Bab 5 : Undecided

10.1K 128 0
                                    

Jeffrey menggenggam pergelangan tangan Kenza. Membawanya menjauh dari Jackson menuju ke mobilnya. Kenza hanya bisa berjalan mengikuti Kakak Iparnya itu. Bagaimana bisa Kakak Iparnya datang kesini? Padahal jalan menuju kantor dan kampusnya berlawanan arah.

"Kenza!" Ucap Jackson menatap Kenza menjauh. Ia tahu bahwa Jeffrey ialah Kakak Iparnya.

Kenza menoleh ke arah Jackson. Tapi, Ia tak membalas panggilan itu.

"Saya anter kamu ke kampus" Ujar Jeffrey sambil menyuruh Kenza segera masuk ke dalam mobil.

Jeffrey mengendarai mobilnya menjauh dari Jackson. Di dalam mobil, Kenza hanya diam saja. Tentu ia masih memikirkan bagaimana bisa Jeffrey berada disini. Apa ia mengikutinya? Kenza kembali memikirkan perkataan Jackson. Ia tidak mengerti apa yang Jackson pikirkan sampai-sampai ia memustuskan berkencan dengan Bella. Hatinya masih sakit saat mengetahui hal itu. Namun, Kenza berusaha melupakannya. Pikirannya buyar ketika ia menyadari mobil Jeffrey mengarah bukan ke kampusnya.

"Kita mau kemana?" Tanya Kenza memulai percakapan diantara mereka.

"Pergi membelikanmu ponsel. Kedepannya, kamu harus membalas pesan saya. Bukannya mengabaikan saya. Kamu pikir saya tidak khawatir?" Ucapnya.

Khawatir? batin Kenza.

Ia teringat di hari dimana Adam memarahinya. Bahkan, saat Kenza ditampar pun ia hanya diam saja. Dan sekarang ia bilang bahwa ia mengkhawatirkannya. Kenza tidak habis pikir dengannya. Perlakuannya yang tidak sama ketika di depan Adam. Terlihat cuek dan tak peduli.

"Ah iya. Kamu disini saja biar saya yang belikan" Ucap Jeffrey ketika sampai di toko ponsel.

Kenza melihat laki-laki itu keluar dari mobil. Ia menatapnya dari samping. Terlihat rahangnya yang tegas dan hidungnya yang mancung. Cara berjalannya pun berbeda. Ia memang terlihat lebih dewasa. Bagaimana tidak? Umurnya saja 7 tahun lebih tua dari Kenza yang masih 19 tahun.

"Jangan lupa untuk menghubungi saya nanti. Saya yang akan menjemput kamu" Ucap Jeffrey yang kembali ke mobil dan menyodorkan sebuah ponsel kepada Kenza.

"Makasih, Kak. Tapi, nanti Kak Jeffrey nggak perlu repot buat jemput. Kenza bisa naik taksi" Balas Kenza sambil mengambil ponsel yang disodorkan Jeffrey.

"Tidak ada penolakan" Tegas Jeffrey.

Jeffrey melajukan mobilnya menuju kampus Kenza. Ia memakirkan mobilnya tepat di depan fakultas Kenza.

"Makasih, Kak" Ucap Kenza.

Jeffrey memegang lengan Kenza yang hendak turun. Kenza menatap mata laki-laki itu. Sepertinya ia hendak mengatakan sesuatu.

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya tadi di meja makan" Ucapnya.

"Maaf, Kak. Kenza lagi buru-buru" Balas Kenza.

Tiba-tiba Jeffrey mendorong tubuh Kenza perlahan hingga punggungnya menyentuh pintu mobil. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Kenza. Membuat jantung Kenza seakan- akan ingin keluar. Ditatapnya wajah pria itu. Mata Kenza terus berkedip menatap pria itu grogi. Jeffrey memiringkan kepalanya dan semakin mempersempit jarak antara mereka berdua. Melihat hal itu Kenza langsung menutup matanya dan memundurkan wajahnya.

CLIK!

Kenza terkejut dan membuka kedua matanya. Rupanya Jeffrey menekan tombol sabuk pengaman yang dipakai Kenza.

"Temanmu sudah menunggu" Ucap Jeffrey sambil menatap Jennifer yang berdiri di depan gedung sambil mencari sosok Kenza.

Kenza menatap Jennifer diluar sana. Ia mendorong tubuh Jeffrey dan keluar dari mobil. Kenza segera berlari ke arah Jennifer.

My Sex Partner's My Brother in-Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang