Bab 19 : Hangout

1.9K 21 0
                                    

"It's like you're not even here anymore. It's like you're a ghost or something"

"Yeah, something must be wrong with me because I broke up with you"

"That's not what I meant"

Mata Kenza fokus menonton serial kesukaannya di TV. Ia tidur dengan posisi miring diatas sofa dan menjadikan paha pria itu sebagai bantalan. Jeffrey sedari tadi sama sekali tidak menyimak serial di TV. Ia lebih fokus menatap wajah gadis itu. Tangannya daritadi sibuk memainkan anak rambut Kenza di pelipisnya. Sesekali Ia mengusap-usap pipinya.

"Kamu nggak takut nonton begituan?" Tanyanya menatap Kenza yang masih saja fokus menonton.

Gadis itu terkekeh pelan. "Nggak, Kak. Bahkan Kenza udah nonton yang ketiga kalinya"

"Emang Kak Jeffrey takut? Daritadi Kak Jeffrey nggak nonton, tuh" Lanjut Kenza sekilas menatap Jeffrey.

"Saya lebih suka liatin kamu" Ucapnya lalu mengecup pipi gadis itu sekilas.

Kenza sedikit memajukan bibirnya. "Gombal. Bilang aja kalau takut" Ucapnya disusul tertawa Jeffrey.

"Beneran, Sayang. Nggak gombal itu" Ujar Jeffrey membela dirinya.

Gadis itu memutar bola matanya. Lanjut fokusnya kembali pada serialnya di TV. Hingga, bunyi nada dering ponsel membuyarkan fokusnya. Ponsel itu bergetar di saku celana milik Jeffrey.

"Maaf, Sayang. Sebentar" Ucapnya. Kenza langsung bangkit, duduk di sofa itu.

Terlihat Jeffrey sedang merogoh ponselnya di saku yang masih berbunyi. Ia menatap layar ponsel itu dan melihat sebuah panggilan dari Pedro.

"Sayang" Panggilnya sambil menunjukkan panggilan itu pada Kenza.

Kenza tersenyum, Ia mengangguk mengerti bahwa Jeffrey ingin mengangkat panggilan itu. Jeffrey beranjak dari sofa dan berjalan keluar rumah. Kenza menatap kepergian Jeffrey lalu kembali melanjutkan kegiatannya sambil mencomot snack di tangannya.

"Bocah itu. Aku sudah membereskannya"

Jeffrey hanya diam saja mendengar pernyataan Pedro di telepon.

"Kau harus membayarku untuk itu. Misalnya, seorang wanita"

Jeffrey menghela napasnya, tertawa pelan. "Kau terlalu pemilih, Sialan. Lihatlah sudah berapa wanita yang kau tolak" Ucapnya. Terdengar suara Pedro cengengesan di seberang sana.

"Ya, memang harus seperti itu. Agar aku tidak salah memilih, Jeff"

"Kalau begitu carilah sendiri, Sial"

"Baiklah...Baiklah. Ngomong-ngomong soal berkas yang kau berikan padaku waktu itu. Aku sudah menemukan jawabannya"

"Apa itu?"

"Sepertinya Adam benar-benar berbuat nekat. Maksudku, demi keuntungannya sendiri dia melakukan hal licik seperti itu"

Jeffrey menyatukan kedua alisnya saat mendengar perkataan Pedro.

"Apa maksudmu?" Ucap Jeffrey. Terdengar Pedro sedang menghela napasnya.

"Begini, tujuan Adam meningkatkan asuransi Kenza adalah agar suatu saat jika perusahaan mengalami kerugian, misalnya bangkrut...Yah kau tahu itu kan, Jeff?"

"Mencelakainya?"

"Ya, sepertinya kau harus terus melindunginya. Maksudku, kau pasti tahu itu akan terjadi, bukan? cepat atau lambat. Kita sudah sejauh ini"

"Shit.." Umpat Jeffrey sambil memijit dahinya yang terasa pening.

"Aku bisa membantumu, Jeff. Tenang saja, kau lindungi saja gadismu itu"

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang