"Aku ... Aku tidak ingat siapa keluargaku," kata Boboiboy pelan, menundukkan kepalanya, dia mulai berpura-pura lupa ingatan. "Aku juga tidak ingat bagaimana aku bisa sampai di sini."
Taufan mengerutkan keningnya, raut wajahnya penuh kekhawatiran. "Apa yang terakhir kau ingat?" tanyanya.
Boboiboy menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingat apa-apa."
Fang melangkah maju, menepuk pundak Boboiboy. "Jangan khawatir," katanya. "Kami akan membantumu menemukan ingatanmu kembali. Dan jika kau benar-benar kembaran Taufan, maka kau adalah keluarga kami."
Boboiboy memutuskan untuk tetap berpura-pura menjadi kembaran Taufan, setidaknya untuk saat ini. Dia ingin membantu mereka menemukan ingatan Taufan dan keluarganya, dan dia ingin mempelajari lebih lanjut tentang dimensi ini.
"Terima kasih," kata Boboiboy, dia tersenyum. "Aku senang bertemu dengan kalian."
Taufan dan Fang tersenyum lebar. "Kami juga senang bertemu denganmu, Boboiboy," kata Taufan. "Sekarang, ayo kita makan bersama! Aku yakin kau lapar setelah pertempuran tadi."
Boboiboy mengangguk, perutnya memang terasa lapar. Dia mengikuti Taufan dan Fang ke sebuah rumah penduduk desa yang telah disiapkan untuk mereka. Di sana, mereka makan bersama dengan para penduduk desa yang berterima kasih atas bantuan mereka.
Di sisi lainnya, terlihat remaja laki-laki yang matanya berwarna ruby. Dia mengisi ulang senapannya dengan peluru, dia bergumam sambil menembaki pasukan penjajah yang menyerang daerah kekuasaannya.
"Halilintar, mereka semakin banyak!" seru remaja lainnya dengan panik, matanya berwarna hijau.
"Tenanglah Duri!" Halilintar mendorong Duri agar pergi.
"Larilah! Aku tidak bisa melindungimu sambil melawan mereka," kata Halilintar, dia dan Duri sembunyi di dalam gedung di lantai 4.
Duri menggeleng tidak mau. "Lalu kau bagaimana? Baru saja aku bertemu dengan kembaranku setelah berpisah cukup lama, tidak mungkin aku meninggalkan kembaranku sendiri," katanya, dia memegangi ujung jaket yang dipakai Halilintar.
Halilintar berusaha melepaskan pegangan Duri dari jaketnya. "Tinggalkan aku sendiri, aku tahu kita masih punya kembaran lainnya. Kita memang tak punya kenangan dan ingatan apapun tentang mereka, tapi aku yakin mereka pasti khawatir dan mencari kita."
Pupil mata Duri bergerak, dia bingung mencari cara memaksa Halilintar lari bersamanya.
"Kalau kau tak mau lari bersamaku, aku akan loncat dari jendela," ancaman Duri nyaris membuat Halilintar salah menembak sasaran.
Halilintar menurunkan senapannya dan mengalihkan pandangannya dari musuh. "Jangan konyol!" sentaknya.
"Aku benar-benar akan loncat dari jendela," kata Duri, tubuhnya gemetar saat mengatakan ancaman itu.
Halilintar melirik musuh yang semakin banyak, dia berdecak kesal lalu menarik Duri dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya membawa senapan. "Oke, ayo lari! Aku tidak ingin melihat kembaranku mati konyol," katanya dengan nada sinis.
Duri tersenyum, dia tahu Halilintar tidak akan membiarkannya kenapa-kenapa.
Di sisi lainnya, Fang menghampiri Taufan dan Boboiboy yang sedang duduk di teras rumah penduduk desa.
"Taufan," panggil Fang. "Ada kabar baik!"
Taufan menoleh ke arah Fang, matanya berbinar. "Kabar apa?"
"Ada orang yang melihat dua remaja laki-laki yang wajahnya mirip kamu diperbatasan kemarin," jelas Fang. "Mereka berasal dari daerah lain dan menduga itu kembaranmu yang selama ini kita cari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy di dunia lain (Boboiboy Fanfiksi)
FanfictionSetelah tidak sengaja masuk ke portal yang mengirimnya ke dimensi lain, Boboiboy harus berpindah-pindah dimensi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Warning! Boboiboy milik monsta, saya hanya meminjam karakternya saja, mohon maaf bila ada kesamaan...