✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦
"Kakak makan dua saja, biar aku satu." Gumamnya sambil terus menjilati es krim yang ia sedang genggam. Kaithan hanya mengganguk.
"Oh iya, kalian masih ingat gak sama rencana kerja sama antar Kerajaan Terrasen dan Etheral?" Tanya Ryuji.
"Yang untuk menghancurkan Kerajaan Versace kan?" Ucap Althea, mengingat kembali.
"Iya." Kaithan mengangguk.
"Katanya para pembunuh bayaran gagal dalam melakukan tugas mereka. Mereka ketahuan, jadi mereka telah di eksekusi mati oleh Raja Versace kemarin." Ungkapan Ryuji membuat Kaithan dan Althea terkejut.
"Bukannya mereka sangatlah profesional, astaga." Althea menepuk pelan kepalanya dengan keheranan.
"Iya itu"
"Mereka saja gagal, apalagi kalau kita yang melakukan tugas itu." Ryuji menarik nafas berat, mengetahui bahwa sangatlah susah untuk menghancurkan Kerajaan Versace.
"Oh jadi kalian yang menyuruh para pembunuh bayaran itu."
Terdengar suara yang sangatlah tidak asing bagi mereka, jadi mereka bertiga pun menolehkan kepala ke belakang, mendapati Xavier yang sedang bersender dengan senyuman yang licik tepatnya di tiang belakang mereka.
Mereka bertiga saling bertatap canggung dan tidak tahu harus berkata apa.
"Ah bodoh, lain kali ngomong jangan besar-besar di tempat umum seperti ini." Kaithan berbisik ke mereka berdua.
"Bagaimana ini." Althea berbisik balik ke Kaithan.
"Haha... sepertinya aku harus pergi dulu deh." Ryuji langsung menghilang dari sana dengan kemampuan teleportasinya.
"Kalian-" Sebelum Xavier selesai berbicara, Kaithan memotongnya.
"Kami tidak membahas apa-apa kok. Apa maksudmu, Xavier?" Ucap Kaithan, berusaha membohonginya.
"Oh benarkah? Kau tahu, aku tidak sebodoh yang kau pikirkan." Xavier berteleportasi dari belakang, ke depan mereka, sekarang mereka berdua benar-benar tidak bisa melarikan diri. Kecuali jika mereka melawannya.
"Sejak awal, aku sudah mengetahui bahwa kalian, keluarga Kerajaan Terrasen dan Etheral yang di balik dari semua itu." Ucap Xavier.
"Aku bahkan hampir mati karena pembunuh bayaran kalian yang payah itu." Xavier mengepalkan tangannya.
"Hampir mati? Berarti kau yang payah. Bukankah para pembunuh bayaran tersebut hanyalah manusia biasa, sedangkan kau adalah seorang vampir yang memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia." Kaithan semakin membuatnya kesal dengan ucapannya. Ini sudah seperti ajang menguji kesabaran.
"Tutup mulutmu itu atau aku akan menghancurkan wajahmu ini." Sebelum tangannya mengenai wajah Kaithan, ada seorang anak kecil yang tiba-tiba saja menghampiri mereka. Xavier tidak jadi meninju Kaithan karena itu, dan ia memutuskan untuk pergi saja.
"Eum, permisi Kakak yang berambut pirang." Althea menyadari bahwa itu adalah anak kecil yang tadi menabraknya hingga terjatuh.
"Ada apa?" Althea tersenyum hangat agar menutupi wajah kusutnya yang masih kesal.
"A-aku ingin meminta maaf karena tadi telah membuat Kakak terjatuh." Anak kecil tersebut melihat kebawah dan gelisah, merasa bersalah.
"Tidak apa-apa kok." Ia tersenyum lebar mendengar Althea yang menerima permintaan maafnya.
"Makasih kak!" Melambaikan tangannya dan berlari pergi ke Ibunya yang sudah menunggu dari kejauhan.
Althea melihat ke samping, Kaithan sepertinya sudah sangat merinding karena tadi. Ia menepuk pundak Kaithan,
"Udahlah, Xavier sudah tidak di sini lagi. Lagian kok gak melawan tadi?" Mendengar itu, Kaithan memberikan tatapan malas. Ia menunjukkan Althea tangan kanannya yang diperban.
"Lah, emangnya kenapa tangan Kakak?" Ia baru menyadari.
"Kemarin patah." Jawabnya singkat. Althea hanya mengangguk mengerti.
"Sudah ah, mau pulang." Ungkap Althea.
"Yaudah, Kakak telepon dulu supir." Mereka berdua berjalan keluar dari taman bermain tersebut, menunggu supirnya menjemput mereka.
Beberapa saat kemudian, mereka menaiki kendaraan dan supir itu mengantarkan mereka kembali ke Kerajaan. Sesampainya,
"Akhirnya bisa tidur siang." Kaithan menguap dan mereka berjalan ke kamarnya masing-masing.
"Hati-hati kak." Althea hanya bercanda dan menutup pintunya.
"Apaan sih." Mendengar ucapan Althea, ia menjadi ketakutan. Tetapi, berusaha untuk tidak peduli dan langsung tidur saja. Matanya sudah sangat berat sekali.
Althea sedang membaca sebuah buku di kamarnya, bersantai sambil duduk di sofa. Namun, ia jadi kepikiran Ryuji.
Jadi ia melepon Ryuji. Untungnya dijawab,
"Ada apa, Althea?" Tanya Ryuji.
"Tadi kau kenapa kabur, sialan." Geram Althea.
"Takut kena masalah, hehe...." Jawab Ryuji, ia tertawa canggung.
Mereka berdua lanjut membicarakan mengenai kejadian tadi, dan Althea menceritakan apa saja yang terjadi saat Ryuji tidak ada di sana. Sedangkan di sisi lain,
Kaithan sudah tertidur, akan tetapi ia dapat merasakan aura gelap di sekitarnya. Ia segera sadar dan membuka matanya. Penglihatannya menggelap dan tidak jelas, terlihat ada seseorang dengan bayangan-bayangan gelap dengan memakai sarung tangan.
Kaithan berusaha mengusap-usap matanya agar dapat melihat dengan jelas, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil.
"Siapa kau...." Ia mencoba untuk berdiri, tetapi tubuhnya terasa seperti berat sekali. Ia sudah bagaikan orang lumpuh di tempat.
Bayangan gelap itu mulai berjalan mendekatinya."Tidak... tidak... menjauhlah dariku." Tangannya tidak bisa bergerak, ia sangat ketakutan.
Semakin dekat bayangan gelap itu, ia semakin bisa melihat jelas itu siapa.
"Sialan kau-" Xavier menutup mulutnya, dan segera mencekik Kaithan dengan kedua tangannya. Hawa panas memenuhi dirinya dengan cepat, ia mulai kehabisan nafas. Sayangnya, kamar Kaithan kedap suara, jadi tidak ada yang bisa mendengarnya jika ia teriak.
✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦
ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to Vote~ !!Next Update: 12 June 2024 📌
YOU ARE READING
Whispers of Allure [✓]
Romance"Tunggu, bukankah ini akan menjadi sangat beresiko? Kau adalah seorang vampir, sedangkan aku hanyalah seorang manusia. Seharusnya kita tidak boleh memiliki hubungan ini." Althea, putri dari Kerajaan Etheral, tak pernah menyangka dirinya akan terjer...