25. Titip Neta

61 5 0
                                    

GAYS! FOLLOW DONG AKUN AKU! VOTE DONG YANG BACA CERITA INI! KOMEN DONG YANG BACA CERITA INI! AKU SUSAH PAYAH BIKIN CERITA INI, TAPI KALIAN KAYA GAK NGEHARGAIN BANGET!
SERIUSAN KALIAN CUMA MAMPIR BACA DOANG?
.
.
.
.
.
~°°°°°°°°°°°°°°°°°°°~

"Kaisya bolos?" Tanya Arlan menatap kedua sahabatnya, Jefri dan Dhava. Kini mereka bertiga telah berada di sekolah, tepatnya di parkiran menunggu kedatangan Kaisya.

"Tuh anak kagak usah di tanyain, udah biasa dia kalo bolos. Yang harus di tanyain itu si Al, dia kagak masuk lagi?" Ucap Dhava balas menatap Arlan.

"Albiru gak ngasih tau gue mau sekolah apa nggak, tapi dia titip Anet ke gue." Jawab Arlan.

"Dia kan laki nya, ngapain nitipin si Anet ke Lo?" Heran Jefri.

Arlan mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. "Mungkin Albiru ada urusan penting." Ujar Arlan di setujui oleh Dhava, tidak dengan Jefri.

"Sepenting pentingnya urusan si bos, Anet tetep bininya. Gue jadi penasaran, sepenting apa urusan si bos, sampe bininya sendiri dititipin ke orang lain."

"Jef, kali kali mikir positif, bisa jadi Albiru sibuk di Cafetaria. Albiru kerja buat siapa? Buat Anet. Buat memenuhi kebutuhan Anet, dia lagi berjuang. Disaat remaja seumuran dia fokus sekolah, dia harus sekolah sambil kerja, belum lagi ngebagi waktu buat rapat Black Tiger, yang harus dia urus bukan cuma Anet." Ucap Dhava panjang lebar tidak setuju dengan perkataan Jefri.

"Tumben bijak, Dhav?" Tanya Arlan menatap Dhava yang juga menatapnya dengan mata memicing.

"Lan, gue serius. Kok Lo jadi suka ngeledek gue? Waktu itu ngeledek di kantin, pake nyanyi segala. Sekarang Lo ngomong gitu, serasa serba salah gue." Ucap Dhava mendapatkan kekehan ringan dari Arlan.

"Baperan Lo jadi cowo." Ucap Arlan, entah kenapa belakangan ini semenjak Dhava memberitahu pasal perasaan nya, sikap Arlan jadi sedikit berubah. Banyak berbicara, banyak mengejek, padahal sebelumnya tidak seperti itu.

"Astaghfirullah." Ucap Dhava yang entah menatap apa, yang pasti Jefri menyentil kening Dhava dengan keras, alhasil Dhava meringis kesakitan.

"Lo ngapain istighfar?! Inget, Lo kristen Madhava!" Ucap Jefri setelah menyentil kening Dhava.

"Gue reflek goblok! Maen nyentil aja Lo, sakit nih jidat gue!" Protes Dhava sambil mengusap keningnya.

"Emang Lo abis liat apaan?" Tanya Jefri, Dhava menunjuk ke arah gerbang sekolah menggunakan dagunya sendiri.

Arlan dan Jefri pun menoleh ke arah gerbang, di sana terlihat motor sport Albiru yang mulai mendekat, namun hal yang membuat mereka terkejut adalah Falisa. Albiru membonceng Falisa, pemandangan macam apa ini?

Albiru memarkirkan motor sport nya tepat di sebelah motor sport Arlan. Falisa turun dengan memegang kedua bahu Albiru.

"Sayang bukain, susah." Ucap Falisa meminta Albiru untuk membukakan helm yang tengah Falisa gunakan. Tanpa penolakan sama sekali Albiru membuka helm Falisa setelah membuka helmnya sendiri, lalu membenahi rambut Falisa yang berantakan.

Adegan ini tentu tak luput dari pandangan Arlan, Jefri dan Dhava yang menatap Albiru dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Al, ini maksudnya apa?" Tanya Jefri tak digubris sama sekali oleh Albiru.

LAUTAN ALBIRU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang