29. Aku akan coba percaya padamu.

277 35 14
                                    

Hmmm, dimensi apa lagi ini? Tempatnya terlihat tidak asing, ini di bumi.

Boboiboy segera berkeliling sambil melihat-lihat kondisi di bumi itu.

"Aneh, pagi-pagi begini kenapa tempat ini sepi sekali?" gumamnya ketika melihat taman di pulau rintis.

Boboiboy tersentak kaget ketika ada balok kayu terlempar ke arahnya, untung saja dia bisa menghindar.

"Woi!! Kau sekarang nyamar pakai identitas yang mana lagi?" teriak seseorang pada Boboiboy.

'Ah, aku benci ini,' gumamnya dalam hati.

Sepertinya Beliung harus dia ceramahi sesekali agar melemparnya ke dimensi yang bisa membuatnya hidup damai.

Boboiboy menghela napas panjang, sepertinya dia harus akting menjadi orang lain yang dimaksud si pelempar balok kayu tadi.

"Menyamar pakai identitas orang lain?" tanyanya dengan nada mengejek.

"Aku tidak melakukan hal yang pengecut seperti itu," kata Boboiboy sambil mengambil balok kayu lalu membuangnya ke pinggir jalan.

"Cih, omong kosong."

Baru saja Boboiboy ingin mengucapkan sesuatu, tiba-tiba seseorang datang menghampirinya lalu menarik tangan Boboiboy sambil berlari.

"Kau ini selalu merepotkan Gempa," gerutuan orang yang menarik Boboiboy membuatnya kebingungan.

Boboiboy mengenali suara itu. Itu Blaze, apa yang sedang terjadi? Kenapa Blaze terlihat begitu kesal?

"Blaze? Tunggu, apa yang sedang terjadi?" tanya Boboiboy berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Blaze.

"Diamlah! Jangan buat aku semakin kesal!" bentak Blaze sambil terus berlari.

Boboiboy semakin bingung. Apa yang telah terjadi sehingga Blaze menjadi sekasar ini? Kenapa dia menariknya dan mengira dirinya adalah Gempa?

Boboiboy lebih baik pura-pura menjadi Gempa dari dimensi ini agar identitasnya tetap aman, dia juga tidak boleh menunjukkan kekuatannya dalam dimensi ini.

Boboiboy terus mengikuti langkah cepat Blaze, pikirannya berkecamuk mencoba memahami situasi yang sedang terjadi. Mereka berlari melewati jalan-jalan yang terlihat asing, tetapi juga terasa begitu familiar.

Boboiboy memperhatikan setiap hal yang dia lewati, berharap bisa menemukan petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi di dimensi ini.

Akhirnya, mereka sampai di sebuah rumah yang terlihat sangat mirip dengan rumahnya di Pulau Rintis tetapi ukurannya lebih besar. Blaze membuka pintu dengan kasar dan menyeret Boboiboy masuk ke dalam. Rumah itu terasa begitu sunyi dan dingin, berbeda jauh dari suasana rumah yang biasa dirasakan Boboiboy.

"Kau pikir dengan menyamar kau bisa menghindari masalah?" bentak Blaze lagi, kali ini suaranya terdengar lebih bergetar.

Oke, waktunya Boboiboy akting.

"Tentu saja bisa," balasnya dengan nada datar.

"Huh? Kau sudah gila Gem. Kau sering menyamar menjadi kembaran kita yang mungkin saja sudah tewas, Gempa!" seru Blaze sambil menekankan kata sudah tewas.

Boboiboy tersentak kaget, dia mengatur ekspresinya karena dia tak menyangka bahwa masalah yang harus dia hadapi dalam dimensi itu ternyata masalah keluarga dirinya versi lain. Dia berdehem sebentar lalu melirik foto keluarga di ruangan itu. Terlihat foto Halilintar, Taufan, Gempa, Blaze, Ice, Duri dan Solar yang sudah usang.

"Apa maksudmu? Mereka hanya dianggap mungkin sudah tewas kan, bukan berarti mereka sudah tewas," balas Boboiboy dengan tenang.

Blaze mengacak-acak rambutnya sendiri karena frustasi. "Tunggu, kenapa baju dan topimu berbeda?" tanyanya ketika menyadari pakaian Boboiboy tidak mirip dengan semua kembarannya.

Boboiboy di dunia lain (Boboiboy Fanfiksi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang