.

Beliung mengulurkan tangannya ke depan Boboiboy. "Aku tidak punya banyak waktu, ikutlah denganku Boboiboy!"

Angin bertiup kencang, menerbangkan dedaunan kering dan mengibaskan syal Beliung yang berkibar-kibar di udara. rambutnya yang berwarna biru dengan beberapa helai rambut putihnya diterpa angin.

Suasana dipenuhi rasa tegang dan penasaran. Pertanyaan demi pertanyaan berputar di benak mereka semua. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Beliung muncul dan mengajak Boboiboy pergi? Apakah ada bahaya yang mengancam?

Gopal menelan ludah dengan susah payah. Ia ingin bertanya, ingin tahu apa yang terjadi. Tapi rasa takut dan kebingungan membuatnya kelu. Ying dan Yaya pun sama, mereka hanya bisa saling menatap, mencari jawaban dalam tatapan satu sama lain.

Boboiboy, terdiam sejenak. Matanya menatap Beliung dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada keraguan, ada rasa ingin tahu, dan ada juga tekad yang mulai berkobar. Di lubuk hatinya, dia tahu bahwa dia tidak bisa menolak ajakan Beliung. Ada sesuatu yang besar yang sedang terjadi, dan dia merasa dia harus terlibat di dalamnya.

Dengan tarikan nafas panjang, Boboiboy melangkah maju, menjabat tangan Beliung dengan erat. "Baiklah," katanya dengan yakin. "Aku akan ikut denganmu."

Tanpa penjelasan lebih lanjut, Beliung menarik Boboiboy ke dalam portal dimensi yang terbuka di depan mereka. Cahaya putih terang menyelimuti mereka, dan dalam sekejap, mereka menghilang, meninggalkan Gopal, Fang, Ying dan Yaya yang masih terpaku dalam kebingungan.

Di dalam lorong dimensi yang penuh dengan pusaran cahaya, Beliung dan Boboiboy berlari dengan kecepatan tinggi. Mereka mengikuti aura energi yang samar-samar, berharap bisa menemukan Nova yang terluka.

“Nova!” teriakan Beliung terdengar samar-samar.

“Aku di sini,” gumam Nova sambil memegang luka pada perutnya.

Beliung menarik Boboiboy dan mereka berbelok ke kanan, mereka lompat ke portal dimensi lalu keluar tepat di depan Nova.

“Beliung ... Kenapa kau membawa Boboiboy dari dimensi lain ke sini?” tanyanya, dia digendong Beliung.

“Jangan banyak bicara Nova! Nanti akan kujelaskan, sekarang kita harus memulangkanmu ke tempat Rimba dan Kristal,” kata Beliung, dia mengajak Boboiboy untuk melompat ke portal dimensi lagi.

“Aku belum paham apa yang terjadi, kenapa kau harus membawaku? Siapa yang menyerang Nova?”

Boboiboy melayangkan semua pertanyaan pada Beliung.

“Nanti akan kujelaskan,” kata Beliung dengan nada dingin, dia sedang panik karena Nova terluka.

Bersambung.

Lanjut?

Boboiboy di dunia lain (Boboiboy Fanfiksi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang