35. Konflik Yang Sesungguhnya

33 2 1
                                    

GAYS! FOLLOW DONG AKUN AKU! VOTE DONG YANG BACA CERITA INI! KOMEN DONG YANG BACA CERITA INI! AKU SUSAH PAYAH BIKIN CERITA INI, TAPI KALIAN KAYA GAK NGEHARGAIN BANGET!
SERIUSAN KALIAN CUMA MAMPIR BACA DOANG?
.
.
.
.
.
~°°°°°°°°°°°°°°°°°°°~

Albiru mendudukkan Anetta di tepi kasur, barulah setelahnya giliran Albiru yang ikut terduduk di samping Anetta. Wajah Anetta yang sedari tadi bersembunyi di ceruk leher Albiru, kini terlihat jelas memerah. Lebih tepatnya kedua pipi Anetta yang memerah.

"Harusnya sebelum ke bawah, keringin dulu rambut Lo pake hairdryer. Mungkin ini semua gak akan terjadi." Ujar Albiru dengan nada biasa. Seketika Anetta langsung menoleh menatap wajah Albiru yang terlihat tenang.

"Mama keburu manggil kita buat turun ke bawah. Makanya gak sempet." Jawab Anetta dengan nada biasa pula. Sebentar. Anetta menangkap sesuatu di leher Albiru. Anetta menyipitkan matanya, guna memperjelas penglihatannya.

Setelah terlihat jelas, kedua bola mata Anetta langsung membola dengan sempurna.

"Apa yang Lo liat?" Tanya Albiru saat mendapati wajah terkejut Anetta. Tetapi Anetta tidak menjawab, terlalu bingung menyampaikan nya seperti apa.

"Apa?" Desak Albiru sangat penasaran.

"G-gak ada."

"Lo gak pinter bohong! Apa yang Lo liat?"

"Maksa banget sih! Lagian siapa yang bohong? Sok tau!"

Albiru menatap selidik Anetta. "Jawab atau..." Albiru mengantungkan kalimatnya sembari mencondongkan tubuhnya mendekati Anetta. Anetta jelas panik, tubuhnya berangsur mundur. Jika tidak, sudah di pastikan posisi wajah mereka akan berdekatan.

"A-atau apa?!"

"...atau gue cium Lo!"

"L-Lo jangan macem-macem ya! Inget Lisa!" Albiru seakan tuli, ia terus mencondongkan tubuhnya sehingga membuat Anetta semakin panik, bahkan sangking paniknya Anetta hingga lupa untuk bernafas.

"Nafas Neta."

"Y-ya Lo ngapain deket-deket?!"

"Jawab dulu pertanyaan gue, atau gue cium?!" Ulang Albiru mendesak Anetta untuk segera menjawab.

"Oky gue jawab! Jauhan sana!" Albiru kembali menegakan tubuhnya seperti semula. Lagipula Albiru tidak benar-benar berniat untuk mencium Anetta. Itu hanya sebuah ancaman.

"Leher Lo."

"Leher gue? Maksudnya gimana?" Albiru tentu tidak mengerti dengan dua kata yang Anetta ucapkan. Gemas karena Anetta tidak kunjung menjawab, alhasil Albiru memilih untuk melihatnya sendiri di cermin. Lelaki itu kini berdiri di depan lemari baju yang terdapat cermin berukuran cukup besar.

Setelah beberapa saat meneliti, akhirnya Albiru mendapatkan jawaban atas pertanyaan nya. Albiru menahan bibir nya agar tidak tersenyum senang. Bagaimana Albiru tidak senang? Tepat di bawah telinga sebelah kiri, terlihat jelas bekas gigitan Anetta tadi saat di meja makan.

Atau lebih tepatnya kiss mark? Apapun itu, secara tidak langsung, Anetta memberi tanda kepemilikan disana.

"Al, gue gak sengaja. Tadi gue refleks, maaf." Ucap Anetta dengan wajah tak enak hati.

LAUTAN ALBIRU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang