✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦
Maaf nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif atau berada-
Sebelum suara operator berakhir, Xavier sudah memutuskan sambungan. Tadi, dia kira Althea telah mengangkat teleponnya, namun, ternyata tidak.
"Haduh, bagaimana ini." Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Xavier, Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Sayang, kau sedang apa?" Tanya wanita itu yang sedang memegang segelas minuman yang dia bawakan untuk Xavier.
"Jangan panggil aku seperti itu, jika aku mendengar kata sialan itu keluar lagi dari mulutmu. Aku tidak akan segan-segan membunuhmu, Anastasia." Wanita itu adalah Anastasia, tunangan Xavier.
"kenapa, bukankah kita sudah menjalin hubungan serius?" Ucapnya.
"Anastasia, meskipun kita sudah bertunangan. Kita hanya dijodohkan secara paksa. Aku tidak punya perasaan apa pun padamu." Xavier mengambil gelas tersebut dengan kasar dari tangan Anastasia.
"Hanya melihatmu saja... Aku ingin muntah." Dia Menumpahkan gelas yang berisi darah itu ke wajahnya. Darah yang kental menghiasi seluruh tubuhnya, Rambut coklat Anastasia menjadi basah dan terlihat juga warna merah pudar di pakaiannya. Dia merasa dipermalukan oleh Xavier.
"Kau...." Geram Anastasia,
"Bersihkan semua kekacauan ini." Dia pergi meninggalkan Anastasia yang terdiam di sana layaknya seorang wanita tanpa harga diri.
Di sisi lain, Althea sedang membaca buku di ruang santai yang ada di Istana Etheral. Dia menyalakan perapian, serta menambahkan beberapa balok kayu untuk membuatnya terasa lebih hangat. Namun, saat Althea berjalan kembali ke sofa. Dia tidak menyadari ada balok kayu kecil di depannya.
Langkah kaki Althea tidak sengaja menginjak balok kayu tersebut. Alhasil dia terjatuh ke belakang. Namun, ada seseorang yang menggenggamnya dari samping, membuatnya tidak jadi terjatuh ke lantai. Althea menoleh kepalanya untuk melihat siapa itu.
"Kenapa kau bisa di sini." Dia terkejut mendapati bahwa itu adalah Aaron.
"Kau lupa?" Mendengar ucapan Aaron. Althea berpikir sejenak, dia teringat bahwa hari ini Ayah dan Ibunya mengundang keluarga Kerajaan Ravenspire untuk membahas hal penting.
"Kasihan sekali kau, Althea." Gumam Aaron yang hampir tak terdengar. Menatap Althea yang berjalan ke arah sofa, melanjutkan membaca buku. Sesungguhnya, Aaron sejak tadi memperhatikan mata Althea yang terlihat bengkak, seperti baru saja menangisi satu hal.
"Apa yang kau barusan bilang?" Meskipun suara Aaron sangatlah kecil, Althea dapat mendengarnya.
"Tidak ada." Aaron menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
Aneh sekali...
Althea merasakan tatapan tajam Aaron dari sudut matanya. Tatapan yang tidak biasa, penuh dengan intensitas yang membuatnya merinding. Rasa tidak nyaman menggerogoti hatinya, memaksanya untuk menutup buku dan menjauh dari Aaron. Aaron, yang menyadari perubahan Althea, segera membuang pandangannya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Maaf, tadi aku sedang memikirkan sesuatu. Tidak sadar kalau sedang melihat ke arahmu." Aaron meminta maaf dengan suara yang sedikit gugup.
Althea, yang masih dilanda kebingungan dan rasa tidak nyaman, hanya diam dan tidak menjawab. Rasa penasarannya tentang apa yang dipikirkan Aaron mengusiknya.
"Mikirin apa emangnya? Kayak serius banget tadi." Althea akhirnya bertanya, dia melihat Aaron yang menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca.
"Memikirkanmu." Jawabnya singkat, membuat Althea terdiam sejenak, bingung dengan jawabannya.
"Haha, bercanda. Kau kira aku tidak akan menyadari matamu yang bengkak itu?" Aaron tertawa, mencoba meredakan ketegangan. Althea menundukkan kepalanya, pipinya memerah karena malu.
"Apaan sih, gak lucu. Memangnya sejelas itu kah?" Althea berusaha menyembunyikan rasa perih di hatinya. Aaron mencondongkan tubuhnya ke arah Althea, menatapnya dengan mata yang penuh Perhatian.
"Kau menangis karena Xavier?" Tebaknya dengan tepat. Althea hanya bisa mengangguk pelan, air matanya hampir menetes lagi.
"Beberapa hari yang lalu, aku sempat gak percaya setelah membaca surat darimu. Tetapi semakin aku pikirkan, ternyata kau gak bohong." Ungkap Althea dengan suara lirih, suaranya bergetar karena kesedihan.
Aaron merasa bersalah atas apa yang telah dia lakukan. Dia tidak seharusnya memberitahukan Althea tentang rahasia Xavier.
"Maafkan aku." Ujar Aaron secara mendadak.
"Tidak perlu meminta maaf, seharusnya aku berterima kasih padamu." Althea berkata dengan senyuman yang dipaksakan. Senyumnya terlihat begitu rapuh dan penuh kesedihan.
Aaron hanya bisa diam dan menatap Althea dengan tatapan yang penuh rasa iba. Dia ingin menghiburnya, tapi dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia merasa tidak berdaya melihat Althea yang begitu terluka. Keheningan menyelimuti mereka berdua. Althea kembali menundukkan kepalanya,
Sebenarnya sejak tadi, Xavier sedang mengintip mereka dari luar jendela. Dia mendengarkan setiap percakapan mereka,
"Aaron sialan." Gumamnya kesal.
Tangannya mengepal geram, mengetahui bahwa Aaron yang di balik semua ini. Iblis itu sudah seperti parasit di antara hubungan Althea dengannya. Ha... Dia menghela nafas. Ini sedikit memutar otak Xavier, akan bagaimana bisa Aaron terlibat dalam ini juga.Sekarang, dia patut mencurigai Anastasia atas ini. Apalagi, beberapa hari yang lalu pada saat malam dia mendadak dijodohkan. Anastasia seperti sedang mengirimkan pesan ke seseorang dengan ekspresi wajahnya yang licik itu.
Ketika Xavier sedang merenungkan segala hal, tiba-tiba pandangan Aaron berpindah ke arah Xavier dan memberikannya tatapan yang menakutkan. Jantung Xavier sudah hampir copot karena ketahuan sedang menguping pembicaraan mereka.
Jadi, dia memutuskan untuk pergi saja dari sana. Aaron tertawa kecil melihatnya, mendengar itu, Althea heran mengapa dia tiba-tiba saja tertawa tanpa sebab.
"Kenapa?" Althea sedikit menaikkan alisnya, dan melihat ke arah jendela juga. Namun, tidak mendapati apa-apa, hanya pemandangan taman.
"Tidak ada." Dia merasa sangat puas melihat Xavier dalam tekanan hidup. Untung saja, Anastasia berhasil melakukan tugasnya dengan tepat.
"Aaron, sebenarnya dari mana kau tahu tentang perjodohan Xavier dengan Anastasia?" Tanya Althea dengan rasa penasaran yang membara. Pertanyaan itu bagai bom yang meledak di tengah suasana yang tadinya tenang. Aaron terdiam sejenak, raut wajahnya menegang. Dia tidak yakin bagaimana harus menjawab pertanyaan Althea. Namun, sebuah ide melintas di benaknya.
✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦
ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to Vote~ !!Next Update: 18 June 2024 📌
YOU ARE READING
Whispers of Allure [✓]
Romance"Tunggu, bukankah ini akan menjadi sangat beresiko? Kau adalah seorang vampir, sedangkan aku hanyalah seorang manusia. Seharusnya kita tidak boleh memiliki hubungan ini." Althea, putri dari Kerajaan Etheral, tak pernah menyangka dirinya akan terjer...