08 - PT.2

107 110 10
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Dia tahu bahwa dia harus segera bersiap untuk makan malam bersama keluarganya. Dengan langkah gontai, dia berjalan keluar dari kamar dan menuju ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, Althea melihat bahwa Ibu dan Ayahnya sudah duduk di meja makan menunggu makanan disiapkan. Sedangkan, kakaknya sedang sibuk menatap piring yang kosong di hadapannya, sepertinya dia sudah sangat lapar.

Beberapa saat telah berlalu, makan malam berlangsung dengan suasana yang sedikit canggung di antara mereka berempat. Althea tidak banyak bicara, tetapi dia baru teringat akan suatu hal yang harus dia sampaikan ke Ibu dan Ayahnya.

"Ayah, Ibu. Nanti setelah makan malam, aku ingin memberitahukan kalian sesuatu." Mendengar itu, mereka mengangguk dan melanjutkan makan. Sang Ibu penasaran dengan apa yang ingin dia sampaikan, begitu pula dengan Ayahnya.

Akhirnya jam makan malam telah usai, Althea mengajak Ibu dan Ayahnya untuk berbicara di ruang santai saja,

Hujan turun dengan derasnya di luar, menyapa malam yang sudah tiba. Di dalam ruang santai, cahaya lampu temaram menerangi ruangan dengan suasana yang hangat dan nyaman.

Althea duduk di sofa, kakinya ditekuk dan diselimuti selimut rajutan. Ayahnya dan Ibunya duduk di sofa di seberangnya, dengan tatapan penuh Perhatian tertuju pada Althea. Mereka menunggu dengan sabar sampai Althea siap untuk memulai percakapan,
Suasana ruangan diliputi oleh keheningan yang penuh makna.

Hanya suara tetesan air hujan dan detak jam dinding yang terdengar, seolah-olah alam pun ikut menanti kata-kata yang akan keluar dari mulut Althea. Hufft.... Dia menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara.

"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan mengenai Xavier." Althea sebenarnya belum ingin memberitahukan mereka tentang ini, tetapi dia merasa bahwa mereka harus tahu.

Orang tuanya saling menatap, rasa penasaran bercampur sedikit kekhawatiran. Mereka takut ada hal buruk yang baru saja terjadi ke Althea.

"Apa itu, Thea?" Sang Ibu tampak serius, kecemasan meriasi wajahnya dengan sangat jelas.

"Tadi sore, Xavier menyatakan perasaannya kepada aku di atas jembatan dekat sungai." Lanjutnya, seketika, wajah orang tua Althea berubah. Ketegangan menyelimuti ruangan itu.

"Dan apa yang kamu katakan?" Tanya sang Ayah yang benar-benar penasaran.

"Seperti yang kita rencanakan, aku menerimanya." Jawab Althea. Orang tuanya tersenyum tipis, puas dengan jawaban Althea.

"Baguslah, dengan kamu menerimanya, teruslah pertahankan dia dan laksanakan rencana kita dengan sempurna. Tetapi, ingat untuk jangan sampai menumbuhkan rasa terhadapnya." Althea mengangguk. Kalimat itu terus terngiang-ngiang di pikirannya, sedikit membuatnya gelisah. Namun, dia tidak ingin menunjukkan kegelisahannya di depan orang tuanya, mereka akan curiga dengannya.

Whispers of Allure [✓] Where stories live. Discover now