✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦
Cahaya senja menembus celah tirai, memantul lembut di wajah Althea yang tampak sendu. Duduk di sofa dengan tubuh yang lunglai, pandangannya tertuju pada layar ponsel yang menampilkan nomor yang telah ia hafal di luar kepala. Jarinya gemetar saat menekan tombol panggil dan menempelkan ponsel ke telinga.
"Tuuut... tuuut... tut..."
Nada sambung berulang kali terdengar, menimbulkan perasaan yang campur aduk di hatinya. Seketika, ia merasa seperti tenggelam dalam jurang kosong, di mana harapan yang sempat menyala kini meredup. Althea mendesah pelan, menurunkan ponsel dari telinganya.
"Sepertinya sudah terlambat," gumamnya.
Perlahan, ia menutup matanya, mencoba menahan derasnya air mata. Tapi kenangan manis bersama Xavier terus berkelebat, menambah beban di dadanya. Dulu, setiap kali ponselnya berdering, ia merasa hatinya melambung. Suara ceria Xavier seolah mampu mengusir semua kekhawatirannya. Namun sekarang, ponsel itu hanyalah benda mati, kosong dari arti.
"Kenapa kamu begitu mudah pergi meninggalkanku?" tanyanya lirih pada dirinya sendiri, suara parau tertahan di tenggorokan. Ia mengusap wajah, berusaha meredam kepedihan yang membakar.
"Xavier..." Menyebut nama itu saja sudah cukup untuk menyakitinya. Xavier yang pernah ia percaya, yang pernah ia cintai sepenuh hati, kini hilang tanpa jejak. Tak ada lagi janji manis yang dulu pernah mereka ucapkan, tak ada lagi tatapan lembut yang pernah ia rasakan.
Althea mendesah panjang, merasakan perih yang masih membekas. Ia harus keluar, mencari udara segar untuk menenangkan diri. Setelah mengenakan jaket dan mengambil tasnya, ia melangkah keluar, membiarkan kaki membawanya menuju perpustakaan besar yang tak jauh dari istana.
Langit mulai meredup saat ia berjalan menyusuri jalan yang sibuk. Udara dingin sore menyelimuti dirinya, namun ia terus melangkah tanpa tujuan jelas, berharap menemukan ketenangan di antara rak-rak buku. Setibanya di perpustakaan, Althea disambut keheningan yang akrab, aroma buku tua memenuhi udara, memberikan rasa nyaman yang sulit dijelaskan.
Ia berjalan menuju rak buku favoritnya, memilih novel sembarangan, lalu duduk di salah satu kursi dekat jendela. Mata Althea mulai menyusuri halaman pertama, namun pikirannya terus melayang pada sosok Xavier. Satu halaman demi halaman ia baca, mencoba fokus, namun bayangan pria itu tetap menghantuinya.
Beberapa menit berlalu hingga tiba-tiba tatapannya menangkap sosok yang familiar di sudut ruangan. Mata Althea melebar saat menyadari siapa yang ia lihat.
"Xavier?" desisnya, nyaris tak percaya.
Di seberang ruangan, Xavier duduk di sebuah meja kecil, ditemani seorang wanita berambut panjang dan senyum yang begitu manis. Anastasia. Mereka tampak nyaman, tertawa pelan sambil menyeruput kopi dan membuka buku yang sama di meja mereka.
YOU ARE READING
Whispers of Allure [✓]
Romance"Tunggu, bukankah ini akan menjadi sangat beresiko? Kau adalah seorang vampir, sedangkan aku hanyalah seorang manusia. Seharusnya kita tidak boleh memiliki hubungan ini." Althea, putri dari Kerajaan Etheral, tak pernah menyangka dirinya akan terjer...