✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦
"Oh? Rupanya sedang tidur." Xavier melangkahkan kakinya ke arah Althea, mengagumi kecantikannya sambil mengelus-elus pipinya yang lembut itu. Althea dapat merasakan ada sentuhan di pipinya, tetapi ia tidak menghiraukan itu.
"Lucu sekali." Senyum tipis terlihat di ujung bibirnya. Ia mendekatkan wajahnya dan menyium pipinya. Obsesi ini yang benar-benar memenuhi dirinya sepenuhnya.
"Kau milikku, hanya aku yang boleh melakukan ini terhadapmu." Gumamnya sambil menusuk leher Althea dengan taringnya yang tajam itu dan meminum darahnya, terlihat tetesan darah yang berjatuhan dan menghiasi sprei putih itu.
"Sakit." Althea membuka matanya dan memegang lehernya yang sakit, ia terkejut mendapati Xavier yang sedang berada di depannya mengelap sisa darah di ujung bibirnya. Xavier mengelus-elus bekas gigitan itu dan mengucapkan,
"Maaf." Ia menatap mata Althea dengan kesadaran penuh, Xavier tidak pernah meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan ke siapa pun kecuali Althea. Ia benar-benar seorang Wanita yang spesial di matanya.
"Mengapa kau... enyahlah!" Althea tidak dapat menyelesaikan kalimatnya, ia menarik selimutnya dan menutup wajahnya yang merah merona seperti tomat.
"ngambek? Ya sudah aku akan pergi dari sini." Ia tertawa kecil melihatnya. Althea mengira ia sudah pergi dari ruangan ini, ia merasa malu di balik selimutnya.
"Apaan sih." Tidak sadar bahwa sebenarnya Xavier masih berada di ruangan itu, ia terus saja menggumamkan kata-kata yang tidak jelas.
"Pfft," Gumam Xavier, Althea langsung membuka selimut yang menutupi wajahnya dan melihat, baru menyadari bahwa Xavier masih berada di sana menatapnya.
Mukanya semakin memerah dengan perasaan malu yang mengisi dirinya. Sementara Xavier mendekatinya, ia langsung menarik pinggangnya dan menatapnya dengan tatapan yang serius dan mendalam.
Althea tenggelam dalam tatapan itu, belum pernah ditatap seperti ini oleh siapa pun sebelumnya. Dia adalah orang pertamanya. Akan tetapi ia bisa merasakan aroma alkohol dari nafasnya. Althea medorong tubuh Xavier, menjauh darinya.
"Kau sedang mabuk ya?" Ucap Althea.
"Mungkin iya dan mungkin tidak." Jawaban yang sangat tidak pasti. Situasi menjadi sangat canggung di antara mereka, Xavier melihat bahwa Althea sepertinya sangat gelisah dan tidak nyaman dengannya.
"Ada apa denganmu." Tanya Xavier, ia menepuk kepalanya dengan lembut, akan tetapi Althea terlihat sangat jengkel.
"Enyahlah, mengerti?" Althea menepis tangannya.
"Baiklah Tuan Putri Althea." Ejeknya. Sepertinya Althea sedang membutuhkan waktu sendiri, jadi Xavier meninggalkannya.
Mengetahui bahwa Xavier sudah pergi, ia berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi. Menatap dirinya sendiri di cermin.
Althea mengangkat rambutnya dan melihat banyak bekas gigitan di lehernya.
"Sialan, dia kira dia siapa." Gumamnya sambil mencoba menutup bekas gigitan itu dengan alas bedak agar tidak terlihat oleh orang lain.
"Untung saja masih bisa kututupi." Ia menaruh kembali alas bedaknya di dalam lemari dan keluar dari kamar mandi.
Perasaan bosan memenuhi dirinya, ia pun memutuskan untuk menghampiri Kakaknya yang sepertinya sedang bersantai di taman Kerajaan sambil membaca buku.
"Kak!" Sapanya.
"Kakak lagi sibuk, jangan ganggu." Mendengar jawaban dari Kakaknya, Althea memberikannya tatapan malas.
"Baca buku kok sibuk." Ucapnya, tetapi Kaithan tidak menghiraukannya dan terus focus membaca.
"Ohh, buku dari si itu ya... ekhem-ekhem." Althea menepuk pundaknya, sedangkan Kaithan terlihat sangat kesal dengannya.
"Apaan sih, Kakak masih lurus." Ujarnya, Althea baru teringat bahwa Kakaknya tidak tahu bahwa Ryuji sebenarnya adalah Ryunjine. Tetapi ia ingin menjahili Kakaknya lebih lanjut,
"Tapi, Bukankah dia sangat cantik, kak?" Godanya sambil memberikan tatapan kejam ke Kakaknya, selagi ia tidak tahu bahwa Ryuji adalah seorang wanita.
"Tidak sama sekali." Jawabnya sambil membuang muka dari Adiknya, padahal sebenarnya ia setuju dengan ucapan Althea.
"Eh, masa?" Tanya Althea.
"Lebih baik mati daripada menyukai seorang pria." Ungkapan Kaithan membuat Althea menghembuskan nafas.
"Andaikan saja Kakak tahu bahwa...." Althea hampir saja keceplosan, ia lupa bahwa Ryuji pernah bilang kepadanya untuk tidak memberitahukan siapa pun tentang penyamarannya.
"Bahwa apa?" Ucap Kaithan yang penasaran.
"Tidak jadi deh kak."
"Lah, oke" Ia lanjut membaca buku itu dengan serius dan penuh penghayatan sedangkan Althea hanya bengong melihat langit sore yang indah.
"DORR!" Seseorang mengejutkan mereka dari belakang, ternyata itu Ryuji yang barusan teleportasi untuk menemui mereka.
"Astaga, jantungku." Gumam Althea, menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gak usah gitu juga kali." Kaithan terlihat sangat geram dengan Ryuji.
"Maaf, memangnya kalian lagi ngapain?" Ia berjalan dan duduk di sebelah mereka.
"Buta ya?" Ucap Kaithan.
Mendengar ucapannya yang sarkas, Althea memukul tangan Kakaknya. Tidak terima dipukul, ia memukul balik dengan wajah kesal.
"Udah jangan bertengkar. Dan juga, kalian tahu gak, katanya lusa malam akan ada Masquerade Ball di selenggarakan di pusat kekaisaran, Mau ikut gak?" Tanya Ryuji.
"Oh, iya kah? Mau dong." Ungkap Althea, terlihat tidak sabar.
"Iya, kapan-kapan kita ketemuan aja."
"Emang jam berapa acaranya mulai?" Kaithan sepertinya juga tertarik untuk hadir.
"8:15 mulai, selesainya kemungkinan sampai 10 lewat." Jawabnya.
Mereka berdua mengangguk mengerti, dan lanjut berbicara mengenai hal apa yang harus dipersiapkan selain topeng. Akan tetapi, tiba-tiba hujan turun.
"Hujan pula, ayo kita masuk dulu." Mereka berlari masuk ke dalam Istana.
Tapi sialnya, pada saat menaiki tangga, lantainya sangat licin dan TRAK! Salah satu dari mereka terpeleset, terjatuh ke belakang, kakinya ketekuk dan kepalanya terbentur keras ke lantai.
"Ryuji! astaga." Althea dan Kaithan menghampirinya dan membantunya berdiri.
✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦
ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to Vote~ !!Next Update: 12 June 2024 📌
YOU ARE READING
Whispers of Allure [✓]
Romance"Tunggu, bukankah ini akan menjadi sangat beresiko? Kau adalah seorang vampir, sedangkan aku hanyalah seorang manusia. Seharusnya kita tidak boleh memiliki hubungan ini." Althea, putri dari Kerajaan Etheral, tak pernah menyangka dirinya akan terjer...