selamat membaca!
"Aku boleh menanggapi?" tanyaku.
Shani mengangguk mendengar pertanyaan ku, dirinya yang menatapku dengan senyumnya.
"Tapi, maaf sebelumnya. Aku lihat sekarang kalian malah terlihat seperti keluarga yang sempurna?"
Shani terkekeh mendengarnya, dengan aku yang menatapnya bingung.
"Itulah, kenapa orang bilang lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali kan?" jawabnya.
"Mama terima maafnya Papa, Mama juga yang ngasih Papa kesempatan kedua. Kalau kata orang, Papa itu tidak membuang kesempatan. Buktinya seperti yang kamu lihat kan? Dia jauh lebih baik sekarang."
"Karena itu pula Papa selalu bilang sama kita, apalagi kita ini perempuan. Papa ga akan mau kalau kita malah menyakiti sesama perempuan, dan karena itu juga Papa menerima kita, karena Papa tau aku masih punya sedikit trauma."
"Setelahnya juga Papa masih harus berjuang, membuat trauma ku tentang dia hilang, begitu pun dengan Gita. Kami berdua memang berbeda, Gita memang anak yang keras kepala dan berdiri diatas pendiriannya."
"Sedangkan aku, sebagai anak tertua, aku juga harus kuat demi Mama. Kalau aku berpikiran sama seperti Gita, siapa yang harus menjaga Mama di sini?" ucap Shani.
Kali ini dia yang menatapku, memberikan senyuman padaku, memperlihatkan bahwa dia bahagia sekarang.
"Tapi, bukannya kemarin kamu lebih memilih untuk tinggal di apartemen?" tanyaku.
Dia tersenyum, "iya, karena aku sudah merasa kalau Papa sudah benar-benar menjadi versi terbaiknya, karena itu aku tenang kalau meninggalkan Mama."
"Tapi, aku sekarang kembali ke rumah ini kan? Sekarang aku kembali dengan kamu, walau bukan dengan Gita. Tapi nyatanya, mereka bahagia kan semenjak ada kamu?" ucapnya.
Aku mengangguk ragu padanya, masih terus menatapnya yang selalu menjawab pertanyaan ku.
"Tapi, kenapa Mama kamu ngasih Papa kesempatan?" tanya ku.
"Mama merasa kalau kemarin kami itu masih butuh sosok Papa, terutama kami ini perempuan, cinta pertamanya pasti sosok Ayah kan? Karena itu."
"Tapi yang lebih buat aku salut dengan Mama, karena dia masih mencintai Papa. Rasa sayang Mama tidak memudar hanya karena bekas luka yang Papa berikan, tidak hilang hanya karena banyaknya darah yang keluar."
"Karena Mama juga percaya, kalaupun Papa berada di penjara, belum tentu juga dia akan berubah kan? Malah, Mama pikir Papa akan lebih bringas. Dan karena Mama juga yakin kalau dengan segala cinta yang Papa punya, pasti perubahan akan terjadi."
"Dan benar, cinta Papa dan Mama masih sama besarnya. Karena itu juga mereka masih bisa membesarkan aku dan Gita, masih bisa bertahan juga sampai sekarang. Dan malah jadi makin dekat tuh mereka, tidak terpisah kan," ujar Shani disusul tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
kita | shansis - end
De Todoini tentang perjalanan dengan rusak, patah, dan luka 'kita' setelahnya.