01 - PT.1

463 186 41
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Langit sore Kerajaan Etheral memancarkan rona jingga yang indah, bagaikan lukisan alam yang mempesona. Namun, di balik keindahan panorama itu, hati Althea diliputi rasa murung bagaikan awan kelabu yang menyelimuti.

"Ayah, apa bisa jika Kakak saja yang pergi dengan Ayah dan Ibu?" pinta Althea dengan spontan, menunggu jawaban dari Ayahnya.

Setiap 3 tahun, semua Kerajaan di Kekaisaran akan dipanggil untuk membahas masalah-masalah yang dapat mempengaruhi kekaisaran. Ada banyak Kerajaan yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut, termasuk Kerajaan Etheral dan Kerajaan Versace. Sudah tiga tahun sejak terakhir kali pertemuan tersebut diselenggarakan, dan itu selalu di laksanakan pada pukul lima sore hari.

Namun, sang Raja dan Ratu dari Kerajaan Etheral, atau Ayah dan Ibunya Althea, menyuruh Althea untuk hadir dengannya mereka kali ini.

"Tidak bisa. Harus kamu yang pergi, Althea. Kakakmu ada urusan lain sore nanti," jawab sang Ayah dengan nada tegas.

Althea menghela nafas berat mendengar jawaban itu. Ia menunduk lesu, kakinya melangkah pelan menuju ruang ganti.

Jam telah menunjukkan pukul setengah empat sore. Althea masih terlihat murung, ia sama sekali tidak ingin menghadiri pertemuan antar Kerajaan itu.

Para pelayan kerajaan dengan sigap membantu Althea bersiap-siap. Gaun putih yang anggun dipakaikan di tubuhnya, dihiasi perhiasan berkilauan. Rambut pirang panjangnya yang indah ditata rapi, dan mahkota putih yang cantik disematkan di kepalanya. Althea tampak begitu menawan.

"Menor banget," ujar Kaithan, sang Kakak, yang tiba-tiba muncul di sampingnya yang membuat Althea tersentak. Seperti kakak-adik pada umumnya, mereka selalu saling mengejek dan menjahili satu sama lain.

"Tutup mulutmu yang busuk itu, Kak," teriakan Althea yang mengisi ruangan itu. Darah mudanya mendidih akibat Kakaknya itu.

"Tenang, aku hanya bercanda," gelak tawa Kaithan bagai pecahan kaca yang berhamburan, Althea menjadi semakin kesal padanya, sebelum ia sempat membalas dengan menginjak kaki Kakaknya, terdengar suara ketukan pintu.

"Permisi." Pintu pun terbuka.

"Tuan Putri Althea, Anda sudah harus segera pergi ke pertemuan penting itu sekarang, Raja dan Ratu sedang menunggu di bawah." Seorang pelayan yang tiba-tiba saja datang dan memberi tahu Althea.

"Baiklah, Terima kasih telah memberitahukanku," ucap Althea, Ia pun pergi ke bawah untuk menemui Ayah dan Ibunya yang sudah menunggunya di depan gerbang.

"Maaf aku lama," ujar Althea dengan tergesa-gesa.

"Tidak apa-apa, kita harus bergegas pergi," balas Ibunya, mengajak Althea untuk segera pergi. Merekapun masuk ke dalam kendaraan dengan supir yang akan membawa mereka ke tempat pertemuan antar Kerajaan itu diselenggarakan.

Setibanya di tempat tujuan, Althea ternganga takjub melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya. Ruangan luas itu bagaikan galeri seni raksasa, penuh dengan karya seni yang memanjakan mata. Lukisan-lukisan besar dengan berbagai gaya dan aliran menghiasi dinding, bagaikan jendela yang membawa Althea menjelajahi dunia imajinasi para seniman. Di tengah ruangan, meja dan kursi tertata rapi, siap menyambut para tamu undangan untuk bercengkrama dan berdiskusi.

"Tempat ini indah sekali!" ucap Althea, matanya terpaku dengan penuh kekaguman melihat setiap sudut dari ruangan itu.

"Tentu saja, ada 4 Kerajaan yang menghadiri pertemuan ini. Tidak mungkin mereka akan menyediakan tempat yang tidak sepantasnya." ungkap Ayahnya dengan spontan.

Althea mengangguk pelan, masih terpaku pada kemegahan ruangan di sekitarnya. Ia tidak menyangka bahwa akan ada 4 Kerajaan yang menghadiri pertemuan ini.

Mereka berjalan menuju tempat duduk yang disediakan untuk mereka, bertuliskan nama kerajaan mereka. Namun, sesampainya di sana, mereka melihat tulisan kerajaan yang telah menjadi musuh besar mereka selama ini, yakni Kerajaan Versace di samping tempat duduk mereka.

"Kerajaan Versace ... Bukankah itu Kerajaan yang menjadi musuh terbesar kita, Ayah?" tanya Althea, memastikan.

"Benar sekali. Ayah pun heran mengapa penyelenggara menempatkan tempat duduk kita di sebelah mereka," jawab sang Ayah, raut wajahnya menunjukkan keheranan. Ibunya mengangguk setuju dengan pernyataan itu.

Mereka pun duduk, suasana hati mereka diliputi rasa penasaran dan sedikit ketegangan. Pertemuan pun dimulai, para perwakilan dari Kerajaan-kerajaan yang hadir mendiskusikan masalah-masalah besar yang sedang dihadapi, bersama-sama mencari solusi.

Althea memperhatikan semua pembicaraan dengan seksama, namun ia tidak dapat menyembunyikan rasa bosannya.

Hufftt... gumamnya pelan, hampir tidak terdengar. Ia menghembuskan nafas panjang, merasa waktu berjalan begitu lambat.

Baginya, pertemuan ini terasa sangat membosankan. Ia menyenderkan punggungnya di kursi, tatapannya kosong menatap langit-langit ruangan. Pikirannya melayang jauh, membayangkan berbagai hal lain yang lebih menarik daripada mendengarkan diskusi politik yang tak berujung.

Dua jam telah berlalu, pertemuan pun akhirnya selesai. Para tamu bersosialisasi, menyantap hidangan lezat yang disediakan, dan menikmati suasana malam yang meriah. Namun, Althea tidak tertarik dengan keramaian itu. Ia lebih memilih untuk pergi ke balkon, bersandar di pagar besi, dan menatap rembulan yang memancarkan sinarnya di langit malam yang gelap.

Mendadak, seorang pria yang tidak dikenalinya menghampirinya. Pria itu tinggi dan tampan, dengan aura misterius yang menyelimuti dirinya. Dia tersenyum ramah dan menyapa Althea.

"Kau Putri Althea, bukan?" Ia bertanya, suaranya terdengar lembut.

Althea terdiam sejenak, mengamati pria itu dengan seksama. Ia melihat taring tajam yang menonjol dari mulutnya, dan gelas minuman yang dipegangnya berisi cairan berwarna merah tua yang menyerupai darah. Rasa penasaran dan sedikit ketakutan bercampur aduk di dalam dirinya.

"Iya, ada perlu apa?" Jawab Althea dengan nada waspada.

"Oh, tidak ada. Kebetulan aku sering berada di balkon ini setiap selesai pertemuan antar kerajaan," ucapnya dengan senyum hangat.

"Baiklah. Namamu siapa? Kau sepertinya sudah mengenaliku." Althea sangatlah penasaran. Ini pertama kalinya dia melihat pria itu, tetapi pria itu seperti sudah mengenali Althea. Suasananya dipenuhi keheningan yang mencekam sejenak. Althea berdiri di sana, tatapannya tertuju pada Pria itu. Rasa tegang dan curiga menyelimuti dirinya.

"Aku Xavier Ascanius Versace, senang bertemu denganmu, Althea," ucapnya dengan senyum ramah di wajahnya, mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Althea, alih-alih menyambut uluran tangan Xavier, malah menatapnya dengan sinis. Kata "Versace" bagaikan duri dalam telinganya, membangkitkan kenangan pahit tentang permusuhan antar kedua kerajaan.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUEDDon't Forget to vote~ !!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to vote~ !!

Next Update: 9 June 2024 📌

Whispers of Allure [✓] Where stories live. Discover now