“Eh, kalian belum menceritakan tentang apa yang kalian rahasiakan dariku,” kata Boboiboy, dia melihat Solar sudah mematikan sambungan telponnya.
“Aku mau tidur, Hali saja yang cerita,” kata Solar, dia menguap lebar lalu kembali ke kursinya, setelah itu Halilintar mengambil alih.
Dia yang menjalankan kapal selam berbentuk paus itu sekarang.
Halilintar melirik Boboiboy yang mendekat padanya. “Aku sibuk, tanya sama Gempa,” katanya dengan nada datar.
Boboiboy menghela napas pelan, dia melihat Gempa sudah bangun dan menyuruh mereka semua sarapan. Setelah itu, Boboiboy menanyakan hal itu pada Gempa.
“Oke Boboiboy, ini agak sensitif untuk kami, tapi aku akan tetap menceritakannya,” kata Gempa.
Taufan menepuk-nepuk pundak Gempa untuk memberi semangat.
“Kami semua dulu ...,” kata-kata Gempa dijeda cukup lama.
“Hah?” Boboiboy menaikkan sebelah alisnya.
“Objek penelitian,” sahut Blaze, dia masih main ular tangga dengan Duri saat Taufan sarapan.
“APA?” Boboiboy berteriak.
“Iya,” kata Gempa membenarkan ucapan Blaze.
“Sebelum kamu banyak tanya, kami bakal cerita tentang asal mula keberadaan kami di dunia ini,” kata Gempa, dia menarik napas panjang.
“Dulu Ayah Amato mau punya anak, dan kamu bisa nebak sih kalau kami itu anak dalam tabung yang diciptain.”
Boboiboy menganga. “Jadi Boboiboy yang udah tewas itu juga?” tanyanya, tak sanggup ia melanjutkan pertanyaannya.
Gempa mengangguk. “Dulu Ayah cuma bawa Kak Boboiboy pergi ketemu sama istrinya Ayah karena waktu itu Ayah nggak punya cukup uang buat beli 9 tiket, jadinya kami ditinggal di laboratorium sama rekan kerja Ayah.”
“Itu kalian umur berapa?” tanya Boboiboy, dia melihat Gempa minum air putih.
“11 mungkin?” gumam Gempa dengan ragu, dia saja tidak tahu tahun lahir mereka yang benar itu berapa.
“Aku lanjutin ceritaku, setelah Ayah pergi. Rekan kerjanya jahatin kami, mereka katanya mau jual kami ke medan perang di luar negeri. Jadi kami harus bisa berguna dalam hal membunuh, buat senjata, dan medis.”
Sekarang Boboiboy menutup mulutnya, dia merasa iba pada kehidupan mereka.
“Mereka berusaha cuci otak kami, biar Hali aja yang cerita dulu,” kata Gempa, dia menarik Halilintar dari kursi.
Kapal selamnya mereka hentikan karena ini waktunya istirahat.
Halilintar menarik tangannya dari Gempa, meski kesal, dia menceritakannya dengan raut wajah tak ikhlas.
Flashback
Beberapa tahun yang lalu, terlihat tujuh anak diseret ke ruangan yang berbeda. Halilintar hanya berekspresi datar, merasa risih mendengar teriakan anak-anak di sana yang terus memanggilnya dengan panggilan Kakak.
“Kami kembar tujuh?” tanya Halilintar pada perempuan berjas putih.
“Harusnya delapan, tapi Ayah kalian pergi membawa anak sulungnya saja. Dia menelantarkan kalian di sini,” kata perempuan itu, tentu saja itu bohong.
Halilintar terdiam, dia tidak banyak bertanya lagi. Hari demi hari dia lalui dengan latihan fisik, setiap hari dia harus berlari memutari ruangan tempat ia dikurung.
Lelah sih, tetapi Halilintar tidak pernah mengeluh. Dia juga diberi makan secukupnya, meski rasanya tak enak.
“Aku ke sini untuk memeriksa kesehatanmu,” kata perempuan yang sudah seminggu ini tak menemuinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy di dunia lain (Boboiboy Fanfiksi)
FanfictionSetelah tidak sengaja masuk ke portal yang mengirimnya ke dimensi lain, Boboiboy harus berpindah-pindah dimensi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Warning! Boboiboy milik monsta, saya hanya meminjam karakternya saja, mohon maaf bila ada kesamaan...