sakit

617 59 0
                                    

selamat membaca!

"Shan, bangun dulu, kamu demam lho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shan, bangun dulu, kamu demam lho. Makan dulu ya? Habis makan baru minum obatnya, aku suapin," ucapku

Aku menggoyangkan tubuhnya yang meringkuk dengan selimut yang melilit tubuhnya. Memastikan dia bangun untuk makan dan meminum obatnya.

"5 menit lagi ya, masih ngantuk," jawabnya.

"Shani Dahayu, ayo bangun. Setelah makan kalau mau tidur lagi juga ga masalah, setidaknya sekarang makan dulu," ucapku

Aku mengusap tubuhnya dari luar selimut, terus memintanya untuk lekas bangun.

Setelahnya dia bangun dengan hidung yang memerah dan suara yang sedikit serak, seperti orang sakit pada umumnya.

Tubuhnya yang lemas memilih untuk bersandar dengan terus menatapku yang membantunya.

"Suapin, aku udah lapar banget," ucapnya, aku menatapnya malas, setelah melihatnya memajukan bibirnya.

"Tadi siapa yang ga pengen makan? Makan sendiri aja deh kalau gitu," ucapku lalu berdiri ingin meninggalkan dia.

"Argh! Aku lemas banget," teriaknya, aku berbalik lalu ku lihat dia memegang perutnya seperti kesakitan.

Aku mendekatkan diri padanya lalu mencubit lengannya, dia tertawa karena perlakuan ku itu.

"Alay! Sini aku suapin, habis itu minum obat ya? Kalau mau tidur lagi gapapa," ucapku.

"Siap, tuan putri! Temani ya? Sambil dipeluk," pintanya, aku menatap dirinya sinis.

"Iya, sekarang makan dulu ya?" ucapku menyuapinya dalam diam.

"Habiskan ya? Ini sisa sedikit lagi lho? Kalau kamu habisin nanti tidurnya aku temenin, aku peluk juga," bujuk ku, dia menggeleng dengan mulutnya yang penuh.

"Ya sudah, tidurnya ga aku peluk ya? Ga aku temenin juga? Mending aku ikut Mama arisan ke tetangga samping," ucapku mengancam.

"Ga, ga ada ya Fransisca Anindhita. Iya ini aku habisin, jangan ngancem gitu dong," balasnya dengan malas.

Gotcha! Walau sekarang dia memilih untuk makan dengan wajahnya yang datar, tapi setidaknya dia tetap menghabiskan makanannya.

"Makan sendiri dulu ya? Aku siapin air hangat untuk kamu mandi, biar jauh lebih segar," ucapku lalu berjalan ke kamar mandi menyiapkan air hangat.

Hampir 10 menit aku di dalam akhirnya aku memilih untuk keluar, lalu berjalan ke arah lemari miliknya, mencari baju yang akan dia kenakan nanti setelah mandi.

Pandanganku tertahan setelah melihat satu piyama lucu yang ada di dalam lemari miliknya ini.

"Shan, jawab jujur ya? Ini punya kamu?" ucapku dengan memperlihatkan piyama tersebut padanya.

Ku lihat dia yang seakan menahan malu, "please Shan? Punya kamu? Astaga," ucapku sembari tertawa melihat reaksinya.

"Bukan punya ku, tapi itu punya ku, tapi bukan," balasnya mengelak namun dengan kebingungan.

kita | shansis - endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang