✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦
"Maaf..." Ucap Althea, sambil berusaha untuk berdiri, ia memegang kepalanya yang sepertinya terbentur ujung tangga.
"Ceroboh." Xavier mengambil belati yang sebelumnya terjatuh dari tangannya, mencengkeram erat senjata itu. Ia berjalan mendekati Althea yang tampaknya berjalan mundur hingga mencapai dinding di belakangnya, ia tidak bisa kemana-mana lagi.
Xavier berdiri di depannya, mengarahkan belati itu tepat di leher Althea yang sudah terlihat sangat ketakutan dan tidak bisa berbuat apa-apa, satu gerakan yang salah dapat menusuk lehernya.
"Jangan sakiti aku." Althea tak mampu mengendalikan perasaan campur aduknya, tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya Ketakutan telah melumpuhkannya, membuatnya tak mampu berpikir jernih.
"Berikan aku alasan untuk tidak membunuhmu." Jawab Xavier dengan tatapan tajam seperti elang yang mencengkeram mangsanya, menusuk tepat ke dalam bola mata Althea,
"Aku janji aku akan lakukan apa pun, tolong jangan bunuh aku" Suara Althea terdengar sedikit bergetar, akal Althea buntu bagaikan terjebak dalam gua yang gelap. Ia tak tahu jalan keluar karena rasa takut yang melandanya. Jadi, ia hanya melontarkan janji itu saja tanpa berpikir panjang.
"Apa pun? Baiklah." Walaupun Xavier telah menurunkan belatinya, rasa lega Althea tak bertahan lama. Pertanyaan tentang apa yang akan dilakukan Xavier selanjutnya terus menghantuinya.
Bayangan taring Xavier di balkon tadi kembali terngiang di kepalanya, memicu rasa cemas yang kian membara.
"Kenapa?" Tanya Xavier.
Di satu sisi, Althea ingin percaya bahwa Xavier tidak akan menyakitinya. Di sisi lain, keraguan dan rasa takut terus menggerogoti hatinya. Jantungnya berdebar kencang, menandakan ketakutan yang tak tertahankan."Tidak ada, ngomong-ngomong sekarang jam berapa?" Ucap Althea yang sepertinya ingin mengalihkan topik untuk menghindari ini.
"Sembilan lewat tiga puluh empat." Jawabannya yang membuat Althea panik karena ia seharusnya sudah bersama orang tuanya untuk pulang dari acara itu.
"Jam sembilan lewat? Astaga aku kelamaan di sini." Althea pun bergegas pergi mencari orang tuanya dan meninggalkan Xavier di koridor sana. Xavier menghembuskan nafas berat, sudah kedua kalinya di tinggalkan begitu saja oleh Althea.
"Kau tak akan pernah bisa lari dariku lagi, Althea." Gumamnya, terdengar sedikit tawaan licik darinya. Althea adalah satu-satunya perempuan yang membuatnya sangat tertarik. Ia jadi ingin tahu lebih banyak mengenainya.
Althea mencari orang tuanya di dalam, dan akhirnya ia menemukan mereka masih menyaksikan acara tambahan yang diselenggarakan. Ia pun menghampiri mereka.
"Ayah Ibu, kapan kita pulang? di sini sangat membosankan." Althea menanyakan pertanyaan yang sama lagi,
"Ya sudah, kita pulang saja. Ayah juga sudah bosan disini, begitu pula dengan Ibu mu" Jawab Ayahnya. Mereka pun pergi ke arah portal yang sudah di sediakan khusus untuk para tamu, dan mereka akhirnya telah tiba di Istana.
YOU ARE READING
Whispers of Allure [✓]
Romance"Tunggu, bukankah ini akan menjadi sangat beresiko? Kau adalah seorang vampir, sedangkan aku hanyalah seorang manusia. Seharusnya kita tidak boleh memiliki hubungan ini." Althea, putri dari Kerajaan Etheral, tak pernah menyangka dirinya akan terjer...