09 - PT.1

119 123 7
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Waktu berjalan sangat cepat, sudah hampir sebulan sejak hari di mana Xavier mengungkapkan perasaannya terhadap Althea. Peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan oleh Xavier atau pun Althea.

Saat ini, kamar Althea diselimuti oleh kesunyian. Cahaya matahari siang yang menghangatkannya di cuaca yang dingin ini, menerangi rambut Althea yang berwarna pirang keemasan dan membuat matanya berwarna biru berkilauan.
Dia duduk di kursinya di depan meja, tenggelam dalam aktivitas melukis. Hanya terdengar suara goresan kuas di atas kanvas dan sesekali helaan nafas Althea.

"Akhirnya, aku tinggal menambahkan sedikit detail lagi." Ujarnya yang terdengar puas dengan apa yang dia lukiskan sekarang, terlihat senyum tipis di wajahnya.

Lukisan Althea menampilkan pemandangan yang indah dan menawan dari luar jendelanya. Langit musim dingin berwarna biru cerah, dihiasi dengan awan-awan putih yang berarak perlahan, terbentang hamparan pegunungan yang tertutup salju putih. Pepohonan yang tinggi menjulang, ranting-rantingnya diselimuti salju yang berkilauan seperti kristal di bawah sinar matahari.

Tak berselang lama, dia mendengar suara yang tidak asing baginya. Meskipun dia menyadari ada langkah kaki yang seperti mendekat ke arahnya, pandangannya justru tidak berpindah dari kanvas di depannya. Dia sudah tahu itu siapa,

"Thea, apa yang sedang kau lukiskan?" Xavier memberikannya pelukan hangat dari belakang, berusaha untuk mendapat Perhatiannya. Namun, usahanya sia-sia. Althea tak menolehkan kepalanya sekali pun ke arah kekasihnya itu.

"Enyahlah, aku tak ingin ada yang melihatmu di sini." Ucap Althea dengan dingin, jawaban itu spontan membuat Xavier melepaskan pelukannya dengan perasaan kecewa, dia mengerti bahwa Althea tidak ingin diganggu olehnya, wajahnya sudah terlihat sangat sedih dan kusut layaknya anak anjing yang diusir majikannya.

Pfft... Terdengar gumam kecil dari Althea yang tak dapat menahan tawanya ketika memandang ekspresi Xavier yang menurutnya lucu.

"Aku hanya bercanda, Vier." Ucapnya sebelum meraih tangan Xavier, menariknya ke dalam pelukan yang erat. Merasakan kehangatan dan kasih sayang yang terpancar darinya. Dia merasa bersalah karena telah menggoda Xavier dengan bercanda, dan dia senang melihatnya begitu mudah luluh.

Wajah Xavier yang tadinya penuh kecewa langsung berubah cerah bagaikan matahari terbit di pagi hari. Senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Syukurlah kau hanya bercanda, aku tidak ingin kau marah padaku." bisik Xavier di telinganya, suaranya penuh kelembutan.

"Maaf, aku tak bermaksud membuatmu sedih." Ucap Althea dengan suara kecil, mengelus-elus rambutnya yang halus itu dengan lembut.

Xavier mengarahkan pandangannya ke kanvas yang ada di samping mereka, dia terkagum melihat lukisan itu. Sesekali dia melihat ke arah luar, dia menyadari bahwa Althea melukis pemandangan ini dengan detail yang luar biasa. Setiap helai daun yang diselimuti salju, setiap ranting pohon yang bersalju, dan setiap butiran salju yang berkilauan digambarkan dengan presisi dan ketelitian.

Whispers of Allure [✓] Where stories live. Discover now