06 - PT.1

151 133 14
                                    

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

Akhir-akhir ini, banyak sekali yang membicarakan mengenai kejadian yang menimpa salah satu keluarga Kerajaan Etheral. Berawal dari mulut ke mulut, hingga hampir satu kekaisaran telah mengetahui itu.

Namun, Xavier masih beruntung. Karena keluarga Kerajaan Etheral masih merahasiakan orang yang berusaha membunuh Kaithan. Jadi, reputasi Xavier masih bagus, tidak tercemar sedikit pun.

Xavier sedang duduk di bangku taman Kerajaan Versace sambil menggunakan ponselnya. Sampai akhirnya, ia menemukan suatu artikel yang menarik perhatiannya.

"Misteri Di Balik Pembunuhan Berencana Kaithan Etheral Yang Gagal: Apa Motifnya?" Ia mengangkat salah satu alisnya, penasaran dengan isi artikel itu, ia membacanya dengan seksama.

"Kaithan Etheral yang berhasil dihidupkan kembali oleh seorang malaikat bernama Ryuji Terrasen."
Xavier tidak percaya dan membaca kembali, memastikan bahwa ia tidak salah baca.

"Ryuji? Menghidupkannya kembali?"

Xavier memutar bola matanya. Ia baru teringat bahwa mereka memiliki teman dekat yang merupakan seorang malaikat dengan kemampuan yang sangat berbeda dari malaikat pada umumnya.

"Ha... usahaku menjadi sia-sia." Ia mematikan ponselnya dan berpikir sejenak.

"Jika dia bisa terus menghidupkan seseorang, semua rencanaku akan gagal tanpa satu pun hasil yang kuharapkan." Gumamnya yang menyadari akan hal itu.

Xavier meraih pisau yang ia simpan di kantongnya sejak tadi. Menyentuh ujung pisau tersebut yang sepertinya sudah cukup tajam untuk memakan korban.

"Apakah dia yang harus aku musnahkan dulu, tetapi dia jauh lebih kuat dariku. Sama saja dengan cari mati...."

Namun, Xavier tiba-tiba saja teringat akan sesuatu.

"Oh iya, setiap malaikat hanya bisa menggunakan kemampuan menghidupkan seseorang sekali dan setelah itu tidak bisa digunakan kembali. Untung saja nasib baik masih berada di tanganku."

𓂃 ࣪˖ ִֶָ𐀔

Di sisi lain, Althea sedang berjalan dengan gontai menyusuri lorong Istana sambil menatap setiap jendela yang ia lalui, memandang swastamita. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai hal yang tidak ia mengerti.

Langkahnya terhenti ketika ia sudah mencapai ujung lorong, ia mendengar suara percakapan dari balik pintu kamar orang tuanya.

Ia mendekati telinganya dan mendengarkan percakapan mereka.

"Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja, masih ada kemungkinan ia akan kembali ke sini dan menyakiti anak-anak kita." Ternyata Ayahnya Althea juga sepemikiran dengan Althea. Ibunya Althea menarik nafas berat mendengar itu,

"Hentikan saja dia, meski pun dia merupakan seorang vampir, bukan berarti dia sangatlah kuat." Jawabnya dengan spontan tanpa berpikir panjang.

"Iya, akan tetapi dengan cara apa kita bisa menghentikannya." Althea yang masih menguping dari luar, juga ikut memikirkan solusi.

Namun, tidak berselang lama sebelum akhirnya Althea menyender di pintu tersebut dan pintu itu justru terbuka sebab dari awal memang tidak tertutup rapat.

"Oh..." Althea menatap canggung mereka dan segera menutup pintunya. Tetapi sang Ibu memanggilnya.

"Tunggu, Althea!" Ucapnya. Althea berbalik arah, tidak jadi menutup pintu itu, dan membukanya kembali.

"Siapa yang mengajarimu untuk menguping pembicaraan-" Sebelum Ayahnya selesai mengungkapkan amarahnya, ia dihadiahkan oleh Ibunya Althea sebuah tamparan kecil di pipinya. Menandakannya untuk tidak meluapkan kekesalan itu. "Biarkan saja Ayahmu, Althea."

"Jadi ada apa memanggilku?" Tanya Althea.

"Kebetulan tadi kau sudah dengar beberapa pembicaraan kami. Jadi bantu kami sebentar, Nak." Ucap Ibunya, menepuk bangku yang ada tepat di sebelahnya, menyuruh Althea untuk duduk. Tidak dapat menolak, Althea hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan menghampiri bangku tersebut.

"Jadi, Ibu ada dengar beberapa hal dari Kakakmu." Althea mematung diam mendengar ucapan Ibunya, ia takut Ibu dan Ayahnya telah mengetahui bahwa ia dekat dengan Xavier.

"Apa itu?" Tanyanya.

"Kau dekat dengan Xavier kan, Althea?" Nada Ibunya berubah menjadi sangat serius. Althea menepuk jidatnya, ternyata apa yang ia takutkan selama ini beneran sudah terbongkar.

"Iya, Bu." Gumamnya, ia sudah sangat berkeringat dingin di situasi seperti ini.

"Sejak kapan kau dekat-" Ungkap Ayahnya yang lagi-lagi ditepuk sebelum menyelesaikan ucapannya. Ia sudah sangat kesal karena di potong terus.

"Sebentar, aku saja yang berbicara dengan Althea." Ujar Ibu.

Althea mengerti bahwa sudah pantas Ayahnya marah kepadanya, karena Althea telah membuat kesalahan besar, yaitu pernah membuat suatu ikatan yang merupakan janji dengan Xavier. Meskipun akhir-akhir ini tidak sedekat dulu, tetapi tetap sama saja.

"Maaf..." Gumam Althea,

"Kenapa meminta maaf? Justru dengan kamu dekat dengannya, kita bisa memanfaatkan itu untuk membalas semua hal yang telah ia lakukan." Mendengar ungkapan itu, muncul tanda tanya besar di kepala Althea dan Ayahnya, mereka heran bagaimana bisa ia terpikirkan itu.

"Maksudnya bagaimana?" Tanya Althea, meminta penjelasan lebih mengenai ide Ibunya. Ia merasa bahwa ide itu sangatlah cemerlang.

"Begini, Ibu minta maaf ya Althea. Tapi, sepertinya kau harus berusaha untuk mendekati Xavier sampai akhirnya dia bisa mempercayaimu seutuhnya."

"Terus?"

"Ketika Xavier sedang dalam kondisi lengah, habisi saja dia."

Althea dan Ayahnya terdiam sejenak, mencerna ide yang dilontarkan Ibunya. Rasa ragu dan kebingungan masih menyelimuti mereka. Menjalin kedekatan dengan Xavier untuk kemudian menghabisinya terdengar sulit untuk dilakukan.

"Tapi bagaimana caranya, Bu?" tanya Althea, masih kurang memahami. Namun, ia sudah menangkap beberapa hal dari ide Ibunya.

"Dia pasti curiga kalau aku mendekatinya dengan maksud tertentu." Lanjutnya. Ibunya tersenyum tipis, yakin dengan idenya tersebut.

"Ibu tahu kau bisa melakukannya, Althea. Kau anak yang cerdas dan pandai berakting. Percayalah pada Ibu."

"Benar kata Ibumu. Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membalas semua yang telah Xavier lakukan. Dia sudah merebut kebahagiaan kita, dan sekarang saatnya kita mengambilnya kembali." Ayah Althea pun menambahkan,

✦•┈๑⋅⋯ ࣪˖ ִֶָ𐀔 ⋯⋅๑┈•✦

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUEDDon't Forget to Vote~ !!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ー ୨୧﹒TO BE CONTINUED
Don't Forget to Vote~ !!

Next Update: 12 June 2024 📌

Whispers of Allure [✓] Where stories live. Discover now