teman

338 40 5
                                        

selamat membaca!

Tidak lama setelah aku membalas chat dari Shani makanan yang dipesannya sudah datang, hingga akhirnya dia juga datang, tapi dirinya sudah dengan pakaian yang berbeda dari pakaian pertamanya tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak lama setelah aku membalas chat dari Shani makanan yang dipesannya sudah datang, hingga akhirnya dia juga datang, tapi dirinya sudah dengan pakaian yang berbeda dari pakaian pertamanya tadi.

Dia berjalan ke arah ku dengan wajahnya yang menahan emosi, tangannya yang berada tepat di depan dadanya terlipat, wajahnya juga memerah.

"Kamu butuh waktu untuk meredakan emosi kamu dulu, atau kamu udah siap untuk cerita ke aku?" ucapku.

Aku menghadap ke arahnya yang sekarang sudah duduk tepat di sampingku, dengan dia yang menatapku ingin langsung bercerita tapi diurungkannya kembali.

Dia merentangkan tangannya meminta ku untuk memeluk dia, ku peluk tubuhnya, membiarkannya hingga tenang, tidak lama dia menjauhkan tubuhnya dan menatapku.

"Aku tadi keluar niatnya mau beli es krim buat kita, pas mau balik aku malah ditabrak sama satu cewe ga jelas. Akhirnya minuman dia tumpah ke baju aku, dan es krim yang aku beli malah jatuh, sekarang aku jadi ga mood."

Dia bercerita dengan suaranya yang tidak terdengar jelas karena berbicara dengan cepat, masih emosi sepertinya.

"Ya aku tau niat dia baik mau bantu bersihin baju aku, tapi namanya juga ketumpahan ga akan bersih kan?" lanjutnya.

Dia menatapku mencari pembelaan, aku mengangguk dengan dia yang mulai kembali melanjutkan ceritanya.

"Jadi aku bilang buat ga perlu dibersihin dan minta ke dia buat jauhin tangannya dari aku. Ga lama habis itu aku pergi menjauh dari dia, aku ngabarin kamu deh. Ga lama ternyata dia nyusul aku buat minta maaf, aku terima maafnya," gerutu Shani.

"Setelah itu aku bener-bener mau pergi dia malah narik tangan aku, katanya dia mau tanggung jawab. Tangan dia aku hempas, aku kelepasan, namanya aku kesal. Akhirnya dia kenalin dirinya ke aku, dia juga minta nomor aku, tapi aku kasih nomor kamu," lanjutnya.

Ku lihat dia yang tersenyum setelah berkata dia malah memberikan nomorku pada wanita yang sudah membuatnya kesal itu.

"Sudah selesai ceritanya?" tanyaku, Shani mengangguk.

"Oh ya, kenapa kamu malah kasih nomor aku?" tanyaku lagi.

Dia menatapku sebentar lalu mendekatkan mangkuk bakso milikku padanya.

"Aku suapin ya? Sambil aku ceritain," bisiknya.

Aku mengangguk, dengan Shani yang mulai menyuapi ku dengan telaten dan kembali berbicara untuk menjawab pertanyaan ku tadi.

"Kamu tau kan kalau aku orangnya paling ga suka buat simpan nomor orang random? Maka dari itu aku kasih ke kamu, siapa tau juga kalian malah jadi teman nantinya."

"Kalau diliat kalian tuh cocok jadi teman, tapi aku yang ga akan cocok temenan sama dia. Pertemuan pertama aja bikin kesel, apalagi nanti kalau malah temenan. Dia juga bilang kalau dia itu asal Jakarta, ke sini juga lagi liburan sama seperti kita."

kita | shansis - endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang