05 - PT.3

133 135 5
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

"Lain kali, jangan menguji kesabaranku. Sadarlah bahwa kau hanyalah manusia yang lemah." Cekikan itu semakin kuat.

"..." Kaithan akhirnya tak sadarkan diri di atas kasurnya. Ia yang awalnya hanya ingin tidur siang, berakhir menjadi tidur selamanya.

Xavier melepaskan cengkramannya, terlihat bekas merah di sekeliling lehernya. Ia menarik selimut dan menutup Kaithan, agar tidak ada yang menyadari bahwa Kaithan telah dIbunuh oleh seseorang.

Xavier tertawa puas melihat Kaithan yang sudah tak berdaya itu. Ia segera keluar dari sana dan membakar sarung tangan yang ia kenakan tadi.

Beberapa jam telah berlalu, sudah malam hari dan beberapa penjaga Kerajaan yang biasanya menjaga di depan kamarnya menyadari bahwa Kaithan tak kunjung keluar dari kamarnya sejak siang tadi. Mereka berinisiatif untuk mengecek.

Tok... tok... tok...

Mereka mengetuk pintu tetapi tak ada jawaban darinya. Jadi mereka sedikit membuka pintunya untuk mengintip.

"Pucat sekali dia...." Seorang penjaga berisik ke penjaga yang lain. Mereka mengangguk setuju, wajahnya terlihat sangat pucat, tidak seperti biasa.

"Mungkin sedang sakit." Bisiknya.
Mereka melanjutkan pekerjaan mereka, menjaga di depan kamar Kaithan. Tanpa mencurigai apa pun.

Keesokan paginya Althea terbangun karena mendengar banyak sekali suara tangisan dari luar, tanpa pikir panjang, ia langsung berlari keluar. Mendapati orang-orang yang sedang berdiri di depan kamar Kaithan.

Althea menghampiri dan melihat apa yang terjadi. Ibunya sedang menangis sambil memeluk tubuh Kaithan yang terlihat lesu bahkan tidak bergerak.

"Bangunlah, nak.... Jangan tinggalkan kami." Mendengar itu, Althea langsung menyadari bahwa ia telah meninggal.

"Kak!?" Ia langsung berlari ke Ibunya dan memperhatikan Kaithan yang bagaikan mayat. Tidak dapat menahan rasa sedihnya, air mata mulai berjatuhan dari matanya.

"Aduh, bagaimana ini." Ia berusaha mencari cara, ia memikirkan solusi sebentar.

Tiba-tiba ia teringat bahwa Ryuji bisa menyembuhkan seseorang, tetapi Althea tidak yakin bahwa Ryuji bisa menghidupkan seseorang yang telah meninggal.

Althea berlari ke kamarnya, mengambil ponselnya dan menelepon Ryuji.

"Ryuji! Kau punya kemampuan untuk menghidupkan seseorang gak?" Tanya Althea dengan nada yang sangat panik.

"Tidak, tetapi aku masih memiliki sisa ramuan untuk itu. Kenapa?" Ia heran dengan Althea yang tiba-tiba saja menanyakan itu.

"Ke sini sekarang dan bawa ramuan itu, cepat."

"Emangnya siapa yang meningga-" Sebelum Ryuji selesai berbicara, Althea langsung mematikan telepon itu.

Ryuji langsung bergegas mengambil ramuan itu dari lemarinya dan teleportasi ke Istana Etheral.

"Althea! Jadi untuk apa kau-" Lagi-lagi Althea langsung memotongnya,

"Tidak usah banyak bicara dulu, ikuti aku." Ia menarik tangan Ryuji dan membawakannya ke kamar Kaithan, Ryuji terkejut melihat apa yang sedang terjadi di sana. Semua orang heran kenapa Althea membawa seorang malaikat.

"Bisakah kau menggunakan ramuan itu untuknya?" Tanya Althea. Ryuji mengangguk dan langsung mengambil ramuan itu dari kantongnya. Ia meminum ramuan itu dan seketika sayapnya berubah menjadi warna emas yang sangat terang, orang-orang yang menyaksikan itu langsung memberikan jalan untuk Ryuji menghampiri mayat Kaithan,

"Tolong dia sebisamu." Sang Ratu menaruh Kaithan di lantai dan berdiri menjauhi.

Terlihat aura-aura terang bewarna emas di telapak tangan Ryuji, ia segera menyentuh kedua pergelangan tangan Kaithan. Aura yang berbaswara sangat terang memenuhi ruangan itu seperti suatu kilat.

Akhirnya, matanya perlahan-lahan terbuka menandakan bahwa ia telah hidup kembali berkat Ryuji.

"Aku masih hidup...?" Kaithan melihat-lihat sekitar, heran dengan ekspresi orang-orang yang terkejut dan bertepuk tangan memberikan Ryuji apresiasi. Namun, Kaithan menyadari Ryuji di sebelahnya yang terlihat sangat lemas karena telah menguras banyak kekuatannya.

"Terima kasih, Ryuji!" Althea terlihat sangat senang karena Ryuji telah berhasil menyelamatkan Kaithan.

"Sama-sama, sudah ya. Aku mau hibernasi dulu...." Ryuji langsung menghilang dari sana, ia ingin beristirahat untuk mengembalikan kekuatannya.

Raja dan Ratu memerintahkan orang-orang untuk bubar dan melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Setelah itu mereka menghampiri Kaithan yang telah sadar, memeluknya erat-erat.

"Kai, untung saja ada yang bisa menolongmu." Ucap Ayahnya.

"Kemarin Kakak kenapa?" Tanya Althea. Kaithan berusaha mengingat kembali kejadian yang terjadi kemarin.

"Oh, kemarin Xavier mencoba membunuhku saat aku sedang tidur siang."

"Xavier? Xavier Versace maksudmu?" Ibunya juga sangatlah penasaran dengan apa yang terjadi padanya.

"Iya, dia mencekikku dengan keras." Kaithan memegang lehernya yang masih sakit.

"Berani-beraninya dia, kita harus membalasnya." Ungkap Ayahnya, tetapi Kaithan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangan dulu, dia sangatlah kuat. Kita semua bisa saja mati jika menyentuhnya." Mendengar itu, Ayahnya mengangguk mengerti.

"Ya sudahlah, yang penting Kakak telah aman." Althea menepuk-nepuk bahunya dengan keras.

"Apaan sih jangan keras-keras juga kali." Ia menepuk balik.

"Sudah, jangan bertengkar." Ibunya menasihati mereka agar tidak bertengkar terus.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUEDDon't Forget to Vote~ !!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to Vote~ !!

Next Update: 12 June 2024 📌

Whispers of Allure [✓] Where stories live. Discover now