Perubahan mood Yoongi sangat membuat Hoseok bergidik ngeri, hari ini sang kakak begitu cerah. Bibir tipisnya tak henti tersenyum, bahkan sesekali memuji betapa cantiknya sang adik.
Bagaimana tidak? Hoseok di paksa memakai gaun wanita, apalagi kini rambutnya sudah lama tidak di potong.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sesekali Hoseok menaik kan cardigannya, benar-benar tidak nyaman sekali.
7 bulan, sudah selama itu ia tinggal di rumah lama nya. Tak keluar, di kurung bagaikan rapunzel.
Belum lagi, baru-baru ini sang kakak memaksa nya memasang implan dada. Jika tidak di lihat dengan teliti, Hoseok sudah seperti perempuan.
Itupun Hoseok lakukan terpaksa, ia takut melihat Yoongi marah. Pria itu bahkan tak segan memukul nya, tinggal luka juga lebam.
Sempat menolak, berakhir dengan kaki patah. Saat itu Hoseok menemani Yoongi bermain golf, di area yang sudah sang kakak Booking.
"Seoki, kemari!"
Hoseok berlari kecil, ia memang tak minat pada olahraga itu. Jadi hanya duduk-duduk saja di tempat istirahat, rambutnya yang sudah sebahu di potong wolfcut.
"Ya, Hyung?"
Angin yang berhembus cukup kencang, helaian rambut itu Yoongi selipkan di belakang telinga Hoseok. "Bagaimana jika kau pasang implan dada?"
"Hyung kau gila? Aku laki-laki." Ucap Hoseok menyingkirkan tangan Yoongi yang ada di pipinya.
Yoongi yang mendengar nya, marah. Menarik surai itu dengan kasar. "Katakan sekali lagi!"
"Argg, sakit. Hyung lepaskan!"
Brak
Tubuh Hoseok di dorong hingga terjatuh di tanah, "kau jadi pembangkang."
Yoongi yang memang masih memegang tongkat golf, mengarahkan ujungnya ke betis Hoseok.
"ARGHH—"
Mengingat itu membuat Hoseok merinding, "apa yang kau pikirkan?"
Hoseok mendongak, lalu tersenyum. "Tidak kok, Hyung. Masakan mu semakin enak."
Kedua jempol Hoseok mengudara, tampilan senyum semanis mungkin. "Hyung, aku ingin potong rambut."
Yoongi menggeleng, "tidak. Kau cantik, jangan pernah di potong."
"Aku sudah selesai, jaga rumah." Lanjutnya sembari bangkit.
Hoseok hanya mengangguk patuh, ia ikut bangkit. Mengantar Yoongi hingga ke pintu utama, "aku akan pulang terlambat, jangan di tunggu."
Yoongi menatap Hoseok lamat, adiknya yang penurut. Seperti nya ia harus membeli lebih banyak lingerie sexy juga menggemaskan jika di pakai Hoseok, "ah ada yang terlupa."
"Eh, biar aku ambilkan Hyung."
"Tidak perlu, karena yang ku lupakan ada disini."
Yoongi mendekat, raih wajah Hoseok. Mencium bibir love itu lama, tangannya yang kosong merambat ke dada Hoseok yang memang tidak memakai bra.
"Mmph—"
Cetakan puting itu jelas terlihat, dengan gemas Yoongi memilin nya. "Ah sial, aku jadi keras."
"H-hyung nanti terlambat." Cicit Hoseok, ia mendesis kala tubuhnya di sudut kan ke dinding di samping pintu.
Kain satin itu Yoongi tarik ke atas, anal Hoseok sudah sedikit basah karena lubricant alaminya.
"Aku akan cepat."
Yoongi membalik tubuh itu hingga memunggungi nya, tangan nya sudah menurunkan resleting hingga miliknya mengacung tegak.
"Ngh."
Keduanya mendesah bersama rasakan nikmat itu, Yoongi dengan tergesa menggerakkan pinggulnya. Buat Hoseok tersentak, "Hyung pelan, ahh."
"Sshh, kau masih saja sempit."
Karena di kejar waktu, Yoongi bergerak kasar. Buat Hoseok menumpu tubuhnya, "ahh aku keluar!"
"Bersama."
Yoongi mendorong tubuh itu hingga menghimpit dinding, biarkan sperma nya keluar di dalam tubuh Hoseok.
Hoseok menunduk rasakan cairan itu menuruni pahanya, lalu tak lama rasakan kosong. Yoongi selalu seperti itu. Dia akan pergi setelah memakai Hoseok.
Di rumah besar ini, tak hanya sekali mereka melakukan seks. Hoseok akan melayani Yoongi seperti seorang istri, apalagi saat pria itu dalam keadaan bugar. Yoongi akan memperkosa nya sampai Hoseok di ujung batasnya.
Setelah membersihkan diri, Hoseok segera berpakaian. Ia kenakan kemeja juga celana jeans, rambut panjangnya di ikat satu.
Uang cash yang ia kumpulkan di kantongi, Hoseok ingin pergi. Ia akan melaporkan kejahatan yang Yoongi lakukan, setidaknya ia bisa membuat Yoongi di penjara walaupun hanya beberapa tahun.
Kepalanya menoleh, mencari angkutan umum. Untuk pertama kalinya ia keluar, Hoseok berhasil mengambil kunci cadangan rumah.
Setelah naik bus, ia berjalan ke arah stasiun, memesan tiket untuk ke Seoul.
Karena memang weekend, isi stasiun cukup ramai. Hoseok yang memang punya perawakan kecil terdorong-dorong hingga tak sengaja menyenggol seorang pria paruh baya, mungkin berumur 40 tahunan.
"M-maaf Ahjussi." Ucapnya takut.
Pria itu mengangguk, "tidak apa-apa, berpeganglah ke pengait atas. Jangan sampai jatuh."
Hoseok hanya mengangguk, ia berada cukup sudut. Tubuhnya sesekali oleng, namun tetap bertahan dengan baik.
Perjalanan cukup lama, Hoseok harap ia bisa bertahan dengan hanya berdiri saja.
"Ah, tolong jangan dorong-dorongan!" Ucap Hoseok kesal, ia sudah kesempitan disini.
Tapi dari arah belakang terus memojokkan nya, hingga kini lututnya bahkan bersinggungan dengan lutut Ahjussi di depannya.
"Tidak apa-apa."Ucap Ahjussi itu seperti sudah menebak dengan apa yang akan Hoseok ucapkan.
Pemberhentian pertama stasiun Ansan.
Hoseok bernafas lega saat beberapa orang turun, merasa luas. Akan tetapi banyak juga yang datang masuk.
"Wah tupai nakal ku sampai disini."
Hoseok menegang kaku, sangat hapal aroma parfum ini. Tangannya memegang erat tiang saat rasakan rematan di bagian bokong nya.
"H-hyung." Hoseok menoleh takut, benar. Itu kakak nya, masih dengan pakaian kerja.