Pertempuran sengit berlangsung selama beberapa menit, hingga akhirnya semua penjajah di luar rumah sakit berhasil dilumpuhkan. Taufan, Fang, dan Halilintar pun bergegas masuk ke dalam, siap untuk menyelamatkan para sandera. Namun, sesampainya di dalam, mereka dihadapkan pada pemandangan yang mengejutkan. Semua penjajah di dalam rumah sakit telah tewas, tergeletak di lantai. Rasa bingung menyelimuti mereka.
Tiba-tiba, dari balik bayangan, muncullah sosok yang membuat Taufan, Fang, dan Halilintar ternganga tak percaya. Sosok itu tak lain adalah Blaze.
Blaze tampak lelah dan berlumuran darah karena pertempuran sengit yang baru saja dia lalui. Dia melihat Taufan dan Halilintar dengan tatapan yang sulit diartikan, sebelum berbalik pergi.
“B-blaze,” gumam Halilintar dan Taufan secara bersamaan.
Taufan, Fang dan Halilintar terdiam mematung, masih terpaku pada sosok Blaze yang menghilang di balik bayangan. Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk di benak mereka. Bagaimana Blaze bisa ada di sini? Bagaimana dia bisa mengalahkan semua penjajah di dalam rumah sakit sendirian? Dan mengapa dia pergi begitu saja saat melihat mereka?
Fang memecah keheningan. “Apa yang baru saja terjadi?” tanyanya dengan suara bergetar.
Halilintar menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu,” jawabnya. “Tapi satu hal yang pasti, Blaze telah membantu kita.”
Mereka pun bergegas memeriksa para sandera. Para sandera, yang terdiri dari dokter, perawat, dan pasien rumah sakit, semuanya dalam keadaan selamat. Hanya ada beberapa yang terluka akibat tembakan dan benturan.
Taufan segera membantu para korban yang terluka, sementara Fang dan Halilintar membantu para sandera yang lain untuk keluar dari rumah sakit.
Meskipun isi pikiran Taufan dan Halilintar dipenuhi oleh pertanyaan tentang Blaze yang tiba-tiba memunculkan diri.
Di sisi lainnya, napas Blaze tersengal-sengal, dia jatuh terduduk di dekat pohon.
“Sai, bawa aku pergi dari sini sebelum kembaranku menemukanku! Aku tadi ceroboh, tidak kusangka aku akan bertemu dengan mereka tadi,” kata Blaze sambil menekan lukanya yang terus mengeluarkan darah.
Sai yang menunggu Blaze di hutan segera menggendong Blaze dan pergi ke tempat persembunyian mereka.
Sai berlari sekuat tenaga, menerobos semak belukar yang lebat. Blaze di gendongannya semakin lemas, darahnya terus mengalir. Sesekali Blaze mengerang kesakitan, tapi dia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
Setelah berlari selama beberapa jam, Sai akhirnya sampai di tempat persembunyian mereka, sebuah rumah tua yang terpencil di tengah hutan. Dia segera membaringkan Blaze di atas ranjang yang reyot
Sai memeriksa luka Blaze. Lukanya cukup parah, peluru menembus lengannya. Dia harus segera mengobati Blaze sebelum infeksi menyebar.
Sai mengeluarkan kotak P3K kecil dari tasnya. Dia membersihkan luka Blaze dengan antiseptik, lalu membalutnya dengan kain kasa. Dia juga memberikan obat pereda nyeri kepada Blaze agar dia bisa beristirahat dengan tenang.
Sementara itu, di rumah sakit, Taufan dan Halilintar masih berusaha untuk memahami apa yang telah terjadi. Mereka tidak menyangka bahwa Blaze telah mengalahkan semua penjajah sendirian.
Mereka mencoba mencari informasi tentang Blaze, tapi tidak ada yang tahu di mana dia berada. Seolah-olah dia telah lenyap ditelan bumi.
Mereka memutuskan untuk mencari Blaze. Mereka tidak peduli dengan risiko yang harus mereka hadapi. Mereka hanya ingin menemukan Blaze dan membantunya.
Taufan dan Halilintar mengikuti jejak darah Blaze ke arah hutan, berharap dapat menemukannya sebelum terlambat.
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy di dunia lain (Boboiboy Fanfiksi)
FanfictionSetelah tidak sengaja masuk ke portal yang mengirimnya ke dimensi lain, Boboiboy harus berpindah-pindah dimensi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Warning! Boboiboy milik monsta, saya hanya meminjam karakternya saja, mohon maaf bila ada kesamaan...