Bab 4 : Meet Him

6.3K 75 0
                                    

Jam menunjukkan pukul delapan pagi. Kenza mempersiapkan diri untuk pergi ke kampus. Ia memoles wajahnya dengan makeup tipis. Tak lupa ia menutupi bagian bawah matanya yang terlihat sembab. Lagi dan lagi ia menangis semalaman. Ia tak mau terlihat seperti itu di hadapan Jackson. Setelah selesai, diambilnya tas yang terletak diatas meja belajar.

Ia menggunakan rok bermotif bunga selutut dengan kemejanya yang bewarna putih yang ia masukkan kedalam roknya. Tak lupa ia mengambil jam tangan, cincin, dan gelang yang selalu ia pakai. Sesuai dengan ciri khasnya yaitu mencepol rambutnya di belakang. Membiarkan anak rambutnya menutupi sebagian dahinya. Setelah selesai, ia segera meraih tasnya dan turun ke bawah. Tak lupa juga ia membawa pensil dan sebuah buku gambar ditangannya.

"Non Kenza, sarapan dulu. Bibi udah nyiapin buat Non" Ucap Bi Eli ketika menyadari Kenza turun dari tangga.

Mendengar hal itu Kenza mengangguk dan tersenyum ke arah Bi Eli. Ia segera menuju ke meja makan dan duduk. Ia melihat susu putih dan juga roti isi di atas piring.

"Makasih, Bi Eli" Ucapnya tersenyum.

"Sama-sama, Non. Bi Eli ke belakang dulu ya" Ucap Bi Eli dibalas anggukan oleh Kenza.

Diteguknya susu putih olehnya dan meraih isi roti tersebut. Kenza membuka buku gambarnya dan melanjutkan lukisannya yang ia gambar semalam. Ia memilih untuk menggambar Cleo kemarin. Sudah lama ia ingin menggambarnya tapi belum sempat. Itu semua karena tugas-tugas yang selama ini ia kerjakan sangat menumpuk.

Tangannya sibuk menari diatas kertas sambil mencomot roti di tangannya. Ia terlihat menggambar bagian mata Cleo sambil mengarsirnya. Kegiatannya terhenti saat ia merasakan kehadiran seseorang duduk di depannya. Kenza menatap pria itu. Ia memakai setelan jas. Sudah jelas ia akan berangkat ke kantor.

"Saya rasa kamu tau bahwa kita perlu bicara" Ujarnya.

Kenza tak menghiraukan perkataan Jeffrey dan kembali melanjutkan kegiatannya.

"Kenza Alia Abraham. Mau sampai kapan kamu mendiamkan saya? Hm?"

Kenza memberanikan diri untuk menatap kedua mata pria itu. Dan mulai mengucapkan sepatah kata.

"Udah nggak ada yang perlu dibicarakan, Kak. Kenza udah bilang kemarin" Ucap Kenza membalas pertanyaan Jeffrey.

"Kamu pikir setelah kejadian itu saya akan diam saja? Saya rasa kamu sudah dewasa untuk ini. Apa yang harus saya lakukan ketika melihat seorang gadis mabuk dan mengajak saya untuk tidur bersama? Saya melakukannya dan sekarang kamu mendiamkan saya, Kenza?" Ucap Jeffrey serius.

Kenza jadi teringat kejadian malam itu sekilas karena ucapan Jeffrey. Ia merasa benar dengan apa yang di ucapkan Jeffrey. Itu juga bukan kesalahannya namun mengapa Kenza malah mendiamkannya. Kenza terlalu takut dan bersalah karena Jeffrey merupakan Kakak iparnya. Ia bingung dan menyalahkan dirinya sendiri.

"Emmm.."

Belum sempat Kenza membalas perkataan Jeffrey, terdengar suara deru mobil terparkir di depan rumahnya.

Itu pasti Jackson. Ini kesempatan gue.

Lantas Ia langsung meletakkan rotinya kembali ke piring dan membereskan peralatan gambarnya. Ia segera bergegas menuju suara mobil tersebut.

Jeffrey yang melihat hal itu hanya diam saja. Ia mengambil roti isi sisa milik Kenza dan memakannya sembari menikmati pemandangan bokong Kenza dan kaki jenjangnya yang mulus. Rasanya ingin sekali kepala Jeffrey diapit oleh kedua kaki itu lagi.

"Hi, Za" Ucap Jackson ketika melihat Kenza keluar dari pagar. Seperti biasa Jackson terpesona dengan kecantikan sahabat masa kecilnya itu.

Kenza hanya tersenyum sambil menatap Jackson. Ia memasuki mobil ketika Jackson mempersilahkannya masuk. Sejujurnya ia takut akan pertanyaan yang dilontarkan oleh Jackson. Jackson mulai mengendarai mobilnya menuju kampus. Hening. Tidak ada percakapan diantara keduanya hingga Jackson memulai melontarkan sebuah kalimat.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang