Lanjutan flashback seminggu yang lalu ....
Fang dan Blaze terus menyusuri hutan yang semakin lebat. Semakin dalam mereka masuk, udara semakin terasa mencekam. Bau anyir darah dan aroma busuk khas jin gila mulai tercium jelas di udara. Fang, dengan insting undead-nya, bisa merasakan kehadiran makhluk mengerikan itu.
"Blaze, kita harus hati-hati. Jin gila semakin dekat," peringat Fang.
"Iya," jawab Blaze, matanya terus mencari-cari keberadaan Halilintar.
Tiba-tiba, Blaze berhenti di tengah jalan. Matanya membulat, menatap ke arah semak-semak di depannya.
"Hali!" teriaknya, suaranya bergetar.
Fang mengikuti arah pandangan Blaze. Di balik semak-semak, terlihat sosok yang sangat mirip dengan Halilintar. Sosok itu terluka parah, tubuhnya penuh dengan luka goresan.
"Hali! Tunggu aku!" seru Blaze, kemudian berlari menuju sosok tersebut.
Fang mencoba menghentikannya, "Blaze, tunggu! Itu bukan Halilintar!"
Namun, Blaze tak menggubrisnya. Ia terus berlari mendekati sosok tersebut.
Sesampainya di dekat sosok itu, Blaze langsung memeluknya erat. "Hali, aku sangat khawatir padamu."
Sosok itu merintih kesakitan, "Blaze ... Tolong aku ...."
Fang semakin yakin bahwa itu bukan Halilintar. Ia tahu bahwa jin gila sering menyamar menjadi manusia yang sudah dimakan bagian tubuhnya.
"Blaze, itu bukan Halilintar! Itu hanya jebakan jin gila!" teriak Fang.
Namun, Blaze tak mau mendengarkan. Ia terus memeluk sosok itu erat-erat.
Tiba-tiba, sosok itu berubah wujud. Jin itu berubah menjadi ular berkepala manusia yang mengerikan. Lidahnya menjulur panjang.
"Awas!" teriak Fang, dia mendorong Blaze dengan kencang lalu menusuk lidah jin itu dengan tusukan bayangan.
"H-Hali!" Blaze berteriak panik ketika jin itu masih mengambil wujud wajahnya Halilintar.
"Jangan sakiti abangku!" Blaze mendorong Fang yang menyerang jin gila itu.
"Hei! Jangan dekat-dekat, nanti kau dimakan!" seru Fang, dia terpaksa mendorong Blaze dengan tangan bayangan agar menjauh dari jangkauan jin ular itu.
"Haliii!" Blaze berteriak, tubuhnya terhempas ke pohon besar, dia batuk beberapa kali.
Blaze terduduk di bawah pohon, rasa sesak memenuhi dadanya. Pandangannya masih tertuju pada sosok jin ular yang menyerupai Halilintar, yang kini tengah bertarung dengan Fang. Air mata mengalir deras di pipinya, perasaannya campur aduk antara marah, sedih, dan takut.
"Hali ...," gumamnya lirih, suaranya bergetar.
Blaze masih terduduk di bawah pohon, tubuhnya gemetaran hebat. Pandangannya mulai kabur, napasnya tersengal-sengal. Di kejauhan, ia masih bisa mendengar suara pertarungan sengit antara Fang dan jin ular itu.
Tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya semakin terpukul. Di balik semak-semak, ia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Itu adalah Halilintar, abang kembarnya. Namun, kondisi Halilintar sangat mengenaskan. Tangan dan kaki kanannya sudah tidak ada, bekas gigitan jin gila terlihat jelas di tubuhnya.
Tangisan Blaze pecah seketika. Ia merangkak mendekati tubuh tak bernyawa Halilintar, lalu memeluknya erat. "Hali... kenapa kau harus pergi? Aku sudah datang mencarimu ...," gumam Blaze.
"Blaze! Lariii!" Fang berteriak kencang, tubuhnya terlempar karena libasan ekor jin ular itu.
Blaze menoleh kearah Fang lalu mengalihkan pandangannya kearah jin gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy di dunia lain (Boboiboy Fanfiksi)
FanfictionSetelah tidak sengaja masuk ke portal yang mengirimnya ke dimensi lain, Boboiboy harus berpindah-pindah dimensi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Warning! Boboiboy milik monsta, saya hanya meminjam karakternya saja, mohon maaf bila ada kesamaan...