11 - PT.1

171 142 11
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Althea dan Xavier, terikat kembali setelah menyelesaikan semua kesalahpahaman, memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka secara diam-diam. Rahasia ini mereka jaga erat dari kedua orang tua Xavier, yang masih belum mengetahui tentang hubungan mereka.

Mereka sedang duduk berdampingan di bawah rindangnya pepohonan tua, menikmati hangatnya sinar matahari pagi yang menyapa wajah mereka. Langit berwarna biru cerah, tanpa cacat, dihiasi dengan awan putih yang berarak pelan seperti lukisan alam yang sempurna.

Terlihat perbukitan hijau yang menawan tak jauh dari tempat mereka berada, dengan Kerajaan Etheral yang megah berdiri kokoh di atas puncaknya. Sinar mentari pagi mewarnai istana dengan rona keemasan, membuatnya tampak bagaikan istana dari negeri dongeng.

Udara pagi terasa segar dan sejuk, membawa aroma khas pepohonan dan bunga-bunga yang bermekaran. Suara alam yang bersahut-sahutan, menciptakan simfoni alam yang merdu. Althea dan Xavier menghirup udara segar dengan penuh semangat, merasa bersyukur atas hari yang indah ini.

Althea bersandar di bahu Xavier, menikmati kehangatan tubuhnya. Tangannya menggenggam erat tangan Xavier, seolah tak ingin terlepas. Mereka saling menatap, mata mereka penuh dengan cinta dan kasih sayang yang tak terhingga.

"Pagi yang indah," bisik Althea yang tampak berbinar-binar seperti terkena pancaran mentari pagi.

Xavier mengangguk setuju. "Ya, aku tidak pernah bosan melihatnya. Seolah-olah setiap kali aku melihatnya, ada energi baru yang aku dapatkan." Jawabnya dengan suara yang lembut.

"Aku merasakan hal yang sama. Seolah-olah alam selalu ingin mengingatkan kita betapa indahnya hidup ini, dan betapa beruntungnya kita bisa menikmatinya bersama." Althea tersenyum manis, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terkira.

Mereka terdiam sejenak, menikmati momen kebersamaan ini. Rasa bahagia dan damai menyelimuti hati mereka, melupakan segala beban dan kekhawatiran yang ada di dunia luar.

"Jujur saja, aku senang kita bisa bersama lagi, selalu merindukan momen-momen seperti ini bersamamu." Ungkap Xavier sambil meraih dan memeluk Althea erat.

Althea membalas pelukan Xavier dengan lebih erat, merasakan kehangatan dan kasih sayang yang tulus dari pria yang dicintainya.

"Aku tak ingin kehilanganmu lagi." Gumam Althea yang sedikit ragu dengan kalimat yang keluar dari bibir miliknya itu.

"Tenang saja, Aku akan selalu menjagamu, Thea. Apa pun yang terjadi." Janjinya dengan penuh tekad, dia menatap mata Althea dengan penuh keseriusan.

Xavier mencium keningnya dengan lembut, merasakan detak jantung Althea yang berdegup kencang di bawah pipinya. Mereka terus saling menatap, mata mereka penuh dengan cinta dan kasih sayang yang tak tergoyahkan.

Mereka berbicara mengenai apa pun yang telah terjadi di kehidupan mereka, saling berbagi rahasia, canda tawa, kebahagiaan, dan ketulusan abadi. Namun, Di balik semua momen kehangatan itu, ada suatu hal yang terus kali melintas di pikiran Althea. Yakni tentang kepastian hubungan mereka. Dia pun berniat untuk menanyakan itu kepada sang kekasihnya.

"Vier, bagaimana dengan kita dan masa depan kita?" Althea memecah keheningan dengan pertanyaan yang tiba-tiba saja dia lontarkan, Xavier menghela nafas panjang, matanya masih terpaku pada Althea.

"Aku tahu," bisiknya sebelum melanjutkan,

"hubungan kita... rumit. Aku memang telah dijodohkan, dan keluarga kita memiliki sejarah kelam. Tapi percayalah padaku, Thea, aku tidak akan pernah menikahi orang lain selain dirimu." Mendengar ucapan Xavier yang tulus itu, Althea membalas dengan menundukkan kepalanya, air matanya mengancam untuk jatuh dan membasahi pipinya.

"Apa kau yakin bahwa suatu hari orang tuamu bisa menerima hubungan kita?" Althea justru ragu, itu membuat Xavier spontan meraih dagunya, mengangkat kepalanya agar dia bisa menatap matanya.

"Aku akan menghadapinya, Thea. Aku akan perjuangkan cinta kita. Aku tidak peduli apa yang orang lain katakan." Ucap Xavier dengan nada yang semakin meninggi di setiap kalimat yang dia lontarkan. Althea tahu dia serius, tetapi keraguan masih menghantui dirinya.

"Dan bagaimana dengan keluargaku? Mereka tidak akan pernah menyetujui atau bahkan menerima hubungan kita. Aku tidak ingin mereka membenciku." Xavier menyeka air matanya yang terlihat mulai mengalir deras dengan ibu jarinya.

"Aku akan jelaskan kepada mereka betapa aku mencintaimu, dan aku yakin mereka akan mengerti." Dia menatapnya dengan tatapan penuh harap.

"Benarkah kamu yakin?" Xavier mengangguk dengan tegas.

"Aku yakin karena aku mencintaimu, Thea, lebih dari yang bisa kamu bayangkan. Dan aku tidak akan pernah menyerah untuk terus memilikimu." Ungkapnya, Althea hanya menatapnya dengan sedikit keheranan.

Xavier benar-benar memiliki perasaan yang berlebih, dia terlalu baik, bahkan tidak sadar bahwa dia sebenarnya sedang masuk ke dalam jebakan yang telah dirancang oleh kedua orang tuanya Althea.

“Ini tak akan berjalan mulus seperti yang kau pikirkan, Vier.” Batin Althea. Senyuman mulai terukir di wajahnya, pandangan tidak berpindah dari sang kekasihnya yang merebahkan kepala di atas pahanya. Tidak lama kemudian, telapak tangan Althea perlahan-lahan meraih ujung kepala Xavier, dia pun mengelus-elusnya. Namun, Xavier tidak mengucapkan apa-apa dan terlihat diam saja.

"Vier?" Bisik Althea dengan suara nyaris tak terdengar di antara kicauan burung yang merdu. Dia mengangkat sebelah alisnya dan mengintip hati-hati ke wajah Xavier yang masih menghadap ke samping, jantungnya berdegup kencang di dadanya. Wajah tampan Xavier terlihat damai saat tertidur, keningnya yang biasanya berkerut kini tampak halus dan rileks. Hufft... Helaian nafas keluar dari bibir Althea saat dia mengagumi ekspresi tenang di wajah Xavier.

Dia dengan lembut menelusuri garis wajah Xavier dengan ujung jarinya, sentuhannya ringan dan lembut. Kulit Xavier terasa hangat di bawah sentuhannya, dan dia bisa merasakan helaian napas Xavier yang teratur di pahanya. Rasa ingin melindungi membuncah dalam dirinya, tekad kuat untuk melindunginya dari rasa sakit dan kekacauan yang akan datang.

"Aku juga akan selalu mencintaimu, Vier." Balasnya yang sedikit terlambat, kata-kata itu menggantung di udara.

Saat sinar matahari mulai mewarnai cakrawala dengan warna emas dan merah muda, Althea terus saja memperhatikan Xavier, hatinya dipenuhi dengan campuran cinta, ketakutan, dan harapan. Dia tahu bahwa jalan di depan akan penuh dengan tantangan, tetapi dia bertekad untuk menghadapinya bersama, cinta mereka menjadi suar yang membimbing mereka melewati kegelapan dan tekanan.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUEDDon't Forget to Vote~ !!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to Vote~ !!

Next Update: 21 June 2024 📌

Whispers of Allure [✓] Where stories live. Discover now