Cahaya matahari yang terik menyinari wajah pucat Halilintar dan Blaze. Keduanya duduk bersandar pada tembok tua, menatap kosong ke arah jalanan yang ramai. Meskipun sudah seminggu berlalu sejak kejadian mengerikan yang membuat mereka tewas karena kaki dan tangan mereka dimakan jin gila, rasa trauma masih menyelimuti hati mereka.
Menjadi undead, makhluk yang hidup di antara kehidupan dan kematian, adalah kenyataan pahit yang sulit mereka terima.
Halilintar mengusap bekas luka di kakinya yang masih terasa nyeri. Ingatan tentang pertempuran sengit melawan jin-jin gila itu kembali menghantuinya.
"Aku benar-benar tidak menyangka kita akan berakhir seperti ini," gumam Halilintar.
Blaze mengangguk setuju. "Aku juga tidak. Dulu, kita selalu bermimpi menjadi pahlawan yang kuat. Tapi sekarang, kita bahkan takut untuk pulang ke rumah dan hanya berkeliaran dari alam jin ke alam manusia."
Keduanya terdiam, masing-masing larut dalam pikirannya sendiri. Bayangan tentang keluarga dan teman-teman mereka muncul di benak mereka. Mereka merindukan kehangatan keluarga, canda tawa teman-teman, dan kehidupan normal yang pernah mereka miliki.
"Aku takut mereka tidak akan menerima kita," gumam Halilintar.
"Aku juga," sahut Blaze. "Mereka pasti akan mengira kita monster karena dihidupkan kembali sebagai undead."
Boboiboy yang melihat mereka dari kejauhan, segera menghampiri mereka.
Boboiboy menatap mereka lalu menepuk pundak mereka. "Kalian tidak sendirian. Aku ada di sini untuk kalian."
Boboiboy mengalihkan pandangannya ke Fang, Gopal dan Ying. Tiga undead yang telah mengantarnya ke kota ini karena percaya pada kebohongan Boboiboy yang bilang dia kembarannya Halilintar dan Blaze.
Mereka bertiga masih sibuk membantu memindahkan mayat manusia yang dibunuh oleh jin gila tadi.
"Boboiboy, kami harus kembali ke kota sebelah lagi. Ada beberapa undead di sana perlu bantuan dari kami," kata Ying, dia melihat Fang dan Gopal sudah terburu-buru menaiki elang bayangan.
"Woi! Tunggu aku lah!" Ying berteriak sambil berlari lalu duduk di atas elang bayangan itu.
"Semoga kita bisa bertemu lagi Boboiboy!" Ying berteriak sambil melambaikan tangannya.
Boboiboy tersenyum, dia melambaikan tangannya pada Ying. Berharap mereka memang bisa bertemu lagi suatu saat nanti.
Halilintar merasakan sensasi aneh pada kakinya. Luka menganga yang sebelumnya terasa nyeri kini terasa lebih hangat dan terbalut sensasi geli yang samar. Dengan hati-hati, ia meraba bekas luka tersebut. Terkejut, ia mendapati luka itu sudah menutup sempurna, bahkan tulang yang sempat tergores angin tajam saat pertempuran dengan jin gila itu kini tak lagi terasa sakit.
Halilintar membuka perban yang ada pada kakinya, dia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu berdehem pelan. Sedikit malu karena dia lupa kalau dirinya sudah menjadi undead.
Blaze yang melihat kakak kembarnya menggerak-gerakan kakinya beberapa kali sambil menepuk lukanya, meski kakinya kembali utuh, Blaze tahu kalau Halilintar pasti merasa sedikit tak nyaman dengan tubuh mereka setelah menjadi undead.
Boboiboy menghela napas panjang, mengamati kedua orang yang kini tengah larut dalam perdebatan sengit. Halilintar tampak yakin bahwa mereka harus segera pulang dan menemui keluarga mereka, sementara Blaze lebih cenderung untuk menunda pertemuan itu karena takut akan reaksi buruk keluarga mereka.
"Hei, kalian berdua," potong Boboiboy, suaranya sedikit lebih keras untuk menengahi perdebatan mereka.
"Aku bosan mendengar kalian berdebat, lebih baik cepatlah kunjungi mereka. Katanya kalian harus menjalani pelatihan selama satu minggu di alam jin saat dihidupkan kembali," ujar Boboiboy, dia tahu tentang itu dari Ying.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy di dunia lain (Boboiboy Fanfiksi)
Fiksi PenggemarSetelah tidak sengaja masuk ke portal yang mengirimnya ke dimensi lain, Boboiboy harus berpindah-pindah dimensi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Warning! Boboiboy milik monsta, saya hanya meminjam karakternya saja, mohon maaf bila ada kesamaan...