Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sama seperti pagi biasanya terutama di hari libur, Shani akan bangun lebih lambat dari biasanya, dengan aku yang sedang membuat sarapan. Tadi malam Adiknya Shani memilih untuk ikut menginap di sini, dan kami hanya sekedar berkenalan tidak saling bercerita.
Dan kali ini dapat ku dengar suara angkah kaki yang mendekat ke arah ku, dengan aku yang sibuk membuka kulkas dan rak di dapur, hingga akhirnya suara langkah kaki itu berhenti di belakang ku.
"Lagi apa, Kak?" tanya Gita, Adiknya Shani.
Aku menoleh ke arahnya dengan melemparkan senyuman yang kemudian dibalas olehnya.
"Mau buat sarapan, kamu habis darimana?" tanyaku.
"Habis jogging tadi. Sekalian beli sarapan," ucapnya dengan menunjukkan bungkusan pada genggamannya.
"Kalaupun Kakak mau masak juga bahannya dikit, Cici ga ngomong kalau kalian terbiasa buat masak untuk sarapan. Kalau tau tadi malam aku mampir beli bahan masakan dulu," lanjutnya.
"Kakak yang terbiasa buat bikin sarapan, Kakak kira kamu ga beli makan. Tapi benar juga, bahan makanan ga ada," balasku.
Dia berjalan ke arah meja makan membawa bungkusan yang dibeli olehnya lalu berjalan ke arah rak piring kemudian membawa empat piring dengan sendok dan garpunya.
"Minta tolong sediakan ya? Aku mau pergi mandi dulu," pinta Gita.
Aku mengangguk, dengan dia yang langsung meninggalkan ku sendiri di dapur, setelah selesai ku siapkan sarapan yang dibeli olehnya.
Aku berjalan mengarah ke kamar ku dan Shani, berniat untuk membangunkan dirinya yang masih saja tidur dengan nyenyaknya dalam balutan selimut.
"Shan, bangun. Kita sarapan dulu, tadi Adek kamu udah beli sarapan sekalian dia pergi jogging," perintahku.
Shani hanya menggerakan tubuhnya sedikit dengan ikut menurunkan selimut yang menutupi wajahnya untuk menatap ku sebentar, setelahnya dia kembali menutupi wajahnya dengan selimut.
Aku menggoyangkan pelan tubuhnya, menarik paksa selimut yang menutupi wajahnya itu, membiarkan cahaya matahari mengenai wajahnya.
"Ayo bangun, cuci muka terus sarapan. Kalau sudah sarapan kamu mau lakuin apapun terserah kamu deh, yang penting sekarang kamu sarapan dulu."
Ku lihat tubuhnya yang bergerak memilih untuk duduk, menggosok matanya yang masih terpejam.
"Sana cuci muka, aku tinggal ke bawah ya? Lima menit belum ke dapur, awas. Mati kamu!" teriak ku dengan membuat gestur menyeret di leherku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.